Temui Mendag Enggar, Jepang Minta Dukungan RI Sepakati Pertukaran Data
A
A
A
JAKARTA - Pertukaran data menjadi pembahasan dalam pertemuan bilateral antara Menteri Perdagangan (Mendag) RI Enggartiasto Lukita dan Menteri Ekonomi Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko. Dalam pertemuan tersebut, Jepang meminta dukungan Indonesia untuk menyepakati aturan pertukaran data yang sebelumnya dibahas dalam pertemuan G20 di Jepang.
“Mengharapkan kita mendukung dan menghasilkan kesepatakan tingkat menteri yang akan dilaporkan pada G20 di Osaka. Hal yang Jepang usulkan, ini prakarsa Jepang yaitu Free Flow With Trust,” ungkap Mendag Enggar di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Free Flow With Trust merupakan konsep pertukaran data antar beberapa negara. Enggar menyatakan, Indonesia belum memutuskan sikap final atas tawaran tersebut. Namun Ia memastikan bahwa pihaknya sudah melakukan konsultasi dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemenkominfo) terkait tawaran Jepang soal Free Flow With Trust.
Dari konsultasi dengan Kemenkominfo, kesimpulan sementara adalah Indonesia bisa menerima tawaran tersebut namun dengan berbagai catatan. Enggar menegaskan bahwa Indonesia tidak akan memberikan data strategis kepada Jepang.
Untuk itu dalam pertemuan pagi tadi, kedua belah pihak tengah membahas jenis data apa yang dimaksud sehingga nantinya kedua negara bisa saling diuntungkan. Tidak hanya Jepang yang bisa mengakses data Indonesia, namun juga sebaliknya. “Bukan minta data strategis. Enggak akan kami keluarkan. (Jenis) Datanya belum. Yang kita bahas prinsip dan kriterianya dulu,” ujar Enggar.
Seperti diketahui konsep Free Flow With Trust merupakan ide yang diusung Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam pidatonya saat World Economy Forum di Davos, Januari lalu. Abe menyatakan bahwa seluruh dunia saat ini menghadapi isu yang sama yaitu soal big data.
Dunia dihadapkan dengan pengaruh teknologi informasi yang kemudian melahirkan revolusi industri 4.0. Sayangnya, setiap negara memiliki peraturan yang berbeda soal big data. Padahal menurut Abe, seandainya big data digunakan secara cerdik, maka hal itu membawa manfaat besar bagi masyarakat dunia.
Pemasaran digital memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan dengan biaya serendah mungkin. Pemerintah akan dapat melaksanakan kebijakan yang efisien misalnya dalam hal menyalurkan bantuan. Abe meyakini bahwa pemanfaatan data besar akan membantu memperbaiki kesenjangan ekonomi dan sosial.
Namun di sisi lain, sering kali pemanfaatan big data juga menciderai privasi masyarakat. Untuk itulah Abe mencetuskan konsep Free Flow With Trust. Yaitu konsep yang bisa disepakati oleh negara-negara di dunia tentang pemanfaatan big data tanpa melanggar hak asasi manusia.
“Mengharapkan kita mendukung dan menghasilkan kesepatakan tingkat menteri yang akan dilaporkan pada G20 di Osaka. Hal yang Jepang usulkan, ini prakarsa Jepang yaitu Free Flow With Trust,” ungkap Mendag Enggar di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Free Flow With Trust merupakan konsep pertukaran data antar beberapa negara. Enggar menyatakan, Indonesia belum memutuskan sikap final atas tawaran tersebut. Namun Ia memastikan bahwa pihaknya sudah melakukan konsultasi dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemenkominfo) terkait tawaran Jepang soal Free Flow With Trust.
Dari konsultasi dengan Kemenkominfo, kesimpulan sementara adalah Indonesia bisa menerima tawaran tersebut namun dengan berbagai catatan. Enggar menegaskan bahwa Indonesia tidak akan memberikan data strategis kepada Jepang.
Untuk itu dalam pertemuan pagi tadi, kedua belah pihak tengah membahas jenis data apa yang dimaksud sehingga nantinya kedua negara bisa saling diuntungkan. Tidak hanya Jepang yang bisa mengakses data Indonesia, namun juga sebaliknya. “Bukan minta data strategis. Enggak akan kami keluarkan. (Jenis) Datanya belum. Yang kita bahas prinsip dan kriterianya dulu,” ujar Enggar.
Seperti diketahui konsep Free Flow With Trust merupakan ide yang diusung Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam pidatonya saat World Economy Forum di Davos, Januari lalu. Abe menyatakan bahwa seluruh dunia saat ini menghadapi isu yang sama yaitu soal big data.
Dunia dihadapkan dengan pengaruh teknologi informasi yang kemudian melahirkan revolusi industri 4.0. Sayangnya, setiap negara memiliki peraturan yang berbeda soal big data. Padahal menurut Abe, seandainya big data digunakan secara cerdik, maka hal itu membawa manfaat besar bagi masyarakat dunia.
Pemasaran digital memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan dengan biaya serendah mungkin. Pemerintah akan dapat melaksanakan kebijakan yang efisien misalnya dalam hal menyalurkan bantuan. Abe meyakini bahwa pemanfaatan data besar akan membantu memperbaiki kesenjangan ekonomi dan sosial.
Namun di sisi lain, sering kali pemanfaatan big data juga menciderai privasi masyarakat. Untuk itulah Abe mencetuskan konsep Free Flow With Trust. Yaitu konsep yang bisa disepakati oleh negara-negara di dunia tentang pemanfaatan big data tanpa melanggar hak asasi manusia.
(akr)