Kabupaten Malang Miliki Potensi Besar Jadi Sumber Penghasil Jagung
A
A
A
JAKARTA - Kabupaten Malang di Jawa Timur memiliki potensi besar sebagai wilayah penghasil jagung. Berdasarkan data dari dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, luas tanam jagung pada tahun 2017 adalah seluas 46.972 hektar dan tahun 2018 seluas 46.184 hektar. Dari luas lahan itu, perkembangan luas panen jagung seluas 44.933 hektar pada 2017 dan tahun 2018 seluas 42.201 hektar.
Desa Sindurejo di Kecamatan Gedangan menjadi salah satu contoh potensi penghasil jagung diantara daerah lain di Kabupaten Malang. Ini dibuktikan dengan daerah yang berbukit dan lahan yang sangat sulit ditanam, tetapi petani bisa menanam jagung dengan baik dan menghasilkan panen jagung dengan kualitas baik. Keberhasilan itu terlihat pada saat melakukan panen perdana Senin awal pekan lalu.
Sukses panen jagung ini mendatangkan berkah bagi petani. Selain mendapatkan bantuan sarana prasarana, desa ini juga mendapatkan bantuan benih kualitas hibrida bisi 2, 228, 514 seluas 790 hektar. Tak hanya itu mereka juga mendapat bantuan pupuk untuk jagung perhektarnya 50 kg.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, Budiar, mengatakan topografi Malang selatan hampir sama dengan daerah Jawa Tengah yang lokasinya seperti tadah hujan, sangat cocok sekali ditanami jagung pada bulan Oktober dan Maret.
"Untuk produksi jagung tahun 2017 itu sebesar 289 ribu ton, kemudian di tahun 2018 sekitar 272 ribu ton. Tahun 2018 ada penurunan, itu disebabkan oleh musim kemarau yang cukup panjang pada tahun 2018. Kemudian target kita tahun 2019 sebesar 300 ribu ton. Mudah-mudahan kita bisa mencapai target 300 ribu ton tersebut," ujar Budiar.
Dia berharapn kepada gapoktan, poktan dan para mantri tani untuk dapat membantu merealisasikan target sebesar 300 ribu ton ini. Menurut Budiar, pihaknya menargetkan swasembada pangan di tahun 2021.
"Kita juga sudah mulai mencoba revolusi industri 4.0. Jadi data LLT kami, khususnya pajale akan kita buatkan laporan LLT ke pusat melalui sebuah aplikasi," kata Budiar.
Di pun berharap kepada Ditjen PSP Kementerian Pertanian memberikan bantuan berupa alsintan, embung, dan pipanisasi. "Itu masih kita butuhkan untuk terus meningkatkan hasil panen," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati sekaligus Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Malang, Abdul Rachman, menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak, khususnya kepada Kementerian Pertanian melalui Sekretaris Ditjen PSP dan jajarannya yang telah membuat sukses panen jagung di daerahnya.
"Perlu diketahui bahwa dalam visi madep mantep manetep Kabupaten Malang salah satu misinya meningkatkan daya saing masyarakat Kabupaten Malang.
Termasuk masyarakat petani kita, sehingga dengan dibimbing dan dibina oleh para penyuluh, mudah-mudahan keterampilan serta profesionalitas para petani kita semakin baik," kata Abdul Rachman.
Abdul Rachman berharap Malang akan menjadi wilayah sumber penghasil jagung yang lebih luas dengan upaya dan bantuan Kementan.
Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Rahmanto yang hadir dalam acara panen, mempersilakan Kabupaten Malang mengajukan bantuan apa saja yang dibutuhkan. Baik itu saluran irigasi tersier, pupuk atau alsintan.
"Silakan Dinasnya mengajukan ke kami bantuan apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatan produksi jagung," ujar Rahmanto dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Kamis (28/2/2019).
Rahmanto menuturkan, pihaknya juga terus mengupayakan harga jagung tetap stabil. Menurutnya, penyebab anjloknya harga jagung salah satunya karena petani tidak bisa menyimpan lama. Pedagang juga ada keterbatasan untuk menyimpan juga sehingga belinya terbatas atau bahkan menyewa gudang sehingga menambah biaya produksi.
"Keluhan-keluhan dari para petani akan kami respon dan kami bicarakan terus di tingkat pusat supaya harga ini bisa menguntungkan dan ada semangat dari petani untuk tetap berbudidaya jagung," tutur Rahmanto.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan tunda jual yaitu produksi jagung tidak langsung dijual tapi disimpan. Karena itu, dinas pertanian diusulkan ada program untuk menjaga produksi dan stabilitas harga.
"Bisa kita buatkan gudang gudang penyimpanan dan pengolahan kita bantu mesin pengering dan mesin pemipil," beber Rahmanto.
Dengan begitu, petani dirancang untuk bisa mengolah produksi dahulu, terus disimpan dan dikeluarkan sedikit sedikit. "Kita upayakan untuk fasilitasi mesin pengolahan gudangnya dan sebagainya," tutur Rahmanto.
Diakuinya, upaya jangka pendek yang tengah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melibatkan Bulog dalam penyerapan jagung. Meskipun langkah tersebut belum bisa dilakukan sepenuhnya karena gudang Bulog sudah penuh dengan penyerapan padi dari petani. "Masih diproses untuk aksi cepat tanggap untuk hal tersebut," tutur Rahmanto.
Upaya lanjutan adalah dengan membentuk korporasi petani karena luasan hamparan di Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi bisa mencapai 2 ribu hektar sehingga sudah mencapai skala ekonomi.
Sistem korporasi ini terus diupayakan pemerintah. Supaya masyarakat punya kekuatan tawar yang baik. termasuk harga bisa ditentukan sendiri oleh petani. "Kalau harga tidak cocok ya kita punya gudang dan sarana pengolahan hasil. Kita simpan," pungkasnya.
Desa Sindurejo di Kecamatan Gedangan menjadi salah satu contoh potensi penghasil jagung diantara daerah lain di Kabupaten Malang. Ini dibuktikan dengan daerah yang berbukit dan lahan yang sangat sulit ditanam, tetapi petani bisa menanam jagung dengan baik dan menghasilkan panen jagung dengan kualitas baik. Keberhasilan itu terlihat pada saat melakukan panen perdana Senin awal pekan lalu.
Sukses panen jagung ini mendatangkan berkah bagi petani. Selain mendapatkan bantuan sarana prasarana, desa ini juga mendapatkan bantuan benih kualitas hibrida bisi 2, 228, 514 seluas 790 hektar. Tak hanya itu mereka juga mendapat bantuan pupuk untuk jagung perhektarnya 50 kg.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, Budiar, mengatakan topografi Malang selatan hampir sama dengan daerah Jawa Tengah yang lokasinya seperti tadah hujan, sangat cocok sekali ditanami jagung pada bulan Oktober dan Maret.
"Untuk produksi jagung tahun 2017 itu sebesar 289 ribu ton, kemudian di tahun 2018 sekitar 272 ribu ton. Tahun 2018 ada penurunan, itu disebabkan oleh musim kemarau yang cukup panjang pada tahun 2018. Kemudian target kita tahun 2019 sebesar 300 ribu ton. Mudah-mudahan kita bisa mencapai target 300 ribu ton tersebut," ujar Budiar.
Dia berharapn kepada gapoktan, poktan dan para mantri tani untuk dapat membantu merealisasikan target sebesar 300 ribu ton ini. Menurut Budiar, pihaknya menargetkan swasembada pangan di tahun 2021.
"Kita juga sudah mulai mencoba revolusi industri 4.0. Jadi data LLT kami, khususnya pajale akan kita buatkan laporan LLT ke pusat melalui sebuah aplikasi," kata Budiar.
Di pun berharap kepada Ditjen PSP Kementerian Pertanian memberikan bantuan berupa alsintan, embung, dan pipanisasi. "Itu masih kita butuhkan untuk terus meningkatkan hasil panen," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati sekaligus Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Malang, Abdul Rachman, menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak, khususnya kepada Kementerian Pertanian melalui Sekretaris Ditjen PSP dan jajarannya yang telah membuat sukses panen jagung di daerahnya.
"Perlu diketahui bahwa dalam visi madep mantep manetep Kabupaten Malang salah satu misinya meningkatkan daya saing masyarakat Kabupaten Malang.
Termasuk masyarakat petani kita, sehingga dengan dibimbing dan dibina oleh para penyuluh, mudah-mudahan keterampilan serta profesionalitas para petani kita semakin baik," kata Abdul Rachman.
Abdul Rachman berharap Malang akan menjadi wilayah sumber penghasil jagung yang lebih luas dengan upaya dan bantuan Kementan.
Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Rahmanto yang hadir dalam acara panen, mempersilakan Kabupaten Malang mengajukan bantuan apa saja yang dibutuhkan. Baik itu saluran irigasi tersier, pupuk atau alsintan.
"Silakan Dinasnya mengajukan ke kami bantuan apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatan produksi jagung," ujar Rahmanto dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Kamis (28/2/2019).
Rahmanto menuturkan, pihaknya juga terus mengupayakan harga jagung tetap stabil. Menurutnya, penyebab anjloknya harga jagung salah satunya karena petani tidak bisa menyimpan lama. Pedagang juga ada keterbatasan untuk menyimpan juga sehingga belinya terbatas atau bahkan menyewa gudang sehingga menambah biaya produksi.
"Keluhan-keluhan dari para petani akan kami respon dan kami bicarakan terus di tingkat pusat supaya harga ini bisa menguntungkan dan ada semangat dari petani untuk tetap berbudidaya jagung," tutur Rahmanto.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan tunda jual yaitu produksi jagung tidak langsung dijual tapi disimpan. Karena itu, dinas pertanian diusulkan ada program untuk menjaga produksi dan stabilitas harga.
"Bisa kita buatkan gudang gudang penyimpanan dan pengolahan kita bantu mesin pengering dan mesin pemipil," beber Rahmanto.
Dengan begitu, petani dirancang untuk bisa mengolah produksi dahulu, terus disimpan dan dikeluarkan sedikit sedikit. "Kita upayakan untuk fasilitasi mesin pengolahan gudangnya dan sebagainya," tutur Rahmanto.
Diakuinya, upaya jangka pendek yang tengah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melibatkan Bulog dalam penyerapan jagung. Meskipun langkah tersebut belum bisa dilakukan sepenuhnya karena gudang Bulog sudah penuh dengan penyerapan padi dari petani. "Masih diproses untuk aksi cepat tanggap untuk hal tersebut," tutur Rahmanto.
Upaya lanjutan adalah dengan membentuk korporasi petani karena luasan hamparan di Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi bisa mencapai 2 ribu hektar sehingga sudah mencapai skala ekonomi.
Sistem korporasi ini terus diupayakan pemerintah. Supaya masyarakat punya kekuatan tawar yang baik. termasuk harga bisa ditentukan sendiri oleh petani. "Kalau harga tidak cocok ya kita punya gudang dan sarana pengolahan hasil. Kita simpan," pungkasnya.
(ven)