Akhiri Perang Dagang, AS-China Memulai Lagi Pembicaraan Pekan Depan
A
A
A
WASHINGTON - Para pejabat Amerika Serikat (AS) berencana untuk melakukan perjalanan ke China, pekan depan sebagai lanjutan pembicaraan yang bertujuan mengakhiri perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut. Seperti diketahui AS dan China telah memberlakukan tarif tinggi bernilai hingga satu miliar dolar selama satu tahun terakhir.
Seperti dilansir BBC, Rabu (20/3/2019) genjatan senjata yang disepakati dalam pertemuan G20 pada bulan Desember, lalu diyakini membuka jalan bagi perundingan. Meski negosiasi berlangsung secara berbelit-belit yang hingga kini belum menemui titik temu. Namun Presiden AS Donald Trump sempat mengutarakan pembicaraan berlangsung positif.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berencana untuk terbang ke Beijing minggu depan untuk bertemu dengan Wakil Presiden China Liu He. Hal ini disampaikan The Wall Street Journal yang mengutip dari pejabat administrasi Trump yang tidak disebutkan namanya. Ia juga mengatakan bahwa delegasi China yang dipimpin oleh Liu diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan di Washington selanjutnya.
Perundingan lanjutan ini diperkirakan bertujuan untuk menutup kesepakatan pada akhir April. Sejauh ini pembicaraan Beijing dan Washington berlangsung lebih lama dari yang diprediksi, ketika para pejabat terkadang membuat komentar yang bertentangan tentang kemajuan negosiasi perdagangan. Pembicaraan AS dan China sebelumnya berakhir tanpa kesepakatan pada 15 Februari, dengan peringatan AS "bahwa masalah yang sangat sulit" tetap tidak terselesaikan.
Padahal Trump pada akhir bulan, mengutarakan kedua belah pihak "sangat dekat" untuk menandatangani perjanjian perdagangan, walau belum ada kesepakatan yang akan datang. Dia juga menunda batas waktu 1 Maret untuk menaikkan tarif bea impor tinggi terhadap produk asal China bulan lalu.
Pembicaraan kedua negara, seputar tuduhan AS kepada China yang mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan Amerika, serta memaksa mereka untuk mentransfer teknologi ke China. Washington ingin Beijing melakukan perubahan pada kebijakan ekonominya, yang dikeluhkan bahwa berlaku tidak adil dengan hanya menguntungkan perusahaan domestik melalui subsidi dan dukungan lainnya.
Washington juga ingin China membeli lebih banyak barang AS untuk mengendalikan defisit perdagangan yang tinggi. Di sisi lain China menudingAS meluncurkan perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi dan tidak mungkin merangkul perubahan struktural yang lebih luas.
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan, kemungkinan akan membuat AS menggandakan kebijakan tarif tinggi terhadap produk-produk asal China senilai USD200 miliar. AS sendiri telah mengenakan tarif terhadap barang dari China senilai USD250 miliar, dan China telah membalas dengan bea atas untuk produk-produk AS mencapai USD110 miliar.
Seperti dilansir BBC, Rabu (20/3/2019) genjatan senjata yang disepakati dalam pertemuan G20 pada bulan Desember, lalu diyakini membuka jalan bagi perundingan. Meski negosiasi berlangsung secara berbelit-belit yang hingga kini belum menemui titik temu. Namun Presiden AS Donald Trump sempat mengutarakan pembicaraan berlangsung positif.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berencana untuk terbang ke Beijing minggu depan untuk bertemu dengan Wakil Presiden China Liu He. Hal ini disampaikan The Wall Street Journal yang mengutip dari pejabat administrasi Trump yang tidak disebutkan namanya. Ia juga mengatakan bahwa delegasi China yang dipimpin oleh Liu diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan di Washington selanjutnya.
Perundingan lanjutan ini diperkirakan bertujuan untuk menutup kesepakatan pada akhir April. Sejauh ini pembicaraan Beijing dan Washington berlangsung lebih lama dari yang diprediksi, ketika para pejabat terkadang membuat komentar yang bertentangan tentang kemajuan negosiasi perdagangan. Pembicaraan AS dan China sebelumnya berakhir tanpa kesepakatan pada 15 Februari, dengan peringatan AS "bahwa masalah yang sangat sulit" tetap tidak terselesaikan.
Padahal Trump pada akhir bulan, mengutarakan kedua belah pihak "sangat dekat" untuk menandatangani perjanjian perdagangan, walau belum ada kesepakatan yang akan datang. Dia juga menunda batas waktu 1 Maret untuk menaikkan tarif bea impor tinggi terhadap produk asal China bulan lalu.
Pembicaraan kedua negara, seputar tuduhan AS kepada China yang mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan Amerika, serta memaksa mereka untuk mentransfer teknologi ke China. Washington ingin Beijing melakukan perubahan pada kebijakan ekonominya, yang dikeluhkan bahwa berlaku tidak adil dengan hanya menguntungkan perusahaan domestik melalui subsidi dan dukungan lainnya.
Washington juga ingin China membeli lebih banyak barang AS untuk mengendalikan defisit perdagangan yang tinggi. Di sisi lain China menudingAS meluncurkan perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi dan tidak mungkin merangkul perubahan struktural yang lebih luas.
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan, kemungkinan akan membuat AS menggandakan kebijakan tarif tinggi terhadap produk-produk asal China senilai USD200 miliar. AS sendiri telah mengenakan tarif terhadap barang dari China senilai USD250 miliar, dan China telah membalas dengan bea atas untuk produk-produk AS mencapai USD110 miliar.
(akr)