Metamorfosis Transportasi Perkeretaapian di Tanah Air

Rabu, 19 Juni 2019 - 17:56 WIB
Metamorfosis Transportasi Perkeretaapian di Tanah Air
Metamorfosis Transportasi Perkeretaapian di Tanah Air
A A A
JAKARTA - Metamorfosis perekeretaapian Indonesia terus meningkat dengan berbagai upaya inovasi untuk memberikan nilai dan manfaat bagi Indonesia. Sudah menjadi opini publik bahwa kereta merupakan angkutan massal yang paling efektif di Indonesia bahkan di dunia. Bagi sebagian orang di kota-kota besar kereta adalah solusi terbaik mobilitas karena biaya yang lebih terjangkau, efisiensi waktu, dan bebas dari kemacetan.

“Kemajuan transportasi berbasis rel yang terbaru dapat terlihat dari kehadiran Mass Rapid Transportation (MRT) Fase I di Jakarta yang beroperasi di bawah tanah. Di samping itu, tidak hanya berfokus pada perkembangan kereta api di pulau Jawa, pemerintah juga tengah membangun kereta api di wilayah lain di Indonesia,” ujar Staf Ahli Menteri Bidang Logistik, Multimoda dan Keselamatan Perhubungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Cris Kuntadi di Jakarta, Rabu (19/6/2019).

Cris menyampaikan, kondisi perkeretaapian Indonesia yang memanfaatkan perkembangan teknologi secara penuh, mulai dari Light Rail Transit (LRT) yang telah beroperasi sejak 2018 di Palembang, Sumatera Selatan.

Usai digunakan untuk transportasi pengangkut massal para atlit saat Asian GAMES 2018, kini LRT digunakan sebagai angkutan transportasi massal. MRT Jakarta Fase 1 yang telah resmi digunakan secara massal sejak 1 April 2019. “Kereta yang beroperasi di bawah tanah ini menjadi ikon baru transportasi berbasis rel,” pungkas Cris.

Sebelum LRT dan MRT, perkeretaapian Indonesia juga telah memiliki Airport Train yang berlokasi di bandara Soekarno Hatta-Jakarta, Kualanamu-Medan dan yang terbaru berlokasi di Minangkabau-Padang.

Selain itu, Intercity Train atau Kereta Antarkota juga diperluas tidak hanya di Pulau Jawa, namun juga di Pulau Sumatera yang kini jalur operasional kereta api mencapai 1.873 km. “Kemajuan perkeretaapian Indonesia bukan hanya dari segi infrastruktur tapi juga dari sisi kenaikan penumpang dan barang,” ungkapnya.

Dirinya menambahkan, dari tahun 2012 sampai dengan 2018 rata-rata kenaikan penumpang kereta api tiap tahunnya sebesar 14,49% dengan kenaikan jumlah penumpang pada tahun 2018 sebesar 422 juta penumpang sedangkan untuk jumlah kenaikan barang yang dikirim melalui kereta api sebesar 45 juta ton. "Jumlah ini di perkirakan akan terus naik menjadi 598.5 juta penumpang dan 210.25 juta ton barang pada tahun 2024,” lanjutnya.

Lebih lanjut Ia juga mengatakan bahwa manuver untuk memajukan perkeretaapian Indonesia terus berlanjut dengan Masterplan Perkeretaapian Nasional hingga tahun 2030. "Target pengembangan jangka panjang akan dilaksanakan di semua pulau Indonesia dengan melihat potensi utama yang dimiliki pulau tersebut," ujar Cris

Seperti di Kalimantan, untuk menunjang sumber daya alam batu bara yang melimpah akan dibangun kereta barang untuk mengangkut hasil alam atau seperti di Sulawesi yang kaya akan pariwisata akan dibangun kereta wisata.

Tak kalah penting, pembangunan kereta antar kota dan urban railway juga menjadi Proyek Strategis Nasional, seperti pembangunan MRT Fase 2, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Kereta Berkecepatan Sedang (Medium Speed) Jakarta-Surabaya, LRT Jabodetabek, double track Prabumulih-Kertapati di Sumatera Selatan, pembuatan rel di Sumatera Utara, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5826 seconds (0.1#10.140)