Panen Raya Bakal Telat, Harga Beras di Jabar Dikhawatirkan Melonjak
A
A
A
BANDUNG - Panen raya padi di Jawa Barat (Jabar) awal tahun ini diperkirakan mundur dari musim tahunan sekitar bulan Februari. Kondisi tersebut dipastikan bakal mengganggu pasokan beras dan dikhawatirkan berdampak terhadap inflasi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Iwa Karniwa mengatakan, dari hasil evaluasi, masa tanam padi yang semestinya Oktober dan Desember mengalami keterlambatan. Keterlambatan itu dikarenakan adanya anomali iklim di akhir tahun 2018.
"Keterlambatan tanam ini bisa berdampak pada waktu panen dan produksi padi Januari hingga Maret, atau awal 2019. Sehingga berpengaruh terhadap produksi beras di 2019," kata Iwa di sela pelepasan truk operasi pasar di Gudang Bulog Gedebage, Kota Bandung, Kamis (3/1/2019).
Dia khawatir, keterlambatan itu menyebabkan harga beras melonjak. Apalagi sejauh ini harga beras di Jabar selalu tinggi, melebihi harga eceran tertinggi (HET). Harga beras premium tercatat sebesar Rp12.800/kg dan medium Rp9.450/kg.
Tak hanya persoalan keterlambatan tanam padi, Jawa Barat juga dihadapkan pada masalah luas lahan pertanian yang jumlahnya terus mengusut. Pihaknya mencatat, realisasi tanam Oktober-Desember sebanyak 583.648 hektare (ha) atau sekitar 87,43% dari target luas tanam di Jabar seluas 667.547 ha.
Atas dasar itu, kata dia, Presiden telah melakukan rapat terbatas pada 27 Desember 2018 lalu yang hasilnya menginstruksikan Perum Bulog untuk melakukan stabilisasi dan menjaga ketersediaan pasokan beras 2019.
"Jadi akan dilaksanakan operasi pasar serentak di Jabar, untuk membantu pemenuhan beras bagi masyarakat menengah-bawah. OP untuk stabilisasi harga beras seusai hari besar agar inflasi wajar," paparnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Iwa Karniwa mengatakan, dari hasil evaluasi, masa tanam padi yang semestinya Oktober dan Desember mengalami keterlambatan. Keterlambatan itu dikarenakan adanya anomali iklim di akhir tahun 2018.
"Keterlambatan tanam ini bisa berdampak pada waktu panen dan produksi padi Januari hingga Maret, atau awal 2019. Sehingga berpengaruh terhadap produksi beras di 2019," kata Iwa di sela pelepasan truk operasi pasar di Gudang Bulog Gedebage, Kota Bandung, Kamis (3/1/2019).
Dia khawatir, keterlambatan itu menyebabkan harga beras melonjak. Apalagi sejauh ini harga beras di Jabar selalu tinggi, melebihi harga eceran tertinggi (HET). Harga beras premium tercatat sebesar Rp12.800/kg dan medium Rp9.450/kg.
Tak hanya persoalan keterlambatan tanam padi, Jawa Barat juga dihadapkan pada masalah luas lahan pertanian yang jumlahnya terus mengusut. Pihaknya mencatat, realisasi tanam Oktober-Desember sebanyak 583.648 hektare (ha) atau sekitar 87,43% dari target luas tanam di Jabar seluas 667.547 ha.
Atas dasar itu, kata dia, Presiden telah melakukan rapat terbatas pada 27 Desember 2018 lalu yang hasilnya menginstruksikan Perum Bulog untuk melakukan stabilisasi dan menjaga ketersediaan pasokan beras 2019.
"Jadi akan dilaksanakan operasi pasar serentak di Jabar, untuk membantu pemenuhan beras bagi masyarakat menengah-bawah. OP untuk stabilisasi harga beras seusai hari besar agar inflasi wajar," paparnya.
(fjo)