Pacu Transformasi Menyambut Era Revolusi Industri 4.0 Lewat Riset
A
A
A
JAKARTA - Sektor manufaktur di seluruh dunia sedang bertransformasi untuk menyambut era revolusi industri 4.0. Era tersebut menekankan kolaborasi antara proses manufaktur dengan dunia digital, khususnya melalui pemanfaatan platform Internet of Things.
“Tujuan transformasi itu adalah mencari langkah-langkah strategis untuk dapat lebih mengefisienkan dan mengoptimalkan proses produksi agar mencapai output yang maksimal dan berkualitas,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngakan Timur Antara di Jakarta, Jumat (30/11).
Menurut Ngakan, guna memastikan implementasi industri 4.0 bisa mencapai sasaran tersebut, pihaknya aktif memberikan arahan kepada balai-balai di lingkungan Kemenperin untuk merevitalisasi komponen-komponen di dalamnya seperti peralatan laboratorium. Bahkan juga gencar mendorong kegiatan riset yang berbasis industri 4.0.
“Hasil-hasil litbang dan inovasi dari Kemenperin banyak yang telah dimanfaatkan oleh para pelaku industri di dalam negeri. Selain itu, terus dikembangkan melalui kerja sama dengan parastakeholder secara berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan daya saingsektor manufaktur nasional,” paparnya.
Salah satunya peran dari Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Surabaya. Lembaga litbang ini fokus untuk memacu pengembangan industri elektronika dan telematika. “Apalagi industri elektronika menjadi satu dari lima sektor manufaktur yang dipilih sebagai pionir dalam penerapan industri 4.0 sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0,” jelas Kepala Baristand Industri Surabaya, Siti Rohmah Siregar.
Siti menyampaikan, sektor-sektor yang mendapat prioritas pengembangan di era industri 4.0, telah memiliki kesiapan dan berpotensi memberikan daya ungkit yang paling besar tehadap capaian aspirasi yang telah ditetapkan. “Aspirasi besarnya yakni mewujudkan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” imbuhnya.
Kemenperin mencatat, jumlah industri elektronika di Indonesia sebanyak 67 perusahaan pada tahun 2017 atau tumbuh dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 57 perusahaan. Tahun ini, diproyeksi ada peningkatan investasi, sehingga populasinya akan bertambah hingga 72 perusahaan.
Sementara itu, total penyerapan tenaga kerja di industri elektronika pada tahun 2017 sebanyak 202 ribu orang, naik dibanding tahun 2016 yang mencapai 185 ribu orang dan tahun 2015 sekitar 164 ribu orang.
“Pada tahun 2030, sasaran Indonesia mampu membangun kemampuan industri elektronika lokal untuk menjadi manufaktur komponen lanjutan atau menghasilkan produk bernilai tambah tinggi sehingga dapat mengurangi impornya,” ungkap Siti.
Adapun lima kegiatan Baristand Industri Surabaya yang menghasilkan litbang unggulan, yakni membuat otomasi pemutus tegangan puncak jala-jala listrik pada pengujian plug discharge SNI IEC 60335. Alat ini digunakan sebagai alat bantu pengujian tegangan sisa (plug discharge) yang berupa alat pemutus tegangan peranti ketika di puncak gelombang sinusnya.
Kedua, melakukan rekayasa pembuatan shielding interferensi elektromagnetik dari limbah industri dari nikel dan tembaga. Alat ini berfungsi untuk mengolah pemanfaatan limbah cair industri printed circuit board (PCB) khususnya tembaga dan nikel.
Ketiga, membuat alat pemantauan suhu pada proses fermentasi tembakau dengan menggunakan platform Internet of Things(IoT). Keeempat, merancang sistem pemantauan parameter pH dengan menggunakan platform IoT-cloud. Alat ini dapat mengirim data secara realtime, cepat, akurat dan dapat diakses dengan mudah.
Dan, kelima, merancang bangun prototipe penggerak hybrid (PV+Diesel) untuk kapal nelayan. Alat ini merupakan prototipe daya hybrid dengan menggabungkan sumber energi panas matahari dan diesel yang digunakan untuk penggerak perahu nelayan sehingga dapat menekan konsumsi bahan bakar minyak dengan tidak mengubah konstruksi kapal.
“Tujuan transformasi itu adalah mencari langkah-langkah strategis untuk dapat lebih mengefisienkan dan mengoptimalkan proses produksi agar mencapai output yang maksimal dan berkualitas,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngakan Timur Antara di Jakarta, Jumat (30/11).
Menurut Ngakan, guna memastikan implementasi industri 4.0 bisa mencapai sasaran tersebut, pihaknya aktif memberikan arahan kepada balai-balai di lingkungan Kemenperin untuk merevitalisasi komponen-komponen di dalamnya seperti peralatan laboratorium. Bahkan juga gencar mendorong kegiatan riset yang berbasis industri 4.0.
“Hasil-hasil litbang dan inovasi dari Kemenperin banyak yang telah dimanfaatkan oleh para pelaku industri di dalam negeri. Selain itu, terus dikembangkan melalui kerja sama dengan parastakeholder secara berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan daya saingsektor manufaktur nasional,” paparnya.
Salah satunya peran dari Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Surabaya. Lembaga litbang ini fokus untuk memacu pengembangan industri elektronika dan telematika. “Apalagi industri elektronika menjadi satu dari lima sektor manufaktur yang dipilih sebagai pionir dalam penerapan industri 4.0 sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0,” jelas Kepala Baristand Industri Surabaya, Siti Rohmah Siregar.
Siti menyampaikan, sektor-sektor yang mendapat prioritas pengembangan di era industri 4.0, telah memiliki kesiapan dan berpotensi memberikan daya ungkit yang paling besar tehadap capaian aspirasi yang telah ditetapkan. “Aspirasi besarnya yakni mewujudkan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” imbuhnya.
Kemenperin mencatat, jumlah industri elektronika di Indonesia sebanyak 67 perusahaan pada tahun 2017 atau tumbuh dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 57 perusahaan. Tahun ini, diproyeksi ada peningkatan investasi, sehingga populasinya akan bertambah hingga 72 perusahaan.
Sementara itu, total penyerapan tenaga kerja di industri elektronika pada tahun 2017 sebanyak 202 ribu orang, naik dibanding tahun 2016 yang mencapai 185 ribu orang dan tahun 2015 sekitar 164 ribu orang.
“Pada tahun 2030, sasaran Indonesia mampu membangun kemampuan industri elektronika lokal untuk menjadi manufaktur komponen lanjutan atau menghasilkan produk bernilai tambah tinggi sehingga dapat mengurangi impornya,” ungkap Siti.
Adapun lima kegiatan Baristand Industri Surabaya yang menghasilkan litbang unggulan, yakni membuat otomasi pemutus tegangan puncak jala-jala listrik pada pengujian plug discharge SNI IEC 60335. Alat ini digunakan sebagai alat bantu pengujian tegangan sisa (plug discharge) yang berupa alat pemutus tegangan peranti ketika di puncak gelombang sinusnya.
Kedua, melakukan rekayasa pembuatan shielding interferensi elektromagnetik dari limbah industri dari nikel dan tembaga. Alat ini berfungsi untuk mengolah pemanfaatan limbah cair industri printed circuit board (PCB) khususnya tembaga dan nikel.
Ketiga, membuat alat pemantauan suhu pada proses fermentasi tembakau dengan menggunakan platform Internet of Things(IoT). Keeempat, merancang sistem pemantauan parameter pH dengan menggunakan platform IoT-cloud. Alat ini dapat mengirim data secara realtime, cepat, akurat dan dapat diakses dengan mudah.
Dan, kelima, merancang bangun prototipe penggerak hybrid (PV+Diesel) untuk kapal nelayan. Alat ini merupakan prototipe daya hybrid dengan menggabungkan sumber energi panas matahari dan diesel yang digunakan untuk penggerak perahu nelayan sehingga dapat menekan konsumsi bahan bakar minyak dengan tidak mengubah konstruksi kapal.
(akr)