Ini Saran Ekonom untuk Kebijakan Sektor Energi ke Depan

Kamis, 14 Februari 2019 - 16:45 WIB
Ini Saran Ekonom untuk...
Ini Saran Ekonom untuk Kebijakan Sektor Energi ke Depan
A A A
JAKARTA - Indonesia disebut masih mengalami defisit energi, khususnya minyak, karena besarnya ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai 41% dari total konsumsi. Kondisi ini disebut akan semakin parah melihat produksi migas yang cenderung menurun.

Ekonom Indef Berly Martawardayo menyebutkan, produksi minyak dalam negeri cenderung turun, di mana produksi di 2018 lebih rendah 30% dibandingkan 2014. Tak hanya itu, sambung dia, investasi minyak dan gas (migas) di Indonesia pun masih kalah dibandingkan beberapa negara lain, seperti Nigeria, Algeria, bahkan beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand.

"Investasi migas di Indonesia masih kecil karena kita masih kalah sama Afrika kayak Nigeria dan masih kalah sama Malaysia dan Thailand," ujar Berly di Jakarta, Kamis (14/2/2019).

Dia menambahkan, Indonesia juga belum mencapai diversifikasi energi yang mampu menjamin kemandiran energi. Suplai energi nasional menurutnya masih didominasi oleh energi tak terbarukan.

"Di saat bersamaan, pemanfaatan energi baru terbarukan ini baru mencapai 8,4% sehingga masih sangat jauh dari target 23%," katanya.

Untuk itu, dia menyarankan agar pemerintah selanjutnya segera menuntaskan revisi Undang-undang (UU) Migas untuk memberi kepastian bagi investor, sertas meningkatkan insentif fiskal untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT).

"Apabila dalam lima tahun ke depan tidak ada perubahan kebijakan nyata para sisi supply dan demand maka Indonesia akan menjadi pengimpor BBM terbesar dunia yang menggerus kesejahteraan masyarakat dan kurs rupiah," tandasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9042 seconds (0.1#10.140)