Rupiah Melemah Akibat Aksi Profit Taking
A
A
A
JAKARTA - Setelah tiga hari perdagangan berturut-turut menguat, laju rupiah terhenti pada perdagangan Selasa (4/12/2018). Meski demikian, rupiah masih berada di bawah level Rp14.300 per USD. Data Bloomberg, rupiah terpantau terkoreksi 38 poin atau 0,27% ke level Rp14.282 per USD pada pukul 11.00 WIB.
Sebelumnya, di awal dagang, rupiah dibuka melemah 78 poin atau 0,55% ke level Rp14.322 per USD, setelah pada perdagangan kemarin ditutup menguat 58 poin alias 0,41% menjadi Rp14.244 per USD.
Data Yahoo Finance mencatat rupiah pada Selasa yang mendung ini, melemah 45 poin atau 0,32% ke level Rp14.280 per USD, setelah kemarin ditutup berkibar di posisi Rp14.235 per USD.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, mata uang NKRI pada Selasa ini, melemah 41 poin atau 0,29% ke posisi Rp14.293 per USD, dimana Senin kemarin berada di Rp14.252 per USD.
Keuntungan rupiah dan masih melemahnya USD--menunggu rapat The Fed--membuat investor mengambil aksi profit taking (ambil untung), karena belakangan ini rupiah sudah menguat 6,48%.
Melansir dari Reuters, Selasa (4/12), dolar AS masih melemah melawan enam mata uang utama imbas mencairnya ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing sehingga permintaan USD sebagai safe haven memudar.
Indeks USD melawan enam mata uang utama turun 0,1% menjadi 96,94. Hal ini membuat dolar AS melemah 0,16% terhadap yuan China menjadi 6,8631. Greenback kehilangan 0,3% terhadap yen Jepang ke level 113,31. Namun dolar AS masih menguat terhadap sterling Inggris di USD1,2724, karena masih deadlocknya transaksi Brexit.
Pasar dan analis sekarang memfokuskan diri pada kebijakan moneter Federal Reserve yang akan melakukan rapat pada 18-19 Desember mendatang. Pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga dengan probabilitas 87%. Sikap The Fed yang relatif hawkish ditambah fundamental ekonomi AS yang kuat telah menguntungkan dolar sepanjang tahun 2018 ini.
"Mengingat data ekonomi AS yang tetap kuat, saya pikir The Fed akan melakukan dua kali kenaikan suku bunga di 2019. Jadi saya cukup yakin dolar akan kembali bullish," ucap Nick Twidale, chief operating officer di Rakuten Securities.
Sebelumnya, di awal dagang, rupiah dibuka melemah 78 poin atau 0,55% ke level Rp14.322 per USD, setelah pada perdagangan kemarin ditutup menguat 58 poin alias 0,41% menjadi Rp14.244 per USD.
Data Yahoo Finance mencatat rupiah pada Selasa yang mendung ini, melemah 45 poin atau 0,32% ke level Rp14.280 per USD, setelah kemarin ditutup berkibar di posisi Rp14.235 per USD.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, mata uang NKRI pada Selasa ini, melemah 41 poin atau 0,29% ke posisi Rp14.293 per USD, dimana Senin kemarin berada di Rp14.252 per USD.
Keuntungan rupiah dan masih melemahnya USD--menunggu rapat The Fed--membuat investor mengambil aksi profit taking (ambil untung), karena belakangan ini rupiah sudah menguat 6,48%.
Melansir dari Reuters, Selasa (4/12), dolar AS masih melemah melawan enam mata uang utama imbas mencairnya ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing sehingga permintaan USD sebagai safe haven memudar.
Indeks USD melawan enam mata uang utama turun 0,1% menjadi 96,94. Hal ini membuat dolar AS melemah 0,16% terhadap yuan China menjadi 6,8631. Greenback kehilangan 0,3% terhadap yen Jepang ke level 113,31. Namun dolar AS masih menguat terhadap sterling Inggris di USD1,2724, karena masih deadlocknya transaksi Brexit.
Pasar dan analis sekarang memfokuskan diri pada kebijakan moneter Federal Reserve yang akan melakukan rapat pada 18-19 Desember mendatang. Pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga dengan probabilitas 87%. Sikap The Fed yang relatif hawkish ditambah fundamental ekonomi AS yang kuat telah menguntungkan dolar sepanjang tahun 2018 ini.
"Mengingat data ekonomi AS yang tetap kuat, saya pikir The Fed akan melakukan dua kali kenaikan suku bunga di 2019. Jadi saya cukup yakin dolar akan kembali bullish," ucap Nick Twidale, chief operating officer di Rakuten Securities.
(ven)