Sri Mulyani Maksimalkan Pengembangan Digitalisasi Pembiayaan UMi
A
A
A
GORONTALO - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani terus mendorong masyarakat mikro untuk mengembangkan usahanya melalui e-commerce. Terkait dengan pembiayaan Ultra Mikro (UMi) sendiri telah dibentuk Digitalisasi Pembiayaan UMi pada bulan Desember 2018 yang lalu.
Selain itu pemerintah telah menjalin kerja sama dengan penyedia jasa pembayaran melalui uang elektronik antara lain T-Money, T-Cash, GoPay dan marketplace Bukalapak. Dalam menjalankan Digitalisasi Pembiayaan UMi, Kementerian Keuangan bersinergi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui BLU BAKTI untuk menyediakan akses teknologi dan informasi yang lebih luas ke wilayah yang belum terakses layanan pembiayaan dan memberikan layanan yang lebih mudah dan cepat.
“Kami juga berusaha untuk melakukan inovasi dengan bekerjasama dengan fintech seperti Uang Elektronik (uNIK) dan juga para merchant dari market place termasuk buka lapak dan lainnya. Nanti kami akan lihat apakah kemampuan untuk bisa menyalurkan dan meningkatkan kapasitas para pengusaha yang sangat kecil sehingga mereka bisa meningkat menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat," ujar Menkeu saat mengunjungi pedagang dan debitur pembiayaan UMi di Gorontalo, Jumat (1/3/2019).
Sampai dengan saat ini, Penyalur Pembiayaan UMi di Provinsi Gorontalo dinilai belum maksimal, mengingat potensi UMKM yang sangat besar di wilayah Gorontalo. Hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi semua pihak yang terlibat.
Menurutnya penyaluran dapat ditingkatkan lebih lanjut melalui partisipasi aktif Pemerintah Daerah melalui penjaringan debitur-debitur dan koperasi-koperasi yang potensial untuk semakin memperluas jangkauan pembiayaan UMi di daerah Provinsi Gorontalo secara khusus dan Nasional secara umum.
Sebagai informasi pembiayaan UMi menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah dengan pembiayaan paling banyak Rp10 juta per nasabah. Selama ini, segmen tersebut belum bisa difasilitasi oleh program KUR.
Jumlah usaha mikro di lapisan ini cukup signifikan, mencapai lebih dari 44 juta usaha atau sekitar 72,1% dari jumlah UMKM secara nasional. Perbedaan antara Pembiayaan UMi dengan program lain, termasuk KUT (Kredit Usaha Tani) terletak pada 3 hal, antara lain Penggunaan teknologi informasi sebagai sarana transaksi sekaligus pengawasan.
Selanjutnya ada penekanan pada program pendampingan dari penyalur kepada para debitur; ditambah adanya skema pembiayaan secara berkelompok yang merupakan pembiayaan tanpa jaminan karena sasarannya adalah usaha yang belum bankable.
Sampai dengan 23 Februari 2019, secara nasional, Pembiayaan UMi telah disalurkan pada 846.547 debitur dengan total penyaluran sebesar Rp.2,15 triliun, yang artinya rata-rata pembiayaan per debitu sebesar Rp.2,7 juta.
Penyaluran tersebut dicapai melalui kerja sama PIP dengan 3 Penyalur yang telah ditunjuk yaitu PT. Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Bahana Artha Ventura (BAV). PT BAV menyalurkan Pembiayaan UMi melalui Pola Penyaluran Tidak Langsung melalui kerja sama dengan 20 Koperasi yang tersebar di berbagai provinsi.
Secara khusus, untuk Provinsi Gorontalo, Pembiayaan UMi telah menjangkau 273 Debitur dengan total penyaluran lebih dari Rp. 1.898,5 juta. Tertinggi ada di Kabupaten Gorontalo dengan total 198 Debitur (Rp.1.384 juta) disusul oleh Kabupaten Bonebolango dengan total 27 Debitur (Rp191 juta). Untuk wilayah lain ada di Kabupaten Boalemo dengan total 24 Debitur (Rp153,5 juta), Kabupaten Pahuwato dengan total 12 Debitur (Rp82 juta), dan Kabupaten Gorontalo Utara dengan total 12 Debitur (Rp88 juta).
“Kami tentu berharap dengan adanya dana ini dari Rp7 triliun sekarang ini baru disalurkan Rp2 triliun, jadi sebetulnya ada anggarannya. Kapasitas di dalam menyalurkan barang kali yang akan kami evaluasi lebih banyak lagi. Kita tentu berharap para pedagang di pasar ini akan mendapatkan manfaat dari dana yang sudah disalurkan dan hari ini termasuk akan diakadkan dari sisi kreditnya," tambah Menkeu.
Selain itu pemerintah telah menjalin kerja sama dengan penyedia jasa pembayaran melalui uang elektronik antara lain T-Money, T-Cash, GoPay dan marketplace Bukalapak. Dalam menjalankan Digitalisasi Pembiayaan UMi, Kementerian Keuangan bersinergi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui BLU BAKTI untuk menyediakan akses teknologi dan informasi yang lebih luas ke wilayah yang belum terakses layanan pembiayaan dan memberikan layanan yang lebih mudah dan cepat.
“Kami juga berusaha untuk melakukan inovasi dengan bekerjasama dengan fintech seperti Uang Elektronik (uNIK) dan juga para merchant dari market place termasuk buka lapak dan lainnya. Nanti kami akan lihat apakah kemampuan untuk bisa menyalurkan dan meningkatkan kapasitas para pengusaha yang sangat kecil sehingga mereka bisa meningkat menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat," ujar Menkeu saat mengunjungi pedagang dan debitur pembiayaan UMi di Gorontalo, Jumat (1/3/2019).
Sampai dengan saat ini, Penyalur Pembiayaan UMi di Provinsi Gorontalo dinilai belum maksimal, mengingat potensi UMKM yang sangat besar di wilayah Gorontalo. Hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi semua pihak yang terlibat.
Menurutnya penyaluran dapat ditingkatkan lebih lanjut melalui partisipasi aktif Pemerintah Daerah melalui penjaringan debitur-debitur dan koperasi-koperasi yang potensial untuk semakin memperluas jangkauan pembiayaan UMi di daerah Provinsi Gorontalo secara khusus dan Nasional secara umum.
Sebagai informasi pembiayaan UMi menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah dengan pembiayaan paling banyak Rp10 juta per nasabah. Selama ini, segmen tersebut belum bisa difasilitasi oleh program KUR.
Jumlah usaha mikro di lapisan ini cukup signifikan, mencapai lebih dari 44 juta usaha atau sekitar 72,1% dari jumlah UMKM secara nasional. Perbedaan antara Pembiayaan UMi dengan program lain, termasuk KUT (Kredit Usaha Tani) terletak pada 3 hal, antara lain Penggunaan teknologi informasi sebagai sarana transaksi sekaligus pengawasan.
Selanjutnya ada penekanan pada program pendampingan dari penyalur kepada para debitur; ditambah adanya skema pembiayaan secara berkelompok yang merupakan pembiayaan tanpa jaminan karena sasarannya adalah usaha yang belum bankable.
Sampai dengan 23 Februari 2019, secara nasional, Pembiayaan UMi telah disalurkan pada 846.547 debitur dengan total penyaluran sebesar Rp.2,15 triliun, yang artinya rata-rata pembiayaan per debitu sebesar Rp.2,7 juta.
Penyaluran tersebut dicapai melalui kerja sama PIP dengan 3 Penyalur yang telah ditunjuk yaitu PT. Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Bahana Artha Ventura (BAV). PT BAV menyalurkan Pembiayaan UMi melalui Pola Penyaluran Tidak Langsung melalui kerja sama dengan 20 Koperasi yang tersebar di berbagai provinsi.
Secara khusus, untuk Provinsi Gorontalo, Pembiayaan UMi telah menjangkau 273 Debitur dengan total penyaluran lebih dari Rp. 1.898,5 juta. Tertinggi ada di Kabupaten Gorontalo dengan total 198 Debitur (Rp.1.384 juta) disusul oleh Kabupaten Bonebolango dengan total 27 Debitur (Rp191 juta). Untuk wilayah lain ada di Kabupaten Boalemo dengan total 24 Debitur (Rp153,5 juta), Kabupaten Pahuwato dengan total 12 Debitur (Rp82 juta), dan Kabupaten Gorontalo Utara dengan total 12 Debitur (Rp88 juta).
“Kami tentu berharap dengan adanya dana ini dari Rp7 triliun sekarang ini baru disalurkan Rp2 triliun, jadi sebetulnya ada anggarannya. Kapasitas di dalam menyalurkan barang kali yang akan kami evaluasi lebih banyak lagi. Kita tentu berharap para pedagang di pasar ini akan mendapatkan manfaat dari dana yang sudah disalurkan dan hari ini termasuk akan diakadkan dari sisi kreditnya," tambah Menkeu.
(akr)