Gubernur BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Semester II 5,2%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester II- 2019 relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi pada semester sebelumnya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, memperkirakan pertumbuhan ekonomi di semester II akan mencapai di kisaran 5%-5,4%. Hal ini terlihat dari konsumsi swasta yang tetap baik didukung keyakinan konsumen yang tetap terjaga.
"Jadi perkirakaan kami, pertumbuhan ekonomi semester II akan sama dengan semester sebelumnya, yang mana sekitar 5,2%, dan dititik tengah antara 5%-5,4%," terang Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Selain itu, dia menambahkan, pertumbuhan ini karena investasi bangunan juga tetap tumbuh stabil. Sedangkan, ekspor Indonesia diprakirakan tumbuh negatif dipengaruhi terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang, meskipun ekspor baja naik pada Juni 2019.
"Dampak ketegangan hubungan dagang terhadap perlambatan ekspor juga terjadi di sejumlah negara. Selanjutnya, ekspor yang kontraksi mendorong penurunan impor dan investasi nonbangunan yang tumbuh terbatas," jelasnya.
Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik, termasuk investasi, perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak negatif perlambatan ekonomi dunia. Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0%-5,4%.
"Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," katanya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, memperkirakan pertumbuhan ekonomi di semester II akan mencapai di kisaran 5%-5,4%. Hal ini terlihat dari konsumsi swasta yang tetap baik didukung keyakinan konsumen yang tetap terjaga.
"Jadi perkirakaan kami, pertumbuhan ekonomi semester II akan sama dengan semester sebelumnya, yang mana sekitar 5,2%, dan dititik tengah antara 5%-5,4%," terang Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Selain itu, dia menambahkan, pertumbuhan ini karena investasi bangunan juga tetap tumbuh stabil. Sedangkan, ekspor Indonesia diprakirakan tumbuh negatif dipengaruhi terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang, meskipun ekspor baja naik pada Juni 2019.
"Dampak ketegangan hubungan dagang terhadap perlambatan ekspor juga terjadi di sejumlah negara. Selanjutnya, ekspor yang kontraksi mendorong penurunan impor dan investasi nonbangunan yang tumbuh terbatas," jelasnya.
Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik, termasuk investasi, perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak negatif perlambatan ekonomi dunia. Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0%-5,4%.
"Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," katanya.
(ven)