Pemerintah Fasilitasi Pelaku Bisnis China Bangun Infrastruktur Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan China terus mempererat kerjasama ekonomi dan bisnis, diantaranya melalui acara Indonesia Business Visit and China International Contractors Association (CHINCA). Kegiatan ini dilakukan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang mengadakan pertemuan antara delegasi China dan para pelaku usaha Indonesia di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.
Kegiatan ini dihadiri 31 pelaku usaha dari China dan Indonesia yang bergerak di bidang energi, transportasi, infrastruktur, manufaktur, dan lembaga pembiayaan.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastrktur Kemenko Bidang Kemaritiman, Ridwan Djamaludin, menerangkan kegiatan ini untuk meningkatkan pemerataan pembangunan di Indonesia. Pasalnya, saat ini, pembangunan infrastruktur masih terfokus di Pulau Jawa. Dengan kehadiran CHINCA diharapkan pembangunan infrastruktur bisa merata ke wilayah lain.
"Selama ini, 80% kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) kita masih berasal dari Jawa. Kita menyadari bahwa untuk meningkatkan ekonomi diperlukan pemerataan pembangunan. Dan kita ingin melakukan pembangunan di kawasan-kawasan luar Jawa sehingga pemerataan menjadi lebih baik," jelas Ridwan di Jakarta, Sabtu (15/6/2019).
Menurut dia, kegiatan ini digagas sejak 2017, dimana pemerintah mendapatkan masukan dari swasta dan BUMN untuk melakukan pemerataan pembangunan. Proposal tersebut terkumpul menjadi 30 proyek di empat koridor pembangunan dengan nilai mencapai USD91,1 miliar.
Empat koridor tersebut antara lain: koridor Sumatra Utara yang fokus dalam hak ekonomi bagian barat untuk mefasilitasi kerjasama ASEAN dan sekitarnya; koridor Kalimantan Utara fokus pada pengembangan energi dan mineral; Sulawesi Utara disiapkan untuk pertumbungan kawasan Pasifik dalam ranah parisiwata dan industri; dan Bali disiapkan untuk pusat inovasi kawasan ASEAN.
Deputi Ridwan menegaskan bahwa kerjasama ini bersifat saling menguntungkan. Dan semua negara yang akan melakukan investasi ke Indonesia wajib memenuhi lima kriteria dan tiga sistem kerjasama.
"Saya ingin menekankan, kita tidak hanya bekerjasama komersial dalam jangka pendek, tapi kita juga membuka ruang dalam jangka panjang. Di luar empat koridor ini, ada juga proyek non koridor yang sudah diinisiasi oleh pelaku industri yang hanya memerlukan dukungan kebijakan pemerintah," tambah Ridwan.
Perwakilan Ketua CHINCA, Xin Xiuming, menilai bahwa Indonesia mengalami perkembangan ekonomi yang luar biasa. Dan pihaknya sangat antusias untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
"Kami mendorong semangat anggota kami bergabung dalam pembangunan. Dan sebagai organisasi kontraktor infrasturuktur China, kami juga mau menjalin komunikasi yang baik dengan Indonesia. Kami percaya dengan usaha kita dan dukungan dari berbagai pihak, kerjasama dua negara dalam infrastruktur akan berjalan dengan baik," ujar Xin.
Selain itu, Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, menambahkan hubungan bilateral akan lebih bagus lagi jika dirasakan oleh masyarakat dari kedua belah pihak negara, pelaku bisnis yang akan merealisasikan program dari hubungan bilateral ini.
Kegiatan ini diharapkan mendapatkan informasi kerjasama dalam kerangka Regional Comprehensive Economic Corridor (RCEC), Global Maritime Fulcrum-Belt and Road Initiative antara Indonesia dan China. Serta mendapatkan peluang peluang investasi proyek di bidang infrastruktur, energi, pekerjaan umum dengan melakukan interaksi langsung antara pelaku bisnis Indonesia dan China.
Kegiatan ini dihadiri 31 pelaku usaha dari China dan Indonesia yang bergerak di bidang energi, transportasi, infrastruktur, manufaktur, dan lembaga pembiayaan.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastrktur Kemenko Bidang Kemaritiman, Ridwan Djamaludin, menerangkan kegiatan ini untuk meningkatkan pemerataan pembangunan di Indonesia. Pasalnya, saat ini, pembangunan infrastruktur masih terfokus di Pulau Jawa. Dengan kehadiran CHINCA diharapkan pembangunan infrastruktur bisa merata ke wilayah lain.
"Selama ini, 80% kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) kita masih berasal dari Jawa. Kita menyadari bahwa untuk meningkatkan ekonomi diperlukan pemerataan pembangunan. Dan kita ingin melakukan pembangunan di kawasan-kawasan luar Jawa sehingga pemerataan menjadi lebih baik," jelas Ridwan di Jakarta, Sabtu (15/6/2019).
Menurut dia, kegiatan ini digagas sejak 2017, dimana pemerintah mendapatkan masukan dari swasta dan BUMN untuk melakukan pemerataan pembangunan. Proposal tersebut terkumpul menjadi 30 proyek di empat koridor pembangunan dengan nilai mencapai USD91,1 miliar.
Empat koridor tersebut antara lain: koridor Sumatra Utara yang fokus dalam hak ekonomi bagian barat untuk mefasilitasi kerjasama ASEAN dan sekitarnya; koridor Kalimantan Utara fokus pada pengembangan energi dan mineral; Sulawesi Utara disiapkan untuk pertumbungan kawasan Pasifik dalam ranah parisiwata dan industri; dan Bali disiapkan untuk pusat inovasi kawasan ASEAN.
Deputi Ridwan menegaskan bahwa kerjasama ini bersifat saling menguntungkan. Dan semua negara yang akan melakukan investasi ke Indonesia wajib memenuhi lima kriteria dan tiga sistem kerjasama.
"Saya ingin menekankan, kita tidak hanya bekerjasama komersial dalam jangka pendek, tapi kita juga membuka ruang dalam jangka panjang. Di luar empat koridor ini, ada juga proyek non koridor yang sudah diinisiasi oleh pelaku industri yang hanya memerlukan dukungan kebijakan pemerintah," tambah Ridwan.
Perwakilan Ketua CHINCA, Xin Xiuming, menilai bahwa Indonesia mengalami perkembangan ekonomi yang luar biasa. Dan pihaknya sangat antusias untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
"Kami mendorong semangat anggota kami bergabung dalam pembangunan. Dan sebagai organisasi kontraktor infrasturuktur China, kami juga mau menjalin komunikasi yang baik dengan Indonesia. Kami percaya dengan usaha kita dan dukungan dari berbagai pihak, kerjasama dua negara dalam infrastruktur akan berjalan dengan baik," ujar Xin.
Selain itu, Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, menambahkan hubungan bilateral akan lebih bagus lagi jika dirasakan oleh masyarakat dari kedua belah pihak negara, pelaku bisnis yang akan merealisasikan program dari hubungan bilateral ini.
Kegiatan ini diharapkan mendapatkan informasi kerjasama dalam kerangka Regional Comprehensive Economic Corridor (RCEC), Global Maritime Fulcrum-Belt and Road Initiative antara Indonesia dan China. Serta mendapatkan peluang peluang investasi proyek di bidang infrastruktur, energi, pekerjaan umum dengan melakukan interaksi langsung antara pelaku bisnis Indonesia dan China.
(ven)