Wall Street Melemah Karena Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi China

Selasa, 29 Januari 2019 - 06:48 WIB
Wall Street Melemah...
Wall Street Melemah Karena Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi China
A A A
NEW YORK - Pasar saham Amerika Serikat alias Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Senin waktu setempat. Kejatuhan Wall Street dikarenakan melemahnya saham alat berat Caterpillar dan produsen chip Nvidia, dimana pendapatan kedua perusahaan ini melemah seiring perlambatan ekonomi China.

Melansir dari CNBC, Selasa (29/1/2019), saham Caterpillar anjlok 9,1% setelah membukukan laba yang sedikit di kuartal IV-2018. Perusahaan mengatakan penjualannya di Asia Pasifik menurun karena rendahnya permintaan dari China. Caterpillar sendiri memiliki eksposure lebih besar di pasar luar negeri, terutama di China.

Senada, saham Nvidia ambruk hingga 13,8%, setelah pendapatan mereka di kuartal IV-2018 jatuh menjadi USD2,2 miliar dari sebelumnya USD2,7 miliar. Produsen chip itu mengatakan pasar untuk pembuatan chip melemah, karena menurunnya permintaan dari China.

Hasil keduanya berpengaruh terhadap saham-saham teknologi dan industri. Sehingga indeks Dow Jones Industrial Average turun 208,98 poin menjadi 24.528,22. Indeks S&P 500 melemah 0,8% menjadi 2.643,85, dan Nasdaq berkurang 1,1% ditutup menjadi 7.085,68, karena saham Microsoft, Apple, Amazon, dan Facebook, semuanya turun sekitar 0,9%.

"Cerita mengenai perlambatan ekonomi China bukan cerita yang dibuat-buat. Ini akan memberi pengaruh pada perlambatan ekonomi global dan diperlukan stimulus yang lebih banyak," ujar Quincy Krosby, kepala strategi pasar di Prudential Financial.

Melambatnya ekonomi China membuat Negeri Tirai Bambu berusaha mencapai kesepakatan dengan AS untuk mengakhiri sengketa perdagangan.

"Ekonomi China tumbuh melambat pada 2018, menjadi yang paling lambat dalam kurun waktu hampir tiga dekade. Agar pasar bisa naik, investor perlu ada hal positif yaitu meredanya konflik dagang sehingga bisa meredakan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global," terang Bruce Bittles, kepala strategi investasi di Baird.

Kini, investor sedang menunggu hasil pembicaraan perdagangan antara China dengan AS, keputusan kebijakan moneter terbaru dari The Fed, serta laporan ketenagakerjaan bulanan AS yang akan dirilis akhir pekan ini.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1162 seconds (0.1#10.140)