Dihantam Sentimen Global, Rupiah dan IHSG Anjlok Sepanjang 2018
A
A
A
JAKARTA - Sepanjang tahun 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah anjlok 8,7%. Pelemahan ini seiring reaksi negatif pelaku pasar terhadap hantaman sentimen global dan sentiman dari dalam negeri yang di bawah perkiraan sebelumnya.
Lebih lanjut Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menyatakan, dengan alasan yang sama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2018 turut anjlok 2,54%. Namun, apapun kemungkinan masih dapat terjadi pada 2019.
"Pergerakan IHSG tentunya digerakan oleh saham-saham yang ada di dalamnya. Sementara itu, saham-saham digerakan selain dari kondisi global dan internal, emiten itu sendiri juga digerakan oleh persepsi dan psikologi pelaku pasar dalam menilai sentimen yang ada," ujarnya di Jakarta.
Dengan demikian, Reza menjelaskan, dapat juga dikatakan bahwa pergerakan saham di bursa merupakan probabilita dari respons atas berbagai sentimen. Tidak mungkin, dapat memberikan kepastian.
"Jika ada pengamat, analis, bahkan orang pintar yang hasil pengamatannya sesuai dengan kondisi pasar. Maka hal tersebut merupakan suatu kebetulan atau telah mengetahui informasi sebelumnya," katanya.
Di sisi lain, rilis berbagai perkembangan kinerja emiten menjadi hal yang penting bagi pelaku pasar karena dapat mengetahui apakah kinerjanya meningkat, tetap atau stagnan, maupun menurun. Hal yang perlu diperhatikan ialah alasan di balik kenaikan maupun penurunan dari kinerja. "Apakah karena secara sektoral atau karena memang manajemen kurang mampu dalam mengelola perusahaan," pungkasnya.
Lebih lanjut Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menyatakan, dengan alasan yang sama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2018 turut anjlok 2,54%. Namun, apapun kemungkinan masih dapat terjadi pada 2019.
"Pergerakan IHSG tentunya digerakan oleh saham-saham yang ada di dalamnya. Sementara itu, saham-saham digerakan selain dari kondisi global dan internal, emiten itu sendiri juga digerakan oleh persepsi dan psikologi pelaku pasar dalam menilai sentimen yang ada," ujarnya di Jakarta.
Dengan demikian, Reza menjelaskan, dapat juga dikatakan bahwa pergerakan saham di bursa merupakan probabilita dari respons atas berbagai sentimen. Tidak mungkin, dapat memberikan kepastian.
"Jika ada pengamat, analis, bahkan orang pintar yang hasil pengamatannya sesuai dengan kondisi pasar. Maka hal tersebut merupakan suatu kebetulan atau telah mengetahui informasi sebelumnya," katanya.
Di sisi lain, rilis berbagai perkembangan kinerja emiten menjadi hal yang penting bagi pelaku pasar karena dapat mengetahui apakah kinerjanya meningkat, tetap atau stagnan, maupun menurun. Hal yang perlu diperhatikan ialah alasan di balik kenaikan maupun penurunan dari kinerja. "Apakah karena secara sektoral atau karena memang manajemen kurang mampu dalam mengelola perusahaan," pungkasnya.
(akr)