Bangun Kompetensi SDM Industri, Pemerintah Target 500 Politeknik
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) industri melalui peran pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja atau demand driven. Terkait akselerasi program pendidikan vokasi, pemerintah telah menuangkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2024, dengan target penambahan 500 politeknik yang link and match dengan industri.
“Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin pembangunan politeknik yang masif, karena dalam RPJMN untuk 2020-2024, SDM menjadi kunci dari pembangunan. Ini yang akan kita bangun di setiap stratanya,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Sabtu (11/5/2019).
Menurut Menperin, pemerintah juga terus berupaya mendorong pelaku industri agar ikut berperan dalam pembangunan SDM yang kompten. "Pembangunan industri nasional ke depan, tentunya memerlukan ketersediaan SDM yang kompeten guna memacu produktitivas dan daya saing. Apalagi, tenaga kerja industri yang dibutuhkan sekarang semakin spesifik,” ucapnya.
Airlangga menyebut, pengembangan pendidikan vokasi merupakan salah satu wujud pelaksanaan revolusi mental, yang merupakan gerakan nasional untuk membangun kualitas SDM Indonesia. Di samping pendidikan vokasi industri, Kemenperin menyelenggarakan program pelatihan dengan sistem 3 in 1 (pelatihan-sertifikasi kompetensi penempatan kerja) serta diklat peningkatan kompetensi dan sertifikasi tenaga kerja industri untuk peningkatan kualitas dan daya saing serta kesejahteraan tenaga kerja.
“Kemenperin juga terus ikut memberikan masukan untuk penyelarasan kurikulum di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), memfasilitasi praktek kerja bagi siswa SMK dan magang bagi guru sesuai dengan program keahlian, menyediakan instruktur sebagai pembimbing praktik kerja dan magang, serta mengeluarkan sertifikat bagi siswa SMK dan guru,” tuturnya.
Dalam pengembangan pendidikan vokasi, Kemenperin telah mengadopsi pendidikan dual system yang dilakukan oleh Jerman dengan lebih menitikberatkan pada praktik dibanding teori. “Untuk implementasi di Indonesia, porsinya 70 persen praktik dan 30 persen teori,” terangnya.
Kemenperin pun berkomitmen untuk menghasilkan calon-calon tenaga kerja yang siap terjun di lapangan melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi industri yang berbasis kompetensi. “Dengan upaya tersebut, diharapkan peluang kerja di dalam negeri sepenuhnya diisi oleh tenaga kerja Indonesia, bahkan dapat mengisi pasar kerja di luar negeri,” imbuhnya.
Pada kesempatan tesebut, Menperin menyampaikan apresiasi pada PT Astra International Tbk atas dukungannya dalam mengembangkan sistem pendidikan vokasi di Indonesia, terlebih kurikulum yang digunakan di Polman Astra, merupakan kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah yang terdiri dari pembelajaran teori dan praktik.
Kemudian kurikulum ditambah dengan program pemagangan di perusahaan Astra group yang menggunakan pendekatan Astra Dual System (ADS) dengan porsi 35% pembelajaran teori dan 65% pembelajaran praktik.
“Kami berharap kerja sama di bidang vokasi ini mampu menjawab atas kebutuhan SDM untuk mendukung pengembangan industri 4.0 di sektor industri otomotif. Kami mengucapkan terima kasih kepada PT Astra International Tbk atas partisipasi dan komitmennya untuk mengembangkan pendidikan vokasi di Indonesia,” paparnya.
Kampus Polman Astra Delta Silicon di Cikarang, nantinya menjadi kampus pengembangan dari kampus Polman Astra Sunter, Jakarta Utara yang didirikan pada tahun 1995 oleh PT Federal Motor yang saat ini bernama PT Astra Honda Motor (PT AHM) dengan nama Akademi Teknik Federal. Kemudian, pada tahun 2001 berganti nama menjadi Politeknik Manufaktur Astra atau lebih dikenal dengan Polman Astra.
Saat ini, Polman Astra memiliki 6 program studi antara lain Teknik Pembuatan Peralatan Perkakas Produksi (P4), Teknik Produksi dan Proses Manufaktur (TPPM), Manajemen Informatika (MI), Mesin Otomotif (MO), Mekatronika (MK) dan Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung (TKBG).
“Kami sangat mengapresiasi yang dilakukan PT Astra International Tbk karena 60% lulusan Polman Astra secara langsung diserap untuk bekerja di Astra Group, sementara 30% lulusannya bekerja di sektor industri di luar Astra Group dan 10% lulusannya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” jelasnya.
“Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin pembangunan politeknik yang masif, karena dalam RPJMN untuk 2020-2024, SDM menjadi kunci dari pembangunan. Ini yang akan kita bangun di setiap stratanya,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Sabtu (11/5/2019).
Menurut Menperin, pemerintah juga terus berupaya mendorong pelaku industri agar ikut berperan dalam pembangunan SDM yang kompten. "Pembangunan industri nasional ke depan, tentunya memerlukan ketersediaan SDM yang kompeten guna memacu produktitivas dan daya saing. Apalagi, tenaga kerja industri yang dibutuhkan sekarang semakin spesifik,” ucapnya.
Airlangga menyebut, pengembangan pendidikan vokasi merupakan salah satu wujud pelaksanaan revolusi mental, yang merupakan gerakan nasional untuk membangun kualitas SDM Indonesia. Di samping pendidikan vokasi industri, Kemenperin menyelenggarakan program pelatihan dengan sistem 3 in 1 (pelatihan-sertifikasi kompetensi penempatan kerja) serta diklat peningkatan kompetensi dan sertifikasi tenaga kerja industri untuk peningkatan kualitas dan daya saing serta kesejahteraan tenaga kerja.
“Kemenperin juga terus ikut memberikan masukan untuk penyelarasan kurikulum di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), memfasilitasi praktek kerja bagi siswa SMK dan magang bagi guru sesuai dengan program keahlian, menyediakan instruktur sebagai pembimbing praktik kerja dan magang, serta mengeluarkan sertifikat bagi siswa SMK dan guru,” tuturnya.
Dalam pengembangan pendidikan vokasi, Kemenperin telah mengadopsi pendidikan dual system yang dilakukan oleh Jerman dengan lebih menitikberatkan pada praktik dibanding teori. “Untuk implementasi di Indonesia, porsinya 70 persen praktik dan 30 persen teori,” terangnya.
Kemenperin pun berkomitmen untuk menghasilkan calon-calon tenaga kerja yang siap terjun di lapangan melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi industri yang berbasis kompetensi. “Dengan upaya tersebut, diharapkan peluang kerja di dalam negeri sepenuhnya diisi oleh tenaga kerja Indonesia, bahkan dapat mengisi pasar kerja di luar negeri,” imbuhnya.
Pada kesempatan tesebut, Menperin menyampaikan apresiasi pada PT Astra International Tbk atas dukungannya dalam mengembangkan sistem pendidikan vokasi di Indonesia, terlebih kurikulum yang digunakan di Polman Astra, merupakan kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah yang terdiri dari pembelajaran teori dan praktik.
Kemudian kurikulum ditambah dengan program pemagangan di perusahaan Astra group yang menggunakan pendekatan Astra Dual System (ADS) dengan porsi 35% pembelajaran teori dan 65% pembelajaran praktik.
“Kami berharap kerja sama di bidang vokasi ini mampu menjawab atas kebutuhan SDM untuk mendukung pengembangan industri 4.0 di sektor industri otomotif. Kami mengucapkan terima kasih kepada PT Astra International Tbk atas partisipasi dan komitmennya untuk mengembangkan pendidikan vokasi di Indonesia,” paparnya.
Kampus Polman Astra Delta Silicon di Cikarang, nantinya menjadi kampus pengembangan dari kampus Polman Astra Sunter, Jakarta Utara yang didirikan pada tahun 1995 oleh PT Federal Motor yang saat ini bernama PT Astra Honda Motor (PT AHM) dengan nama Akademi Teknik Federal. Kemudian, pada tahun 2001 berganti nama menjadi Politeknik Manufaktur Astra atau lebih dikenal dengan Polman Astra.
Saat ini, Polman Astra memiliki 6 program studi antara lain Teknik Pembuatan Peralatan Perkakas Produksi (P4), Teknik Produksi dan Proses Manufaktur (TPPM), Manajemen Informatika (MI), Mesin Otomotif (MO), Mekatronika (MK) dan Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung (TKBG).
“Kami sangat mengapresiasi yang dilakukan PT Astra International Tbk karena 60% lulusan Polman Astra secara langsung diserap untuk bekerja di Astra Group, sementara 30% lulusannya bekerja di sektor industri di luar Astra Group dan 10% lulusannya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” jelasnya.
(akr)