Bahan Pangan Sumbang Inflasi Januari 2019 di Bangka Belitung

Selasa, 12 Februari 2019 - 05:48 WIB
Bahan Pangan Sumbang Inflasi Januari 2019 di Bangka Belitung
Bahan Pangan Sumbang Inflasi Januari 2019 di Bangka Belitung
A A A
PANGKALPINANG - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bangka Belitung mencatat inflasi di Provinsi Bangka Belitung (Babel) pada Januari 2019, berada di level terkendali dengan angka 3,25% (yoy) atau secara bulanan sebesar 1,04% (mtm).

Tekanan inflasi pada tahun Januari 2019 masih diwarnai dengan peningkatan inflasi dari angkutan udara dan beberapa komoditas pangan.

"Inflasi di Januari 2019 masih cenderung terkendali dibandingkan dengan historisnya, nuansa libur awal tahun masih memberikan tendensi peningkatan inflasi," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Babel, Tantan Heroika kepada awak media di Pangkalpinang, Senin (11/2/2019).

Secara spasial, lanjutnya Kota Tanjungpandan, Belitung mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan Kota Pangkalpinang. Inflasi Kota Tanjungpandan tercatat sebesar 1,23% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 3,53% (yoy).

Sementara inflasi Kota Pangkalpinang, Bangka tercatat sebesar 0,93% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 3,10% (yoy).

"Inflasi yang terjadi pada Januari 2019 ini didorong oleh kenaikan inflasi dari kelompok bahan makanan yang memberikan andil sebesar 3,07% (mtm) sehingga memberikan andil keseluruhan 0,86%," jelas Tantan Heroika.

Ia menyampaikan tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan karena meningkatnya inflasi dari sub kelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 7,11% (mtm), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 2,75% (mtm), dengan komoditas ikan kembung memberikan andil terbesar, yaitu 0,11%.

Selain itu, tekanan inflasi bahan makanan juga disumbangkan oleh beberapa komoditas diantaranya daging ayam ras dan beras. Kenaikan inflasi, dari sejumlah bahan pangan ini disebabkan oleh terganggunya jalur distribusi laut akibat gelombang tinggi sehingga mempengaruhi ketersediaan pangan lokal ditengah peningkatan permintaan.

Tantan juga mengemukakan secara tahunan tekanan inflasi Babel disebabkan oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan andil inflasi tahunan sebesar 0,94%, bersumber dari tarif angkutan udara yang memberikan andil sebesar 0,80%.

Terjadinya inflasi angkutan udara secara tahunan ini ditengarai disebabkan adanya perubahan strategi bisnis dari seluruh level maskapai penerbangan yang menyebabkan perubahan struktur biaya dan tarif angkutan udara.

"Selain itu, adanya kenaikan airport tax juga memberikan dampak terhadap kenaikan inflasi angkutan udara," ungkapnya.

Capaian inflasi yang stabil pada 2018 diperkirakan akan dapat dipertahankan sesuai dengan target inflasi yang ditetapkan Pemerintah tetap berada pada rentang 2,5%-4,5% (yoy). Akan tetapi, risiko inflasi yang muncul dari kelompok transportasi perlu diantisipasi.

"Pencapaian inflasi yang baik pada tahun 2018 dapat kita pertahankan di tahun 2019 ini. Upaya yang sudah dilakukan terus menerus oleh para pihak telah terbukti dapat mengawal stabilitas inflasi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Babel tersebut.

Koordinasi yang baik antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah dan Satgas Pangan juga telah dapat mengawal stabilitas bahan pangan sampai dengan akhir 2019.

"Meskipun begitu, kita harus tetap waspada mengawal inflasi di tahun 2019, kedepan tantangan struktural inflasi masih akan dihadapi dalam mengawal stabilitas inflasi. Keterbatasan produktivitas lokal dan masalah konektivitas masih akan menjadi persoalan utama dalam pengendalian inflasi di Babel," sebutnya.

Selain itu, tantangan inflasi dari tarif angkutan udara juga memberikan risiko terhadap pencapaian inflasi di Bumi Serumpun Sebalai ini.

"Oleh karena itu, koordinasi dan sinergi berbagai pemangku kepentingan dapat terus dijaga dan ditingkatkan untuk memecahkan masalah struktural inflasi di Bangka Belitung," tutup Tantan.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4110 seconds (0.1#10.140)