Wall Street Jatuh Terseret Data Ekonomi dan Laporan Perusahaan
loading...
A
A
A
NEW YORK - Wall Street jatuh pada perdagangan Rabu waktu setempat usai terseret data ekonomi yang suram serta diperparah laporan pendapatan perusahaan di kuartal pertama yang menunjukkan keprihatinan. Hal itu akibat dampak dari wabah virus corona atau Covid-19 yang terus menyebar di Amerika Serikat (AS).
Bursa saham AS sempat pulih pada bulan Maret didorong oleh paket stimulus moneter dan fiskal seiring dengan hal itu kasus virus corona memuncak di beberapa tempat. Indeks S&P 500 sejauh ini telah turun sekitar 18% dari catatan tertinggi pada penutupan 19 Februari.
Dow Jones Industrial Average tercatat mengalami penurunan hingga 445,41 poin atau 1,86% menjadi 23.504,35. Sedangkan indeks S&P 500 kehilangan 62,7 poin,l yang setara 2,20% untuk bertengger ke level 2.783,36 saat komposit NASDAQ jatuh sebesar 122,56 poin atau 1,44% di posisi 8.393,18.
Saham Bank of America (BAC. N) dan Citigroup Inc (C. N) ambruk mengikuti JPMorgan Chase & Co (JPM. N) dan Wells Fargo & Co (WFC. N) yang melaporkan kemerosotan dalam kuartal pertama. Lalu keuntungan Goldman Sachs Group Inc (GS. N) secara triwulanan juga hampir berkurang setengah, karena menyisihkan lebih banyak uang untuk menutupi pinjaman perusahaan dan dalam beberapa bulan mendatang kondisi diharapkan membaik.
Bukti lebih lanjut dari kerusakan ekonomi imbas pandemi corona, penjualan ritel AS merosot 8,7% pada bulan Maret. Ditambah produksi manufaktur turun ke level paling dalam lebih dari 74 tahun dan survei menunjukkan aktivitas manufaktur di negara bagian New York jatuh pada bulan April untuk menjadi yang terendah dalam sejarah.
Pendapatan Bank menambah kekhawatiran tentang prospek selama sisa periode pelaporan perusahaan," kata Paul Nolte, Manajer Portofolio di Kingsview Investment Management, yang juga menyampaikan dalam beberapa minggu mendatang akan menjadi lebih penting untuk melihat perusahaan dari perspektif utang. Ia juga memberikan catatan, tidak yakin pemulihan akan menjadi sama kuatnya seperti yang diperkirakan banyak orang.
Dana Moneter Internasional telah memprediksi bahwa tahun ini ekonomi global akan menyaksikan kemerosotan paling tajam sejak 1930-an. Sementara itu volume perdagangan saham AS tercatat mencapai 10,95 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 14.28 miliar selama 20 sesi perdagangan terakhir.
Bursa saham AS sempat pulih pada bulan Maret didorong oleh paket stimulus moneter dan fiskal seiring dengan hal itu kasus virus corona memuncak di beberapa tempat. Indeks S&P 500 sejauh ini telah turun sekitar 18% dari catatan tertinggi pada penutupan 19 Februari.
Dow Jones Industrial Average tercatat mengalami penurunan hingga 445,41 poin atau 1,86% menjadi 23.504,35. Sedangkan indeks S&P 500 kehilangan 62,7 poin,l yang setara 2,20% untuk bertengger ke level 2.783,36 saat komposit NASDAQ jatuh sebesar 122,56 poin atau 1,44% di posisi 8.393,18.
Saham Bank of America (BAC. N) dan Citigroup Inc (C. N) ambruk mengikuti JPMorgan Chase & Co (JPM. N) dan Wells Fargo & Co (WFC. N) yang melaporkan kemerosotan dalam kuartal pertama. Lalu keuntungan Goldman Sachs Group Inc (GS. N) secara triwulanan juga hampir berkurang setengah, karena menyisihkan lebih banyak uang untuk menutupi pinjaman perusahaan dan dalam beberapa bulan mendatang kondisi diharapkan membaik.
Bukti lebih lanjut dari kerusakan ekonomi imbas pandemi corona, penjualan ritel AS merosot 8,7% pada bulan Maret. Ditambah produksi manufaktur turun ke level paling dalam lebih dari 74 tahun dan survei menunjukkan aktivitas manufaktur di negara bagian New York jatuh pada bulan April untuk menjadi yang terendah dalam sejarah.
Pendapatan Bank menambah kekhawatiran tentang prospek selama sisa periode pelaporan perusahaan," kata Paul Nolte, Manajer Portofolio di Kingsview Investment Management, yang juga menyampaikan dalam beberapa minggu mendatang akan menjadi lebih penting untuk melihat perusahaan dari perspektif utang. Ia juga memberikan catatan, tidak yakin pemulihan akan menjadi sama kuatnya seperti yang diperkirakan banyak orang.
Dana Moneter Internasional telah memprediksi bahwa tahun ini ekonomi global akan menyaksikan kemerosotan paling tajam sejak 1930-an. Sementara itu volume perdagangan saham AS tercatat mencapai 10,95 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 14.28 miliar selama 20 sesi perdagangan terakhir.
(ant)