Perbankan Jalin Sinergi dengan Startup Hadapi Era Digital

Selasa, 04 Desember 2018 - 02:14 WIB
Perbankan Jalin Sinergi dengan Startup Hadapi Era Digital
Perbankan Jalin Sinergi dengan Startup Hadapi Era Digital
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan startup teknologi keuangan masih akan terus berkembang di tahun 2019. Hal ini ditandai dengan perkembangan startup Fintech yang terus bermunculan dan menawarkan model bisnis baru. Perbankan juga terus melakukan sinergi dengan Fintech demi mencegah disrupsi pada bisnis perbankan.

Hal ini diakui PT Mandiri Capital Indonesia yang menyiapkan instrumen pendanaan venture fund pada tahun 2019. Instrumen baru tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan telah memiliki izin pihak otoritas.

Perseroan akan menjadi manajer investasi pada Reksadana yang mengelola dana investor, baik individu atau korporasi untuk digunakan berinvestasi pada beberapa startup. Perseroan menargetkan akan melakukan pendanaan bagi sembilan startup di 2019 dengan menggunakan dana yang berasal kombinasi dari Bank Mandiri serta instrumen ventura fund.

Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dana yang ditargetkan pada tahun depan melalui venture fund ini mencapai USD50 juta. Setelah target dana terpenuhi perseroan baru membeli startup tahap awal secara selektif. Startup tersebut akan dibina dalam 5 atau 6 tahun hingga tumbuh besar.

“Kami akan himpun dana investor baik korporasi atau individual sebesar USD50 juta. Ini investasi langsung dan kami yang akan mengatur porsi untuk setiap startup. Keunggulannya tidak semua orang punya akses ke startup yang bagus. Kami punya kemampuan disana,” ujar Eddi di Jakarta.

Lebih lanjut dia mengatakan dana yang terkumpul dari investor akan disalurkan kepada startup-startup. Kehadiran instrumen ini akan turut membantu menumbuhkan ekosistem startup. Namun investasi melalui venture fund tetap memiliki risiko, sama seperti platform investasi lain. Namun, dia menekankan bahwa pihaknya akan berusaha menekan risikonya dan salah satu caranya memastikan startup memiliki inovasi, serta terhubung dengan jaringan Mandiri.

“Selain harus ada inovasi, kita juga harus lihat apakah inovasi itu bisa dihubungkan ke Mandiri sebagai grup yang punya 20 juta konsumen di Bank Mandiri sekarang. Salah satu yang memperkuat startup itu bagaimana mereka membangun transaksi, karena kalau bisa link ke Mandiri maka resikonya akan turun,” ungkapnya.

Dia juga menjelaskan pihaknya menargetkan akan menyalurkan pembiayaan ke startup segmen financial technology sebesar Rp500 miliar pada tahun depan. Pembiayaan sebesar itu rencananya akan dikucurkan untuk tiga hingga empat fintech. Sumber dana untuk empat startup tersebut berasal dari induknya Bank Mandiri. Selama dua tahun terakhir, Mandiri Capital Indonesia telah menyuntikkan dana sekitar Rp350 miliar ke 10 startup.

Sementara Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Teguh Supangkat mengatakan pihaknya akan mendorong industri perbankan untuk berbagi penggunaan teknologi IT perbankan demi mencapai efisiensi industri perbankan. Hal ini mengingat investasi untuk membangun IT di perbankan cukup mahal sehingga lebih baik untuk digunakan bersama sama.

Saat ini menurutnya teknologi IT perbankan telah berubah karena digunakan untuk melakukan bisnis dalam operasional. Sedangkan dahulu IT hanya digunakan untuk mengolah data. Bahkan menurutnya tren kedepan yang berkembang adalah teknologi artificial intelligence akan mendominasi pengambilan keputusan dalam bisnis perbankan.

Sejauh ini keputusan bisnis mayoritas berada di tangan manusia. “Kedepannya mayoritas keputusan dilakukan oleh artificial intelligence. Ini adalah resiko yang harus dihadapi bank. Perbankan harus bisa membaca arah tersebut,” ujar Teguh dalam acara ‘Warta Ekonomi Best Bank 2018’ kemarin di Jakarta.

Secara umum kinerja perbankan masih positif yang ditunjukkan kinerja intermediasi berdasarkan dua indikator, yakni pertumbuhan kredit dan DPK. Sementara rasio kredit macet (NPL) gross perbankan di bulan Oktober berada di level 2,65%.

Sedangkan aspek permodalan berdasarkan kecukupan modal bank dalam Capital Adequacy Ratio (CAR) cukup tinggi di level 23,09%. Permodalan perbankan nasional juga didominasi modal inti yang sesuai aturan Basel karena lebih baik untuk ketahanan bank. “CAR bank nasional juga lebih tinggi dibandingkan rata rata perbankan Asia yang berada di kisaran 20%,” ujarnya.

Hal sama juga disampaikan Founder Warta Ekonomi Fadel Muhammad yang juga mengingatkan ada tantangan perbankan baik dari dalam negeri maupun global. Secara global ada risiko kenaikan FFR di AS yang diprediksi akan naik di bulan Desember.

Hal ini akan berdampak pada tren suku bunga tinggi di tanah air. Hal lainnya adalah disrupsi teknologi untuk layanan keuangan sehingga membuat perbankan berlomba bertransformasi mengejar efisiensi. “Ada tantangan perbankan dari disrupsi seperti kenaikan suku bunga AS atau FFR serta teknologi Fintech. Keduanya adalah disrupsi bagi pertumbuhan perbankan nasional,” ujar Fadel dalam kesempatan sama.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5727 seconds (0.1#10.140)