Pelaku Usaha Perlu Gabung E-commerce Agar Tidak Tertinggal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan ( Kemendag ) mengajak pelaku usaha dalam negeri untuk cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital dan bergabung ke e-commerce baik yang bergerak dalam perdagangan dalam negeri maupun ekspor.
"Perubahan berlangsung sangat cepat termasuk dalam perdagangan digital. Kita semua, para pelaku bisnis, harus siap beradaptasi dan join ke e-commerce yang ada," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi, dalam sambutannya di acara pelatihan "B2B E-commerce Opportunities for Indonesian Export Oriented Companies" di Cibitung, Jawa Barat, Rabu (22/9/2021).
Didi menambahkan, dengan bergabung dalam platform e-commerce, berbagai produk Indonesia yang ada bisa langsung dilihat langsung oleh pasar global. "Ini peluang yang amat besar," tandasnya di acara yang terselenggara atas kerja sama Kemendag, Madeinindonesia.com dan PT Jababeka Infrastruktur tersebut.
Dia menegaskan, mau tidak mau pelaku Indonesia di Tanah Air harus siap beradaptasi dan terjun mengembangkan bisnis lewat e-commerce. Langkah ini juga bisa membantu meningkatkan kontribusi nilai ekspor oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Tanah Air.
Mengutip data Kemendag, Didi menyebutkan bahwa kontribusi ekonomi digital baru sekitar 4% dari produk domestiik bruto (PDB). Kontribusi ekonomi digital ini diproyeksikan akan terus meningkat. Melalui platform digital, semua akan tumbuh cepat. "Namun, platform digital masih butuh dukungan agar bisa membantu meningkatkan jumlah UKM yang bisa melakukan ekspor," tambahnya.
Sementara itu, Development Certification Services Analyst di Kemendag Cindy Cesara menjelaskan riset mengenai e-commerce yang diselenggarakan oleh Kemendag dan Arise+ Indonesia. Mengutip temuan riset, Indy menjelaskan bahwa saat ini ada 5 kategori produk Indonesia yang diminati pasar global.
Kelima kategori produk itu adalah makanan dan minuman (F&B), handicraft (kerajinan), apparel (pakaian), footwear (alas kaki) dan furniture (mebel).
Riset juga menunjukkan bahwa pelaku usaha (UKM) yang ingin mengembangkan ekspor menghadapi beberapa tantangan, antara lain, biaya pengiriman mahal, kurangnya keterampildan dalam pemasaran (marketing skill), tingginya biaya pendaftaran di marketplace, kesiapan e-commerce lintas batas yang belum memadai dan kurangnya informasi mengenai pembeli potensial mancanegara.
Sementara itu, Sr. Export Manager Madeinindonesia.com Rico Dwi menekankan kurangnya visibilitas dan promosi merek (branding) produk Indonesia di pasar mancanegara.
"Perubahan berlangsung sangat cepat termasuk dalam perdagangan digital. Kita semua, para pelaku bisnis, harus siap beradaptasi dan join ke e-commerce yang ada," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi, dalam sambutannya di acara pelatihan "B2B E-commerce Opportunities for Indonesian Export Oriented Companies" di Cibitung, Jawa Barat, Rabu (22/9/2021).
Didi menambahkan, dengan bergabung dalam platform e-commerce, berbagai produk Indonesia yang ada bisa langsung dilihat langsung oleh pasar global. "Ini peluang yang amat besar," tandasnya di acara yang terselenggara atas kerja sama Kemendag, Madeinindonesia.com dan PT Jababeka Infrastruktur tersebut.
Dia menegaskan, mau tidak mau pelaku Indonesia di Tanah Air harus siap beradaptasi dan terjun mengembangkan bisnis lewat e-commerce. Langkah ini juga bisa membantu meningkatkan kontribusi nilai ekspor oleh pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Tanah Air.
Mengutip data Kemendag, Didi menyebutkan bahwa kontribusi ekonomi digital baru sekitar 4% dari produk domestiik bruto (PDB). Kontribusi ekonomi digital ini diproyeksikan akan terus meningkat. Melalui platform digital, semua akan tumbuh cepat. "Namun, platform digital masih butuh dukungan agar bisa membantu meningkatkan jumlah UKM yang bisa melakukan ekspor," tambahnya.
Sementara itu, Development Certification Services Analyst di Kemendag Cindy Cesara menjelaskan riset mengenai e-commerce yang diselenggarakan oleh Kemendag dan Arise+ Indonesia. Mengutip temuan riset, Indy menjelaskan bahwa saat ini ada 5 kategori produk Indonesia yang diminati pasar global.
Kelima kategori produk itu adalah makanan dan minuman (F&B), handicraft (kerajinan), apparel (pakaian), footwear (alas kaki) dan furniture (mebel).
Riset juga menunjukkan bahwa pelaku usaha (UKM) yang ingin mengembangkan ekspor menghadapi beberapa tantangan, antara lain, biaya pengiriman mahal, kurangnya keterampildan dalam pemasaran (marketing skill), tingginya biaya pendaftaran di marketplace, kesiapan e-commerce lintas batas yang belum memadai dan kurangnya informasi mengenai pembeli potensial mancanegara.
Sementara itu, Sr. Export Manager Madeinindonesia.com Rico Dwi menekankan kurangnya visibilitas dan promosi merek (branding) produk Indonesia di pasar mancanegara.