Sulteng Didorong jadi Penyangga Cabai Kawasan Timur Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) gencar melakukan pemerataan pengembangan kawasan cabai di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman bahkan menargetkan seluruh wilayah pulau utama di Indonesia harus mandiri cabai.
"Jangan lagi tergantung pasokan dari Jawa semua. Luar Jawa harus bisa mandiri cabai. Pasokan harus aman, harga juga harus stabil," ujar Amran dalam keterangan tertulis, Minggu (28/4/2019).
"Potensi luar Jawa masih banyak, harus bisa dioptimalkan. Sudah dua kali Ramadhan dan Lebaran, harga dan pasokan cabai nasional stabil. Idul Adha, Natal dan tahun baru juga terpantau aman. Ini bukti kalau pengembangan kawasan cukup berhasil. Apalagi sejak 2016 tidak ada impor cabai lagi. Luar Jawa harus terus dipacu supaya inflasi di daerah bisa dikendalikan," sambungnya.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Trie Iriyani mengaku siap menjadikan wilayahnya sebagai penyangga atau buffer zone produksi cabai di Indonesia Timur. Donggala, Banggai, Sigi, Parigi Moutong dan Tojo Una Una menurutnya merupakan sentra cabai di Sulawesi Tengah.
"Kita terus perluas pengembangan kawasan di sini. Setahun ada sekitar 5.000hektare tanaman aneka cabai di Sulteng dengan produksi mencapai 33.500 ton dan terus mengalami peningkatan. Sedangkan kebutuhan kami hanya sekitar 18.500 ton saja dalam setahun, jadi ada surplus yang signifikan, bisa memasok wilayah sekitar. Tahun 2019 ini kami didukung oleh Kementan pengembangan kawasan cabai seluas 375 hektare," ujar Trie semangat.
Kepala Bidang Hortikultura Kabupaten Donggala Nona Meythy menyatakan siap mewujudkan Donggala bagian dari kawasan penyangga cabai Sulteng. "Donggala punya potensi sekitar 1.200 hektare pertanaman cabai selama musim tanam setahun. Saat ini riil sudah mencapai 900-an hektare. Kami punya jenis cabai rawit lokal yang sudah terkenal, rawit sirup namanya. Sangat pedas dan tahan simpan," terangnya.
Menurut data Kementan, produksi nasional cabai pada 2018 lalu mencapai 2,52 juta ton lebih meliputi jenis rawit merah, rawit hijau, cabai keriting dan cabai merah besar. Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya 2,36 juta ton. Kebutuhan nasional cabai diperkirakan 1,6 juta hingga 1,8 juta ton setahun.
Terkait hal tersebut, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ismail Wahab kembali mengingatkan pentingnya pengaturan pola tanam. Sebaran produksi antarbulan dan antarwilayah perlu diatur sedemikian rupa melalui manajemen pola tanam sehingga tidak ada lagi bulan yang produksinya berlebih atau bulan yang kekurangan produksi cabai.
Guna memenuhi kebutuhan cabai di berbagai pulau, pemerintah terus berupaya melakukan terobosan, di antaranya pengembangan cabai di luar Jawa dan perbaikan distribusi antar-pulau. Khusus menghadapi puasa dan Lebaran tahun ini, Kementan telah memastikan pasokan cabai mencukupi. Pasalnya, beberapa sentra besar memasuki panen raya di bulan Mei-Juni 2019.
"Jangan lagi tergantung pasokan dari Jawa semua. Luar Jawa harus bisa mandiri cabai. Pasokan harus aman, harga juga harus stabil," ujar Amran dalam keterangan tertulis, Minggu (28/4/2019).
"Potensi luar Jawa masih banyak, harus bisa dioptimalkan. Sudah dua kali Ramadhan dan Lebaran, harga dan pasokan cabai nasional stabil. Idul Adha, Natal dan tahun baru juga terpantau aman. Ini bukti kalau pengembangan kawasan cukup berhasil. Apalagi sejak 2016 tidak ada impor cabai lagi. Luar Jawa harus terus dipacu supaya inflasi di daerah bisa dikendalikan," sambungnya.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Trie Iriyani mengaku siap menjadikan wilayahnya sebagai penyangga atau buffer zone produksi cabai di Indonesia Timur. Donggala, Banggai, Sigi, Parigi Moutong dan Tojo Una Una menurutnya merupakan sentra cabai di Sulawesi Tengah.
"Kita terus perluas pengembangan kawasan di sini. Setahun ada sekitar 5.000hektare tanaman aneka cabai di Sulteng dengan produksi mencapai 33.500 ton dan terus mengalami peningkatan. Sedangkan kebutuhan kami hanya sekitar 18.500 ton saja dalam setahun, jadi ada surplus yang signifikan, bisa memasok wilayah sekitar. Tahun 2019 ini kami didukung oleh Kementan pengembangan kawasan cabai seluas 375 hektare," ujar Trie semangat.
Kepala Bidang Hortikultura Kabupaten Donggala Nona Meythy menyatakan siap mewujudkan Donggala bagian dari kawasan penyangga cabai Sulteng. "Donggala punya potensi sekitar 1.200 hektare pertanaman cabai selama musim tanam setahun. Saat ini riil sudah mencapai 900-an hektare. Kami punya jenis cabai rawit lokal yang sudah terkenal, rawit sirup namanya. Sangat pedas dan tahan simpan," terangnya.
Menurut data Kementan, produksi nasional cabai pada 2018 lalu mencapai 2,52 juta ton lebih meliputi jenis rawit merah, rawit hijau, cabai keriting dan cabai merah besar. Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya 2,36 juta ton. Kebutuhan nasional cabai diperkirakan 1,6 juta hingga 1,8 juta ton setahun.
Terkait hal tersebut, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ismail Wahab kembali mengingatkan pentingnya pengaturan pola tanam. Sebaran produksi antarbulan dan antarwilayah perlu diatur sedemikian rupa melalui manajemen pola tanam sehingga tidak ada lagi bulan yang produksinya berlebih atau bulan yang kekurangan produksi cabai.
Guna memenuhi kebutuhan cabai di berbagai pulau, pemerintah terus berupaya melakukan terobosan, di antaranya pengembangan cabai di luar Jawa dan perbaikan distribusi antar-pulau. Khusus menghadapi puasa dan Lebaran tahun ini, Kementan telah memastikan pasokan cabai mencukupi. Pasalnya, beberapa sentra besar memasuki panen raya di bulan Mei-Juni 2019.
(fjo)