PUPR Dorong KPBU Capai 10 Juta Sambungan Air Minum Baru
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus meningkatkan akses air minum di Indonesia. Hingga akhir tahun 2018, cakupan air minum di Indonesia baru mencapai 73% dan ditargetkan meningkat menjadi 75% pada 2019.
Untuk meningkatkan akses air minum kepada masyarakat, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, menerangkan tidak hanya mengandalkan APBN tetapi juga investasi swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
"Melalui KPBU diharapkan target 10 juta sambungan air minum baru sebagaimana arahan Pak Wapres Jusuf Kalla bisa tercapai," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Basuki menerangkan, disamping perlunya penambahan sambungan rumah baru melalui jaringan pipa PDAM, jaringan pipa yang ada dan sudah berusia lama juga perlu direvitalisasi.
"Sebenarnya air yang keluar dari water treatment adalah air layak minum. Namun menjadi tidak layak karena melewati pipa yang berkarat dan bocor. Selain itu juga masih terjadi kehilangan air akibat pengambilan secara ilegal," ujarnya.
Dengan skema KPBU, penambahan layanan air minum bisa lebih cepat seperti KPBU SPAM Umbulan yang akan melayani 320 ribu sambungan rumah di Kota Surabaya, Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo dan Gresik. Masyarakat membayar biaya pengolahan air menjadi air layak minum dengan tarif terjangkau terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
"Dalam investasi di bidang air minum, tetap harus dikuasai oleh negara mulai dari pengaturan dan tarifnya," tandas Basuki.
Disamping KPBU, Kementerian PUPR juga memiliki program reguler untuk peningkatan akses air minum di daerah diantaranya pembangunan SPAM Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
Pembangunan SPAM Kota Ternate dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kebutuhan akan pasokan air baku, seiring pertumbuhan penduduk di Kota Ternate yang cukup pesat. Meningkatnya kebutuhan air baku tersebut ternyata membuat Kota Ternate, khususnya Pulau Ternate mengalami masalah ketersediaan air baku untuk air minum yang selama ini sangat tergantung pada air tanah.
SPAM Kota Ternate dibangun menggunakan APBN senilai Rp45 miliar pada 2017 dan 2018. SPAM tersebut dibangun dengan Instalasi Pengolahan Air Ultrafiltrasi (IPA-UF) berkapasitas 100 liter per detik.
Pembangunan SPAM terdiri dari beberapa item kegiatan berupa sumber air baku dari sumur bor dengan kapasitas 5 liter per detik, dengan alokasi 3,5 liter per detik untuk sanitasi, dan 1,5 liter per detik untuk pengolahan air.
SPAM tersebut dilengkapi dengan Instalasi Pengelolahan Air Ultra Filtration (UF) berkapasitas 1,5 liter per detik. Sehingga menghasilkan air siap minum, peralatan laboratorium dan bangunan operasi.
Untuk meningkatkan akses air minum kepada masyarakat, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, menerangkan tidak hanya mengandalkan APBN tetapi juga investasi swasta melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
"Melalui KPBU diharapkan target 10 juta sambungan air minum baru sebagaimana arahan Pak Wapres Jusuf Kalla bisa tercapai," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Basuki menerangkan, disamping perlunya penambahan sambungan rumah baru melalui jaringan pipa PDAM, jaringan pipa yang ada dan sudah berusia lama juga perlu direvitalisasi.
"Sebenarnya air yang keluar dari water treatment adalah air layak minum. Namun menjadi tidak layak karena melewati pipa yang berkarat dan bocor. Selain itu juga masih terjadi kehilangan air akibat pengambilan secara ilegal," ujarnya.
Dengan skema KPBU, penambahan layanan air minum bisa lebih cepat seperti KPBU SPAM Umbulan yang akan melayani 320 ribu sambungan rumah di Kota Surabaya, Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo dan Gresik. Masyarakat membayar biaya pengolahan air menjadi air layak minum dengan tarif terjangkau terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
"Dalam investasi di bidang air minum, tetap harus dikuasai oleh negara mulai dari pengaturan dan tarifnya," tandas Basuki.
Disamping KPBU, Kementerian PUPR juga memiliki program reguler untuk peningkatan akses air minum di daerah diantaranya pembangunan SPAM Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
Pembangunan SPAM Kota Ternate dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kebutuhan akan pasokan air baku, seiring pertumbuhan penduduk di Kota Ternate yang cukup pesat. Meningkatnya kebutuhan air baku tersebut ternyata membuat Kota Ternate, khususnya Pulau Ternate mengalami masalah ketersediaan air baku untuk air minum yang selama ini sangat tergantung pada air tanah.
SPAM Kota Ternate dibangun menggunakan APBN senilai Rp45 miliar pada 2017 dan 2018. SPAM tersebut dibangun dengan Instalasi Pengolahan Air Ultrafiltrasi (IPA-UF) berkapasitas 100 liter per detik.
Pembangunan SPAM terdiri dari beberapa item kegiatan berupa sumber air baku dari sumur bor dengan kapasitas 5 liter per detik, dengan alokasi 3,5 liter per detik untuk sanitasi, dan 1,5 liter per detik untuk pengolahan air.
SPAM tersebut dilengkapi dengan Instalasi Pengelolahan Air Ultra Filtration (UF) berkapasitas 1,5 liter per detik. Sehingga menghasilkan air siap minum, peralatan laboratorium dan bangunan operasi.
(ven)