Harga Minyak Naik Akibat Meningkatnya Ketegangan AS-Iran
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah kembali menguat pada perdagangan Selasa ini, akibat meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dengan Iran. Hal ini menambah polemik sebelumnya, dimana OPEC Plus kembali menyatakan terus memangkas pasokan di tahun ini.
Melansir dari Reuters, Selasa (21/5/2019), harga minyak Brent International naik 6 sen atau 0,1% menjadi USD72,03 per barel pada pukul 01:18 GMT. Harga minyak berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) bertambah 12 sen atau 0,2% menjadi USD63,22 per barel.
Presiden AS Donald Trump pada Senin kemarin, mengancam Iran akan menggunakan "kekuatan besar" jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah, Hal ini menyusul sebuah serangan roket di ibukota Irak, Baghdad. Washington mencurigai serangan tersebut diorganisir oleh milisi yang memiliki hubungan dengan Iran.
ANZ Bank di Singapura, mengatakan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah berarti dengan premi risiko pada minyak mentah. Sehingga harga pasti naik.
Sebelumnya, Senin kemarin, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, menyerukan kepada OPEC dan sekutunya, Rusia, untuk terus melanjutkan pemangkasan produksi minyak yang telah dilakukan sejak awal 2019. Tujuannya untuk menopang harga. OPEC sendiri akan melakukan pertemuan pada 3-4 Juli untuk membahas kebijakan tersebut.
Di sisi lain, pasar keuangan mengalami tekanan akibat masih adanya kekhawatiran perang dagang AS dengan China yang dapat membuat perlambatan ekonomi global. Jika ekonomi dunia melambat, praktis permintaan akan minyak menjadi menurun. Sehingga harga bisa kembali melemah.
Melansir dari Reuters, Selasa (21/5/2019), harga minyak Brent International naik 6 sen atau 0,1% menjadi USD72,03 per barel pada pukul 01:18 GMT. Harga minyak berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) bertambah 12 sen atau 0,2% menjadi USD63,22 per barel.
Presiden AS Donald Trump pada Senin kemarin, mengancam Iran akan menggunakan "kekuatan besar" jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah, Hal ini menyusul sebuah serangan roket di ibukota Irak, Baghdad. Washington mencurigai serangan tersebut diorganisir oleh milisi yang memiliki hubungan dengan Iran.
ANZ Bank di Singapura, mengatakan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah berarti dengan premi risiko pada minyak mentah. Sehingga harga pasti naik.
Sebelumnya, Senin kemarin, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih, menyerukan kepada OPEC dan sekutunya, Rusia, untuk terus melanjutkan pemangkasan produksi minyak yang telah dilakukan sejak awal 2019. Tujuannya untuk menopang harga. OPEC sendiri akan melakukan pertemuan pada 3-4 Juli untuk membahas kebijakan tersebut.
Di sisi lain, pasar keuangan mengalami tekanan akibat masih adanya kekhawatiran perang dagang AS dengan China yang dapat membuat perlambatan ekonomi global. Jika ekonomi dunia melambat, praktis permintaan akan minyak menjadi menurun. Sehingga harga bisa kembali melemah.
(ven)