Sri Mulyani Wanti-wanti Jangan Sepelekan Lonjakan Harga Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dunia sedang tidak baik-baik saja. Pascapandemi Covid-19 kondisi ekonomi global cenderung melemah dan terfragmentasi atau terpceah belah.
Menurutnya ekonomi global sepanjang 2024 masih akan tertekan atau mengalami ketidakpastian, justru makro ekonomi Indonesia dipercaya masih berada di level stabil atau relatif terjaga.
"Di dalam kondisi lingkungan global yang selama dua tahun berturut-turut, terutama pascapandemi yang cenderung lemah dan makin terfragmentasi. Namun ekonomi Indonesia kita relatif tetap terjaga," ujar Sri Mulyani saat gelaran BRI Microfinance Outlook 2024, Kamis (7/3/2024).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mencatat Indonesia ada di tengah situasi dunia yang masih bergumul dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi. Namun, Indonesia memiliki tingkat headline inflasi atau inflasi utama yang cukup rendah.
Hanya saja, Indonesia tidak boleh menyepelekan kenaikan harga pangan, karena faktor inflasi dari pangan menunjukan tekanan, khususnya menjelang Ramadan dan Lebaran 2024. Sri Mulyani meminta perlu diwaspadai dan diatasi.
"Kita juga mensyukuri pertumbuhan ekonomi kita yang resiliensi dan juga terjaga dari sisi inflasi yang rendah. Indonesia di dalam situasi dunia yang masih bergumul dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi,” paparnya.
Pertumbuhan makro ekonomi nasional Indonesia di level 5 persen, lanjut dia, juga mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Menurutnya, hal ini menunjukan adanya inklusivitas.
"Karena tidak hanya melihat dari sisi headline growth, tapi kita juga melihat pada quality dan share-nya terhadap equality, yaitu dari sisi tingkat pengangguran dan kemiskinan," jelas dia.
Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebut APBN masih bekerja keras karena tekanan global yang kuat dan bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun begitu, APBN masih terjaga kesehatanya dan berkelanjutan (sustainable).
"APBN kita bekerja luar biasa keras pada masa-masa pandemi dan pascapandemi, pada saat tekanan global masih sangat kuat yang bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi," katanya. "Meskipun APBN bekerja luar biasa keras dan responsif terhadap kondisi dan situasi ekonomi, APBN masih terjaga kesehatanya dan sustainable. Kinerja APBN 2023 akan jauh melebihi ekspektasi dari sisi postur akhir," ungkap Menkeu.
Menurutnya ekonomi global sepanjang 2024 masih akan tertekan atau mengalami ketidakpastian, justru makro ekonomi Indonesia dipercaya masih berada di level stabil atau relatif terjaga.
"Di dalam kondisi lingkungan global yang selama dua tahun berturut-turut, terutama pascapandemi yang cenderung lemah dan makin terfragmentasi. Namun ekonomi Indonesia kita relatif tetap terjaga," ujar Sri Mulyani saat gelaran BRI Microfinance Outlook 2024, Kamis (7/3/2024).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mencatat Indonesia ada di tengah situasi dunia yang masih bergumul dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi. Namun, Indonesia memiliki tingkat headline inflasi atau inflasi utama yang cukup rendah.
Hanya saja, Indonesia tidak boleh menyepelekan kenaikan harga pangan, karena faktor inflasi dari pangan menunjukan tekanan, khususnya menjelang Ramadan dan Lebaran 2024. Sri Mulyani meminta perlu diwaspadai dan diatasi.
"Kita juga mensyukuri pertumbuhan ekonomi kita yang resiliensi dan juga terjaga dari sisi inflasi yang rendah. Indonesia di dalam situasi dunia yang masih bergumul dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi,” paparnya.
Pertumbuhan makro ekonomi nasional Indonesia di level 5 persen, lanjut dia, juga mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Menurutnya, hal ini menunjukan adanya inklusivitas.
"Karena tidak hanya melihat dari sisi headline growth, tapi kita juga melihat pada quality dan share-nya terhadap equality, yaitu dari sisi tingkat pengangguran dan kemiskinan," jelas dia.
Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebut APBN masih bekerja keras karena tekanan global yang kuat dan bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun begitu, APBN masih terjaga kesehatanya dan berkelanjutan (sustainable).
"APBN kita bekerja luar biasa keras pada masa-masa pandemi dan pascapandemi, pada saat tekanan global masih sangat kuat yang bisa melemahkan pertumbuhan ekonomi," katanya. "Meskipun APBN bekerja luar biasa keras dan responsif terhadap kondisi dan situasi ekonomi, APBN masih terjaga kesehatanya dan sustainable. Kinerja APBN 2023 akan jauh melebihi ekspektasi dari sisi postur akhir," ungkap Menkeu.
(nng)