Bentoel Optimistis Pangsa Pasar Akan Terus Bertambah
A
A
A
JAKARTA - PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) optimistis bisa terus memperluas pangsa pasarnya di Indonesia. Hingga akhir 2018, Bentoel mencatatkan pangsa pasar 8% secara nasional.
Terkait dengan itu, perseroan terus melakukan pengembangan teknologi informasi (TI) untuk meningkatkan efisiensi bisnis. Hal ini juga sejalan dengan strategi induk usahanya, British American Tobacco (BAT), yang memposisikan Indonesia sebagai penghubung ekspor ke-19 negara.
"Karena kami menjadi bagian dari BAT grup kami harus melakukan pengembangan TI supaya lebih selaras dengan sistemnya, sehingga bisa lebih efisien," kata Direktur RMBA Shahid Afzal seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Melalui strategi pengembangan yang dilakukan, perseroan optimistis dapat meningkatkan kinerja dan bisnis.
Presiden Direktur RMBA Christopher John McAllister mengatakan, pihaknya antara lain menyiapkan strategi meningkatkan bisnis konsultasi manajemen dari usaha penunjang menjadi bisnis utama.
Langkah ini telah mendapat restu dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Strategi ini merupakan bagian dari reorganisai bisnis agar lebih terintegrasi dan efisien.
"Hanya simplifikasi usaha. Tidak ada akibat yang fundamental dari perubahan ini," imbuh Christopher.
Perseroan menyebutkan langkah tersebut berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik Y&R. Menurut studi tersebut, dari aspek non-finansial, perubahan ini memberikan manfaat terintegrasinya dan tersentralisasinya fungsi manajerial. Dengan begitu, hal ini dapat mencegah RMBA dan anak usahanya dari risiko ketidakefisienan fungsi manajerial.
Sementara itu, dari aspek finansial, tidak terdapat perubahan secara profitabilitas atas perubahan ini. Alasannya, pendapatan RMBA terkurangi dengan beban yang dibukukan oleh entitas anak perusahaan. "Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan, asumsi-asumsi, data dan informasi, yang diperoleh dan digunakan, Y&R berpendapat bahwa rencana ini layak," ujarnya.
Di samping itu, perseroan juga melihat aktivitas konsultasi menajemen dapat lebih dikembangkan dengan menjadikannya sebagai kegiatan usaha utama. Oleh karena itu, secara garis besar, perubahan ini akan memberi manfaat kepada RMBA berupa peningkatan sinergi strategi bisnis dan kinerja RMBA beserta anak usahanya.
Dalam laporan keuangannya, pada kuartal I/2019, RMBA masih membukukan kerugian sama seperti tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan yang hampir mencapai 10% belum mampu mendongkrak laba perusahaan. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp83,3 miliar.
Terkait dengan itu, perseroan terus melakukan pengembangan teknologi informasi (TI) untuk meningkatkan efisiensi bisnis. Hal ini juga sejalan dengan strategi induk usahanya, British American Tobacco (BAT), yang memposisikan Indonesia sebagai penghubung ekspor ke-19 negara.
"Karena kami menjadi bagian dari BAT grup kami harus melakukan pengembangan TI supaya lebih selaras dengan sistemnya, sehingga bisa lebih efisien," kata Direktur RMBA Shahid Afzal seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Melalui strategi pengembangan yang dilakukan, perseroan optimistis dapat meningkatkan kinerja dan bisnis.
Presiden Direktur RMBA Christopher John McAllister mengatakan, pihaknya antara lain menyiapkan strategi meningkatkan bisnis konsultasi manajemen dari usaha penunjang menjadi bisnis utama.
Langkah ini telah mendapat restu dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Strategi ini merupakan bagian dari reorganisai bisnis agar lebih terintegrasi dan efisien.
"Hanya simplifikasi usaha. Tidak ada akibat yang fundamental dari perubahan ini," imbuh Christopher.
Perseroan menyebutkan langkah tersebut berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik Y&R. Menurut studi tersebut, dari aspek non-finansial, perubahan ini memberikan manfaat terintegrasinya dan tersentralisasinya fungsi manajerial. Dengan begitu, hal ini dapat mencegah RMBA dan anak usahanya dari risiko ketidakefisienan fungsi manajerial.
Sementara itu, dari aspek finansial, tidak terdapat perubahan secara profitabilitas atas perubahan ini. Alasannya, pendapatan RMBA terkurangi dengan beban yang dibukukan oleh entitas anak perusahaan. "Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan, asumsi-asumsi, data dan informasi, yang diperoleh dan digunakan, Y&R berpendapat bahwa rencana ini layak," ujarnya.
Di samping itu, perseroan juga melihat aktivitas konsultasi menajemen dapat lebih dikembangkan dengan menjadikannya sebagai kegiatan usaha utama. Oleh karena itu, secara garis besar, perubahan ini akan memberi manfaat kepada RMBA berupa peningkatan sinergi strategi bisnis dan kinerja RMBA beserta anak usahanya.
Dalam laporan keuangannya, pada kuartal I/2019, RMBA masih membukukan kerugian sama seperti tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan yang hampir mencapai 10% belum mampu mendongkrak laba perusahaan. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp83,3 miliar.
(fjo)