Perbaikan Harga Kopra Jadi Perhatian Pemerintah
A
A
A
KOTAMOBAGU - Pemerintah sedang berupaya menstabilkan harga kopra yang sedang terpuruk, sehingga petani kelapa didorong untuk terus optimistis. Wakil Wali Kota Kota Kotamobagu Nayodo Koerniawan mengutarakan, jatuhnya harga kopra sudah dibahas dalam rapat bersama Bappeda Sulawesi Utara (Sulut) beberapa waktu lalu.
“Harga kopra sementara diperjuangkan oleh pemerintah provinsi, pada rapat lalu bersama Bappeda se Sulut sudah disampaikan. karena hal ini juga menyangkut kesejahteraan masyarakat petani. Sekarang Wagub ada di Belanda, karena ternyata pembeli kopra terbesar itu ada di Belanda,” ungkap Nayodo Koerniawan di Kotamobagu, Senin (3/12/2018).
Menurutnya para petani kelapa harus dapat bertahan dengan harga saat ini serta tidak putus asa, sembari menunggu harga kopra kembali stabil. “Petani harus bersabar dan tetap melakukan panen kelapa seperti biasanya, bertahan dulu dengan harga sekarang, mudah-mudahan hasilnya sudah ada dan harganya akan normal kembali,” pintanya.
Beberapa bulan terakhir harga kopra memang terjun bebas. Harga salah satu komoditas andalan di Sulawesi Utara yang penduduknya sebagian besar adalah petani kopra itu membuat para petani rugi. Sementara meski harga terus kopra turun, upah pekerja dibayar tetap. Harga kopra di pasaran saat ini bertengger di kisaran Rp2.700 per kilo gram (kg).
“Jika dihitung biaya operasional petani pun tak akan mampu tertutupi. Turunnya harga kopra sangat berdampak pada ekonomi petani. Harga sangat berpengaruh pada hasil panen. Bayar pekerja mahal, pengeluaran tidak sebanding dengan pemasukan,” kata Nurdin Mokodompit salah satu petani Kopra di Kotamobagu.
Akibatnya, kata Nurdin, banyak para petani kopra sekarang ini tidak mau lagi mengolah buah kelapa menjadi kopra. “Kami merasa rugi, hasil dari jual kopra tidak dapat menutupi biaya pengolahan, justru kami rugi,” ujarnya.
Dijelaskan selama kurang lebih 12 tahun, Ia sudah menjadi petani kelapa. Meskipun harganya tidak menentu, namun jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, harga kopra pada tahun ini yang paling anjlok. “Awalnya Rp9 ribu per kg, kemudian turun Rp6 ribu, turun lagi hingga Rp3 ribu dan sekarang yang paling turun hingga 2 ribuan,” keluhnya.
“Harga kopra sementara diperjuangkan oleh pemerintah provinsi, pada rapat lalu bersama Bappeda se Sulut sudah disampaikan. karena hal ini juga menyangkut kesejahteraan masyarakat petani. Sekarang Wagub ada di Belanda, karena ternyata pembeli kopra terbesar itu ada di Belanda,” ungkap Nayodo Koerniawan di Kotamobagu, Senin (3/12/2018).
Menurutnya para petani kelapa harus dapat bertahan dengan harga saat ini serta tidak putus asa, sembari menunggu harga kopra kembali stabil. “Petani harus bersabar dan tetap melakukan panen kelapa seperti biasanya, bertahan dulu dengan harga sekarang, mudah-mudahan hasilnya sudah ada dan harganya akan normal kembali,” pintanya.
Beberapa bulan terakhir harga kopra memang terjun bebas. Harga salah satu komoditas andalan di Sulawesi Utara yang penduduknya sebagian besar adalah petani kopra itu membuat para petani rugi. Sementara meski harga terus kopra turun, upah pekerja dibayar tetap. Harga kopra di pasaran saat ini bertengger di kisaran Rp2.700 per kilo gram (kg).
“Jika dihitung biaya operasional petani pun tak akan mampu tertutupi. Turunnya harga kopra sangat berdampak pada ekonomi petani. Harga sangat berpengaruh pada hasil panen. Bayar pekerja mahal, pengeluaran tidak sebanding dengan pemasukan,” kata Nurdin Mokodompit salah satu petani Kopra di Kotamobagu.
Akibatnya, kata Nurdin, banyak para petani kopra sekarang ini tidak mau lagi mengolah buah kelapa menjadi kopra. “Kami merasa rugi, hasil dari jual kopra tidak dapat menutupi biaya pengolahan, justru kami rugi,” ujarnya.
Dijelaskan selama kurang lebih 12 tahun, Ia sudah menjadi petani kelapa. Meskipun harganya tidak menentu, namun jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, harga kopra pada tahun ini yang paling anjlok. “Awalnya Rp9 ribu per kg, kemudian turun Rp6 ribu, turun lagi hingga Rp3 ribu dan sekarang yang paling turun hingga 2 ribuan,” keluhnya.
(akr)