Transaksi Remitansi Bank BRI Sepanjang 2019 Capai Rp218 Triliun

Rabu, 19 Juni 2019 - 20:13 WIB
Transaksi Remitansi...
Transaksi Remitansi Bank BRI Sepanjang 2019 Capai Rp218 Triliun
A A A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sampai dengan Mei 2019 mencatatkan total volume transaksi remitansi sebesar Rp218 triliun atau tumbuh sebesar 14% secara year on year (yoy). Transaksi tersebut menghasilkan komisi atau Fee Based Income (FBI) sebesar Rp41,6 miliar.

"Hingga Mei 2019, transaksi Incoming TKI dari Malaysia menjadi penyumbang terbesar fee based remitansi BRI yang nilainya mencapai Rp17,01 miliar dengan volume remitansi Rp5,08 triliun," kata Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto di Jakarta, Rabu (19/6/2019).

Menurut dia, FBI Incoming Remittance dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mempunyai porsi paling besar. Sampai Mei 2019, BRI mencatatkan FBI sebesar Rp34,16 miliar dengan total volume transaksi Rp 12,79 triliun.

Angka FBI tersebut berasal dari TKI di berbagai negara seperti Malaysia, Taiwan, Korea, Jepang, Hongkong, Taiwan, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Ke depan, perseroan pun optimistis pasar remitansi masih memiliki prospek bisnis yang cukup bagus tahun ini. BRI juga memproyeksikan pasae remitansi dapat terus tumbuh siginifikan.

Dengan jaringan counterpart di luar negeri dan jaringan unit kerja yang tersebar luas, perseroan yakin bisa mencatatkan pertumbuhan fee based income dari remitansi mencapai Rp 140 miliar di akhir tahun ini. Saat ini sudah ada sekitar 9.545 outlet yang terdapat di 69 Counterpart Bank BRI yang tersebar di berbagai negara.

Negara-negara tersebut antara lain Amerika Serikat, Qatar, Bahrain, Singapura, Brunei, Kuwait, Yordania, Australia, Timor Leste, serta negara-negara yang merupakan kantong TKI yakni Malaysia, Taiwan, Korea, Jepang, Hongkong, Taiwan, Uni Emirat Arab, Arab Saudi.

Sementara itu, pada akhir tahun lalu transaksi pengiriman uang dari luar negeri ke Indonesia (remitansi) dari Pekerja Migran Indonesia menghasilkan pendapatan devisa bagi Indonesia, yaitu mencapai USD8,8 miliar. Pertumbuhan devisa tersebut diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan tren peningkatan demand di negara-negara tujuan Pekerja Migran Indonesia.

"Namun, angka sebesar USD8,8 miliar ini masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Filipina yang sudah mencapai USD24 miliar," tambah Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng.

Menurut Sugeng, angka remitansi ini seharusnya bisa lebih besar dibandingkan negara lainnya. Pasalnya remitansi ini dapat mendorong sektor jasa yang akan membantu memperbaiki modal dan finansial di defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).

"Rendahnya remitensi dari Pekerja Migran Indonesia disebabkan tingkat masyarakat yang sudah memiliki rekening di bank (inklusi keuangan) di Indonesia masih rendah," tukasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0700 seconds (0.1#10.140)