Modernisasi Pertanian Tingkatkan Efisiensi Produksi

Senin, 26 November 2018 - 00:06 WIB
Modernisasi Pertanian Tingkatkan Efisiensi Produksi
Modernisasi Pertanian Tingkatkan Efisiensi Produksi
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) selama 4 tahun kepemimpinan Andi Amran Sulaiman terus mendorong modernisasi di sektor pertanian. Penyediaan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) terus digenjot dalam upaya tingkatkan efisiensi dan efektifitas budidaya pertanian.

"Pemanfaatan alsintan sebagai upaya peningkatan modernisasi pertanian diyakini mampu tingkatkan efisiensi usaha tani 35-48%," ungkap Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Pending Dadih Permana, saat melakukan paparan Kinerja 4 Tahun Direktorat Jenderal PSP pada program "Bincang Asyik Pertanian Indonesia (BAKPIA)" di Jakarta, Minggu (25/11/2018).

Kementan mendorong modernisasi pada kegiatan budidaya pertanian secara keseluruhan, meliputi kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemanenan dan pengolahan hasil pertanian. Langkah ini dipercaya dapat mengatasi persoalan keterbatasan tenaga kerja di sektor pertanian dan juga turut meningkatkan pendapatan petani.

"Saat ini ada kecenderungan secara global, tidak hanya di Indonesia, tenaga kerja pertanian berkurang, minat generasi muda juga semakin menurun. Tentunya kita harus genjot modernisasi pertanian," tandas Pending.

Dalam upaya pengembangan mekanisasi pertanian, Kementan melalui Ditjen PSP telah menyalurkan bantuan alsintan sekitar 350.000 unit. Bantuan tersebut terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, chopper, cultivator, excavator, hand sprayer, implemen alat tanam jagung dan alat tanam jagung semi manual.

"Bantuan ada yang langsung diberikan ke kelompok tani, ada juga yang ditempatkan di dinas pertanian untuk dimanfaatkan dalam program brigade alsintan," sebut Pending.

Gerakan modernisasi pertanian juga turut merambah lahan rawa. Berdasarakan data dari Pusdata Daerah Rawa dan Pasang Surut, Indonesia memiliki potensi lahan rawa 33,4 juta ha yang terdiri dari lahan pasang surut 20,1 juta ha dan rawa lebak 13,3 juta ha. Dari jumlah tersebut, Pending menyebutkan 9,3 juta ha diperkirakan sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya pertanian.

Potensi lahan rawa di Indonesia yang dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif tergolong sangat luas. "Apabila potensi ini dapat dikelola dengan intensif dan memanfaatkan teknologi tepat, maka lahan rawa bisa menjadi alternatif yang mampu berkontribusi besar terhadap peningkatan produksi pangan nasional pada masa mendatang," tuturnya.

Upaya pemanfaatan lahan rawa dengan pola optimasi lahan telah mulai dirintis sejak 2016. Pada 2016, Ditjen PSP telah melaksanakan kegiatan optimasi lahan rawa seluas 3.999 ha, kemudian tahun 2017 seluas 3.529 ha, dan pada 2018 telah terealisasi 16.400 ha (realisasi per 5 November 2018). Pada 2019, Ditjen PSP akan mengembangkan lahan rawa seluas 500.000 ha yang tersebar di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi.

Di lahan rawa saat ini indeks pertanaman (IP) bisa meningkat hingga 1,0. Ini bisa terjadi karena difasilitasi teknologi yang sangat adaptif. "Padahal dulunya petani harus menunggu rawa surut dulu, baru bisa tanam. Sekarang dengan memanfaatkan teknologi, rawa bisa menjadi lahan produktif," jelas Pending.

Selama 4 tahun terakhir, Kebijakan dan Program Ditjen PSP difokuskan untuk mendukung pembangunan empat sub sektor komoditas pertanian, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

Dukungan tersebut diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pengelolaan air, pengembangan sistem pembiayaan usaha pertanian, pengembangan sistem mekanisasi pertanian, fasilitasi pupuk bersubsidi, serta perluasan dan perlindungan lahan. "Kami akan terus mendukung tercapainya kedaulatan pangan nasional," tutup Pending.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8282 seconds (0.1#10.140)