Perang Dagang AS Versus China Memanas, Siapa yang Akan Kalah?

Selasa, 14 Mei 2019 - 14:31 WIB
Perang Dagang AS Versus...
Perang Dagang AS Versus China Memanas, Siapa yang Akan Kalah?
A A A
NEW YORK - Perang perdagangan Amerika Serikat (AS) versus China telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, dimana kedua ekonomi terbesar dunia tersebut saling menerapkan tarif baru terhadap produk masing-masing. Presiden AS Donald Trump telah mengatakan berulang kali, bahwa Chian harus membayar pajak, meskipun penasihat ekonomi Larry Kudlow mengutarakan hal lain.

Menurutnya perang tarif yang digulirkan akan membuat perusahaan-perusahaan AS membayar lebih banyak untuk produk yang dibawa dari Beijing. Jadi, apakah Trump salah saat mengatakan perang dagang ini baik bagi AS serta menghasilkan miliaran dolar untuk Departemen Keuangan AS? Dan siapa yang akan paling mengalami kerugian paling besar saat konflik meningkat?

Menurut seorang pengacara di Cooley LLP yakni Christophe Bondy menegaskan, yang harus membayar tarif adalah importir AS bukan perusahaan China berupa dalam bentuk pajak kepada pemerintah AS. Bondy, yang merupakan penasihat senior pemerintah Kanada selama negosiasi perjanjian perdagangan bebas Kanada-UE, mengatakan kemungkinan biaya tambahan ini bakal diteruskan ke konsumen AS dalam bentuk harga yang lebih tinggi.

"Mereka (tarif bea tinggi) memiliki efek yang sangat mengganggu pada rantai pasokan," katanya.

Lalu apakah dampaknya terhadap China, ketika Beijing tetap menjadi mitra dagang utama Amerika, dengan ekspor naik 7% tahun lalu. Namun, arus perdagangan ke AS tergelincir 9% pada kuartal pertama 2019, menunjukkan perang perdagangan mulai terasa dampaknya.

Meskipun demikian, Dr Meredith Crowley, seorang pakar perdagangan di University of Cambridge mengatakan, tidak ada bukti bahwa perusahaan-perusahaan China telah mengurangi harga mereka dalam upaya untuk menjaga perusahaan AS tetap membeli.

"Beberapa eksportir barang yang sangat tersubstitusi baru saja keluar dari pasar karena perusahaan-perusahaan AS telah mulai mengimpor dari tempat lain. Margin mereka terlalu tipis dan tarif jelas memberikan efek ke mereka. Saya menduga mereka (China) yang menjual berbagai produk berbeda tidak mengurangi harga, mungkin karena importir AS terlalu bergantung pada mereka," jelasnya.

Sementara itu apa pengaruhnya perang dagang bagi AS. Menurut dua studi akademik yang diterbitkan pada bulan Maret, bisnis dan konsumen Amerika membayar hampir seluruh biaya tarif perdagangan AS yang dikenakan pada impor dari China pada tahun lalu.

Ekonom dari Federal Reserve Bank di New York, Universitas Princeton dan Universitas Columbia menghitung bahwa bea yang dikenakan pada berbagai berang impor, dari baja hingga mesin cuci, membuat biaya perusahaan AS dan konsumen berada pada kisaran USD3 miliar per bulan termasuk biaya pajak tambahan. Ini juga mengidentifikasi kerugian mencapai USD1,4 miliar terkait dengan penurunan permintaan.

Makalah kedua, yang ditulis oleh Pinelopi Goldberg, kepala ekonom Bank Dunia, juga menemukan bahwa konsumen dan perusahaan AS membayar sebagian besar biaya tarif tinggi. Menurut analisisnya, setelah memperhitungkan pembalasan oleh negara lain, korban terbesar perang dagang Trump adalah petani dan pekerja kerah biru di daerah-daerah yang mendukung Trump dalam pemilu 2016.

Selanjutnya bisakah perusahaan AS hanya membeli produk dari negara lain selain China?. Trump mengutarakan, perusahaan-perusahaan AS yang mengimpor dari China harus mencari di tempat lain -mungkin ke Vietnam- atau lebih baik membeli produk dari produsen Amerika.

Tapi Bondy mengatakan, masalahnya tidak sesederhana itu. "Butuh waktu lama untuk produktivitas dan rantai nilai untuk diorientasi kembali dan semua itu harus dibayar. Contohnya tarif baja yang diberlakukan AS tahun lalu, tidak bisa secara tiba-tiba ada ratusan pabrik baru yang dibangun di AS," paparnya.

China juga merupakan negara besar dalam sektor manufaktur, dibandingkan rival terdekatnya, yang membuatnya sulit untuk tergantikan dalam rantai pasokan global. Lalu apakah tarif tinggi pernah berhasil.

Ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa hal itu pernah berjalan sesuai rencana seperti disampaikan Crowley dan Bondy. Pada tahun 2009, Presiden Obama memberikan tarif curam 35% pada ban asal China, karena dinilai lonjakan impor telah merugikan pekerja AS. Namun, penelitian dari Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional pada 2012 menemukan biaya bagi konsumen Amerika dari harga ban justru semakin mahal sekitar USD1,1 miliar pada 2011.

Meskipun sekitar 1.200 pekerjaan manufaktur diselamatkan, katanya, uang tambahan yang dihabiskan konsumen AS mengurangi pengeluaran mereka untuk barang-barang ritel lainnya, "secara tidak langsung menurunkan lapangan kerja di industri ritel".

"Menambah kerugian lebih dalam, China membalas dengan mengenakan bea antidumping pada ekspor AS untuk ayam, yang membuat industri tersebut mengalami kerugian penjualan sekitar USD1 miliar," katanya.

Satu contoh yang biasanya diberikan untuk mempertahankan tarif adalah keputusan Presiden AS Ronald Reagan untuk mengenakan bea tinggi pada sepeda motor Jepang pada tahun 1983. Langkah ini diyakini sebagai penyelamat bagi produsen sepeda motor AS Harley Davidson dari lonjakan kompetisi asing. Tetapi beberapa orang berpendapat, semua itu merupakan upaya perusahaan sendiri dimana termasuk memodernisasi pabriknya dan membangun mesin yang lebih baik yang benar-benar mendorong perubahan.

Akankah Tarif Tinggi AS Bisa Memaksa China Mencapai Kesepakatan

Crowley mengatakan, ini masih menjadi tugas untuk dapat menarik kembali China ke meja perundingan, tetapi dia tidak mengharapkan mereka menawarkan kompromi radikal. "Ya mereka mengalami lebih banyak pelambatan pertumbuhan, dan mereka mengekspor lebih banyak ke AS daripada sebaliknya, sehingga mereka (China) akan lebih menderita akibat perang dagang," jelasnya.

"Tetapi China tidak benar-benar tertarik untuk mengubah aturannya, dan bahkan jika mereka melakukannya, apakah mereka benar-benar memiliki budaya untuk menegakkannya?"

Sementara Bondy menilai ancaman tarif Trump lebih tentang mencambuk basis pemilihnya dan menjadi berita utama. "Tarif lebih mudah dipahami daripada kerja keras menegosiasikan seperangkat aturan tentang hal-hal seperti perilaku entitas milik negara, perlindungan kekayaan intelektual, akses yang adil ke pasar dan perlindungan dasar bagi pekerja dan lingkungan."
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0202 seconds (0.1#10.140)