Program LTT dan Mekanisasi Tingkatkan Produktivitas Padi di Ngawi
A
A
A
JAKARTA - Produktivitas padi di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menunjukkan peningkatan. Semua berkat kolaborasi dan kerjasama antara pemerintah pusat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi dalam mengimplementasikan program peningkatan produksi padi. Termasuk program luas tambah tanam (LTT) maupun mekanisasi pertanian.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, mendorong realisasi LTT padi di Ngawi sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan bahkan harus meningkat dari tahun sebelumnya.
Sarwo Edhy mengatakan, untuk strategi agar LTT bisa berjalan mulus perlu memberikan pengertian kepada petani yang sudah panen untuk segera menyiapkan penanaman kembali. Kemudian soal kebutuhan segera disampaikan. Pihaknya meminta untuk pemanfaatan dengan maksimal terhadap alsintan yang telah disalurkan.
"Bagaimana yang selama ini sekali tanam bisa dua kali atau yang dua kali tanam bisa tiga kali tanam padi setahun. Hal itu agar produksi dan produktivitas di Ngawi semakin baik," kata Sarwo Edhy, Selasa (25/6/2019).
Ia mengapresiasi beberapa kabupaten atau daerah yang saat ini sudah melewati zona merah seperti di Kabupaten Ngawi. Menurutnya, hal itu harus dicontoh daerah lainnya.
"Saya juga meminta baik di tingkat provinsi dan kabupaten setiap di atas tanggal 20 untuk melakukan koordinasi terkait Upsus Pajele ini. Semua harus berperan untuk mewujudkan target pertanaman padi ini," pungkasnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi, Marsudi, mengatakan produktivitas padi petani di Ngawi saat ini rata-rata sebanyak 8 ton per hektar (GKP). Bahkan, pada musim tanam (MT I) tahun ini, di sejumlah kecamatan ada yang produktivitasnya mencapai 10 ton per ha (GKP).
Menurut Marsudi, Kabupaten Ngawi, merupakan salah satu sentra padi yang hingga kini menjadi tumpuan produksi padi di Jawa Timur. Karena itu, Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi hingga saat ini terus melakukan percepatan tanam dengan alat dan alsintan. Sehingga petani Ngawi bisa tanam dan panen 3 kali per tahun.
"Kalau ada sejumlah sawah yang kebetulan tak ada fasilitas irigasi bisa menggunakan pompa air. Kalau memang tak memungkinkan untuk tanam padi, petani masih bisa tanam palawija seperti jagung dan kedelai pada musim kemarau, seperti yang terjadi saat ini," papar Marsudi.
Marsudi juga mengatakan, selain penggunaan alsintan, bantuan pemerintah seperti pupuk (bersubsidi) dan benih juga menjadi faktor pendorong meningkatnya produktivitas padi petani.
"Kalau dulunya dalam ubinan hanya 6-7 ton per ha. Saat ini rata sudah mencapai 8 ton per ha (GKP)," ujar Marsudi.
Data Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi menyebutkan lahan baku sawah di Kabupaten Ngawi saat ini seluas 50.197 ha. Target luas tambah tanam pada tahun 2017 lalu sebanyak 85.392 ha.
Dari target luas tambah tanam (LTT) tersebut sampai akhir tahun 2017 lalu sudah tercapai. Bahkan, pada tahun 2018, dari target LTT sebanyak 133.438 ha, sampai akhir tahun 2018 sudah tercapai sebanyak 134.507 ha.
Untuk mengembangkan mekanisasi pertanian di Ngawi, Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi bekerjasama dengan kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk membentuk unit pelayanan jasa alsintan (UPJA). Bantuan alsintan dari pemerintah ini akan dikelola langsung UPJA.
"Melalui UPJA tersebut, anggota poktan maupun gapoktan bisa menyewa alsintan untuk olah lahan hingga panen," jelas Marsudi.
Marsudi juga mengatakan, sudah banyak alsintan yang diberikan ke petani. Bahkan, jumlah traktor roda (TR 2) yang swadaya di Ngawi ini jumlahnya sekitar 5 kali lipat dari jumlah bantuan TR 2 yang diberikan ke petani.
Bantuan alsintan tersebut, lanjut Marsudi, berdampak signifikan terhadap olah lahan petani. Artinya, olah lahan petani jadi lebih cepat, tanam lebih cepat dan panen juga lebih cepat.
"Penggunaan alsintan juga lebih efektif dan efisien. Saat panen dengan combine harvester tingkat kehilangan hasilnya sangat rendah. Sehingga, penggunaan alsintan ini juga berdampak terhadap peningkatan produksi padi," kata Marsudi.
Menurut Marsudi, alsintan yang dikelola sejumlah gapoktan melalui UPJA di Ngawi tak hanya berperan dalam mewujudkan modernisasi pertanian, tapi juga sebagai sumber usaha baru bagi petani.
"Tak sedikit petani yang bergabung mendirikan UPJA dan menjalankan usaha sewa alsintan mendapat untung dari usaha tersebut," jelas Marsudi.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, mendorong realisasi LTT padi di Ngawi sesuai dengan target yang telah ditetapkan dan bahkan harus meningkat dari tahun sebelumnya.
Sarwo Edhy mengatakan, untuk strategi agar LTT bisa berjalan mulus perlu memberikan pengertian kepada petani yang sudah panen untuk segera menyiapkan penanaman kembali. Kemudian soal kebutuhan segera disampaikan. Pihaknya meminta untuk pemanfaatan dengan maksimal terhadap alsintan yang telah disalurkan.
"Bagaimana yang selama ini sekali tanam bisa dua kali atau yang dua kali tanam bisa tiga kali tanam padi setahun. Hal itu agar produksi dan produktivitas di Ngawi semakin baik," kata Sarwo Edhy, Selasa (25/6/2019).
Ia mengapresiasi beberapa kabupaten atau daerah yang saat ini sudah melewati zona merah seperti di Kabupaten Ngawi. Menurutnya, hal itu harus dicontoh daerah lainnya.
"Saya juga meminta baik di tingkat provinsi dan kabupaten setiap di atas tanggal 20 untuk melakukan koordinasi terkait Upsus Pajele ini. Semua harus berperan untuk mewujudkan target pertanaman padi ini," pungkasnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi, Marsudi, mengatakan produktivitas padi petani di Ngawi saat ini rata-rata sebanyak 8 ton per hektar (GKP). Bahkan, pada musim tanam (MT I) tahun ini, di sejumlah kecamatan ada yang produktivitasnya mencapai 10 ton per ha (GKP).
Menurut Marsudi, Kabupaten Ngawi, merupakan salah satu sentra padi yang hingga kini menjadi tumpuan produksi padi di Jawa Timur. Karena itu, Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi hingga saat ini terus melakukan percepatan tanam dengan alat dan alsintan. Sehingga petani Ngawi bisa tanam dan panen 3 kali per tahun.
"Kalau ada sejumlah sawah yang kebetulan tak ada fasilitas irigasi bisa menggunakan pompa air. Kalau memang tak memungkinkan untuk tanam padi, petani masih bisa tanam palawija seperti jagung dan kedelai pada musim kemarau, seperti yang terjadi saat ini," papar Marsudi.
Marsudi juga mengatakan, selain penggunaan alsintan, bantuan pemerintah seperti pupuk (bersubsidi) dan benih juga menjadi faktor pendorong meningkatnya produktivitas padi petani.
"Kalau dulunya dalam ubinan hanya 6-7 ton per ha. Saat ini rata sudah mencapai 8 ton per ha (GKP)," ujar Marsudi.
Data Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi menyebutkan lahan baku sawah di Kabupaten Ngawi saat ini seluas 50.197 ha. Target luas tambah tanam pada tahun 2017 lalu sebanyak 85.392 ha.
Dari target luas tambah tanam (LTT) tersebut sampai akhir tahun 2017 lalu sudah tercapai. Bahkan, pada tahun 2018, dari target LTT sebanyak 133.438 ha, sampai akhir tahun 2018 sudah tercapai sebanyak 134.507 ha.
Untuk mengembangkan mekanisasi pertanian di Ngawi, Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi bekerjasama dengan kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk membentuk unit pelayanan jasa alsintan (UPJA). Bantuan alsintan dari pemerintah ini akan dikelola langsung UPJA.
"Melalui UPJA tersebut, anggota poktan maupun gapoktan bisa menyewa alsintan untuk olah lahan hingga panen," jelas Marsudi.
Marsudi juga mengatakan, sudah banyak alsintan yang diberikan ke petani. Bahkan, jumlah traktor roda (TR 2) yang swadaya di Ngawi ini jumlahnya sekitar 5 kali lipat dari jumlah bantuan TR 2 yang diberikan ke petani.
Bantuan alsintan tersebut, lanjut Marsudi, berdampak signifikan terhadap olah lahan petani. Artinya, olah lahan petani jadi lebih cepat, tanam lebih cepat dan panen juga lebih cepat.
"Penggunaan alsintan juga lebih efektif dan efisien. Saat panen dengan combine harvester tingkat kehilangan hasilnya sangat rendah. Sehingga, penggunaan alsintan ini juga berdampak terhadap peningkatan produksi padi," kata Marsudi.
Menurut Marsudi, alsintan yang dikelola sejumlah gapoktan melalui UPJA di Ngawi tak hanya berperan dalam mewujudkan modernisasi pertanian, tapi juga sebagai sumber usaha baru bagi petani.
"Tak sedikit petani yang bergabung mendirikan UPJA dan menjalankan usaha sewa alsintan mendapat untung dari usaha tersebut," jelas Marsudi.
(ven)