Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung Masuk Tahap Pengeboran
A
A
A
JAKARTA - Konstruksi proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) siap memasuki tahapan pengeboran bawah tanah setelah alat bor raksasa tunnel boring machine (TBM) selesai dirakit. Dalam pengoperasiannya, alat yang didatangkan khusus dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai, China, itu diklaim tidak akan mengganggu lalu lintas jalan tol Jakarta–Cikampek.
Pasalnya pengeboran dengan metode pengerjaan shield tunneling itu memiliki tingkat keamanan jauh lebih tinggi daripada dengan metode drill, blasting atau metode lain. "Metode ini bekerja seperti cacing bawah tanah di mana selama proses pengeboran hampir tidak menimbulkan gangguan bagi aktivitas kendaraan atau masyarakat yang berlangsung di atasnya,” ujar Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Chandra Dwiputra dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Penggunaan metode itu juga telah sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Halim Perdanakusuma tentang ketinggian bangunan dan kemungkinan mengganggu operasional penerbangan. Alat bor itu, menurut Chandra, akan bekerja secara intensif dengan standar pengoperasian selama 24 jam tanpa henti.
Pada kecepatan tertinggi mesin bor yang memiliki mata bor (cutting knives) yang dirancang khusus dari logam keras itu dapat melubangi lapisan tanah sepanjang delapan meter per harinya. Untuk memudahkan dan mempercepat proses pengeboran, TBM KCJB juga dilengkapi dengan slurry treatment machine yang berfungsi untuk mengolah material tanah hasil bor menjadi kompartemen yang mudah diangkut.
“Dengan teknologi TBM ini proses pengeboran akan berlangsung dengan aman dan cepat. Kami sangat peduli dengan titik kritis di jalan tol yang padat,” sebutnya. Sejak pertama kali dirakit pada pertengahan Februari 2019, alat bor raksasa ini kini segera dioperasikan untuk menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai Km 3+300 dari arah Jakarta.
Total bobot yang dimiliki TBM KCJB seberat 3.649 ton dengan diameter 13,19 meter dan panjang yang mencapai 105 meter. Hal itu menjadikannya sebagai alat bor terbesar yang pernah ada di Indonesia. Sebelumnya penggunaan TBM dengan diameter 6,64 meter dan panjang 90 meter telah berhasil menghubungkan jalur underground MRT Jakarta fase I yang kini telah resmi beroperasi.
TBM KCJB akan beroperasi di daerah Halim dengan menggunakan metode shield tunneling (MST) untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter. Metode itu dimaksudkan untuk meningkatkan standar keamanan dalam pembuatan terowongan yang nantinya akan melintang di bawah jalan tol Cikampek (Km 3+600 sampai dengan Km 5+800) melewati bagian tengah jalan dan overpass jalan arteri Jatiwaringin.
Lokasi ini termasuk areal padat dengan kegiatan mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, rencana konstruksi proyek pembangunan kereta cepat diharapkan tidak mengganggu arus lalu lintas jalan tol di ruas Jakarta–Cikampek. Menurut dia, pembangunan proyek tersebut tidak akan menjadi masalah jika dimitgasi secara serius.
“Saya kira dengan teknologi yang ada, mitigasinya serius, terutama tidak membuat hambatan di jalan tol, khususnya jalan tol Jakarta–Cikampek, konstruksi kereta cepat bisa dilakukan,” ucap dia kepada KORAN SINDO. Menurut dia, masyarakat pengguna tol sudah sangat terganggu akibat efek pembangunan konstruksi Jakarta–Cikampek (Japek) Elevated dan pembangunan konstruksi LRT yang ada di sekitar tol.
“Ya kita tahu, proyek di sekitar tol ini sangat banyak dan hampir dibangun berbarengan dengan proyek lain dan dengan konstruksi yang besar pula. Ya, kita berdoa semoga Japek Elevated juga sudah bisa rampung seperti yang ditargetkan pemerintah,” sebut dia.
Pemerintah sebelumnya menargetkan, jalan tol Jakarta–Cikampek Elevated bisa difungsikan saat memasuki musim mudik Lebaran tahun ini. Kepala Badan Pengatur jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Danang Parikesit mengatakan, pihaknya terus memantau tiga proyek konstruksi tersebut. “Kita pantau dan monitoring terus melalui koordinasi berbagai pihak, terutama dengan pihak BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) Jasa Marga,” ujarnya.
Danang menambahkan, Komite Keamanan dan Keselamatan Konstruksi juga dilibatkan untuk memantau proyek kereta cepat, LRT maupun Jakarta–Cikampek Elevated. “Fokus BPJT dan Direktorat Bina Marga bersama Jasa Marga tetap ada di keselamatan konstruksi dan keselamatan operasional. Itu jadi prioritas kita,” ucapnya.
Pasalnya pengeboran dengan metode pengerjaan shield tunneling itu memiliki tingkat keamanan jauh lebih tinggi daripada dengan metode drill, blasting atau metode lain. "Metode ini bekerja seperti cacing bawah tanah di mana selama proses pengeboran hampir tidak menimbulkan gangguan bagi aktivitas kendaraan atau masyarakat yang berlangsung di atasnya,” ujar Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Chandra Dwiputra dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Penggunaan metode itu juga telah sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Halim Perdanakusuma tentang ketinggian bangunan dan kemungkinan mengganggu operasional penerbangan. Alat bor itu, menurut Chandra, akan bekerja secara intensif dengan standar pengoperasian selama 24 jam tanpa henti.
Pada kecepatan tertinggi mesin bor yang memiliki mata bor (cutting knives) yang dirancang khusus dari logam keras itu dapat melubangi lapisan tanah sepanjang delapan meter per harinya. Untuk memudahkan dan mempercepat proses pengeboran, TBM KCJB juga dilengkapi dengan slurry treatment machine yang berfungsi untuk mengolah material tanah hasil bor menjadi kompartemen yang mudah diangkut.
“Dengan teknologi TBM ini proses pengeboran akan berlangsung dengan aman dan cepat. Kami sangat peduli dengan titik kritis di jalan tol yang padat,” sebutnya. Sejak pertama kali dirakit pada pertengahan Februari 2019, alat bor raksasa ini kini segera dioperasikan untuk menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai Km 3+300 dari arah Jakarta.
Total bobot yang dimiliki TBM KCJB seberat 3.649 ton dengan diameter 13,19 meter dan panjang yang mencapai 105 meter. Hal itu menjadikannya sebagai alat bor terbesar yang pernah ada di Indonesia. Sebelumnya penggunaan TBM dengan diameter 6,64 meter dan panjang 90 meter telah berhasil menghubungkan jalur underground MRT Jakarta fase I yang kini telah resmi beroperasi.
TBM KCJB akan beroperasi di daerah Halim dengan menggunakan metode shield tunneling (MST) untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter. Metode itu dimaksudkan untuk meningkatkan standar keamanan dalam pembuatan terowongan yang nantinya akan melintang di bawah jalan tol Cikampek (Km 3+600 sampai dengan Km 5+800) melewati bagian tengah jalan dan overpass jalan arteri Jatiwaringin.
Lokasi ini termasuk areal padat dengan kegiatan mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, rencana konstruksi proyek pembangunan kereta cepat diharapkan tidak mengganggu arus lalu lintas jalan tol di ruas Jakarta–Cikampek. Menurut dia, pembangunan proyek tersebut tidak akan menjadi masalah jika dimitgasi secara serius.
“Saya kira dengan teknologi yang ada, mitigasinya serius, terutama tidak membuat hambatan di jalan tol, khususnya jalan tol Jakarta–Cikampek, konstruksi kereta cepat bisa dilakukan,” ucap dia kepada KORAN SINDO. Menurut dia, masyarakat pengguna tol sudah sangat terganggu akibat efek pembangunan konstruksi Jakarta–Cikampek (Japek) Elevated dan pembangunan konstruksi LRT yang ada di sekitar tol.
“Ya kita tahu, proyek di sekitar tol ini sangat banyak dan hampir dibangun berbarengan dengan proyek lain dan dengan konstruksi yang besar pula. Ya, kita berdoa semoga Japek Elevated juga sudah bisa rampung seperti yang ditargetkan pemerintah,” sebut dia.
Pemerintah sebelumnya menargetkan, jalan tol Jakarta–Cikampek Elevated bisa difungsikan saat memasuki musim mudik Lebaran tahun ini. Kepala Badan Pengatur jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Danang Parikesit mengatakan, pihaknya terus memantau tiga proyek konstruksi tersebut. “Kita pantau dan monitoring terus melalui koordinasi berbagai pihak, terutama dengan pihak BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) Jasa Marga,” ujarnya.
Danang menambahkan, Komite Keamanan dan Keselamatan Konstruksi juga dilibatkan untuk memantau proyek kereta cepat, LRT maupun Jakarta–Cikampek Elevated. “Fokus BPJT dan Direktorat Bina Marga bersama Jasa Marga tetap ada di keselamatan konstruksi dan keselamatan operasional. Itu jadi prioritas kita,” ucapnya.
(don)