Sinergi Kebijakan Ekonomi Diperkuat

Kamis, 28 Maret 2019 - 08:22 WIB
Sinergi Kebijakan Ekonomi...
Sinergi Kebijakan Ekonomi Diperkuat
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus memperkuat sinergi kebijakan reformasi struktural guna meningkatkan kinerja perekonomian nasional di 2019. Meski prospek ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan tetap baik, masih ada sejumlah tantangan struktural baik dari sisi global maupun domestik yang tetap harus diwaspadai.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia mampu melewati tahun 2018 di tengah ekonomi global yang bergejolak. Bahkan, kinerja ekonomi Indonesia tahun lalu dinilai cukup baik dilihat dari inflasi yang terkendali, nilai tukar yang stabil, serta stabilitas ekonomi yang terjaga.

"Kuncinya adalah sinergi, sehingga kita mampu menjaga ketahanan dan pertumbuhan ekonomi lebih baik. Bauran kebijakan BI dengan sinergi yang kuat bersama pemerintah, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), perbankan, dan dunia usaha mampu menjaga ketahanan perekonomian Indonesia lebih baik," ujar Perry pada peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) tahun 2018 di Jakarta, kemarin.

Dia menuturkan, BI akan terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas lainnya untuk mempercepat reformasi struktural guna memastikan kesinambungan pertumbuhan ekonomi. Sinergi kebijakan ditempuh untuk konsisten melanjutkan reformasi struktural melalui empat strategi utama.

Pertama, strategi meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Upaya ini dilakukan melalui penguatan empat elemen dasar yakni ketersediaan infrastruktur, kualitas modal manusia (human capital), adopsi teknologi, dan dukungan kelembagaan. Kedua, strategi untuk mengembangkan kapasitas dan kapabilitas sektor industri. Ketiga, mengoptimalkan pemanfaatan ekonomi digital. Keempat, memperluas sumber pembiayaan ekonomi.

"Konsistensi dalam memperkuat sinergi bauran kebijakan ekonomi nasional akan membawa prospek ekonomi ke depan yang lebih baik," jelas Perry.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, ekonomi Indonesia akan tumbuh stabil dan lebih baik pada tahun ini. Hal ini karena suku bunga Amerika Serikat (AS) diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunga sekali, atau bahkan tidak sama sekali.

"Ini akan membantu stabilitas Indonesia. Dana-dana yang kembali masuk ke Indonesia sejak kuartal IV/2018 terus berlanjut hingga kuartal I-2019. Kami proyeksikan inflow dana di pasar saham dan obligasi akan terus berlanjut dan menambah funding capacity untuk tumbuh ke depan," ujarnya.

Mirza mengatakan, kondisi resesi di Amerika Serikat (AS) juga mendorong aliran modal asing masuk ke Indonesia. "Kami melihat dengan pelemahan ekonomi AS membuat suku bunga AS tidak naik dan membantu Indonesia dalam pembiayaan current account deficit (CAD) dan masuknya dana portofolio," ungkapnya.

Menurut Mirza, Indonesia juga harus mewaspadai pelemahan ekonomi China. Pasalnya, ekspor Indonesia banyak berorientasi ke pasar China. Perekonomian China diprediksi akan tumbuh sekitar 6,3% di tahun ini.

Meski begitu, perlambatan ekonomi China belum berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. "Kecuali China tumbuh di bawah 6%. Itu kita bicara skenario yang lebih baru lagi. Ekspor kita memang mengalami perlambatan tetapi masih dalam skenario," tuturnya. (Oktiani Endarwati)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)