Diguyur Hujan, Menpar Arief Yahya Tinjau 3A Danau Toba
A
A
A
TOBASA - Hujan sore itu, Kamis,(18/7/2019) betul-betul membuat perut kembung. Dari ketinggian 900 meter DPL, suhu di sela-sela pohon pinus The Kaldera Danau Toba nge-drop hingga di bawah 20 derajad Celcius. Namun Menteri Pariwisata Arief Yahya seperti tidak menggubris.Dia tetap mengecek situasi terkini, untuk menyelami akar persoalan yang paling dasar, untuk menemukan solusi percepatan pengembangan destinasi super prioritas di Sumatera Utara itu. Setelah melakukan perjalanan darat dari Poltekpar Medan ke Parapat, langsung menuju ke The Kaldera, yang dikelola oleh Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT).
Langit makin gelap, air hujan melembabkan sepatu, menerobos celana, jaket hitam hingga topi putih Wonderful Indonesia. “Saya menindak lanjuti arahan Pak Presiden Jokowi di Ratas 15 Juli 2019 lalu, untuk melakukan percepatan 5 destinasi super prioritas, dan salah satunya Danau Toba. Saya harus pastikan semuanya running,” ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI yang diwawancara wartawan sambil berteduh di bawah atap toilet The Kaldera Danau Toba.
Setelah selesai wawancara dengan media, menjelang senja itu Menpar Arief Yahya langsung turun ke Desa Sigapiton yang sedang dibina menjadi Desa Wisata. Sigapiton adalah desa terdekat dengan The Kaldera, yang rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan danau dan petani. Jaraknya sekitar 3 kilometer, persis di bibir danau, dengan jalan yang hanya muat untuk satu mobil saja.
Di sana, bertemu dengan masyarakat, ditemani Bupati Tobasa Darwin Siagian, Camat Ajibata Tigor Sirait, Kadis Lingkungan Hidup Kab. Tobasa Mintar Manurung, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dadang R Ratman, Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas Hiramsyah S Thaib, Dirut BOPDT Arie Prasetyo, Ketua Tim Percepatan Homestay Anneke Prasyanti, dan beberapa pejabat lainnya.
Kepada masyarakat Sigapiton, Menpar Arief Yahya berjanji untuk menjadikan kampung ini sebagai Desa Wisata. Karena itu, dia meminta kepada BOPDT untuk menjadi “bapak asuh”-nya, untuk melatih hospitality, mengurus homestay, menjaga kebersihan dan menata lingkungan, membuat dan menyajikan kuliner yang standar Pariwisata.
“Saya menugaskan Arie BOPDT, untuk melakukan Bimtek langsung, 70% praktik, 30% teori, bagaimana menata interior yang bagus, baik homestay maupun di restorannya. Kedua, ibu-ibu mohon diajari tata boga, kulier, menata makanan agar menarik. Ketiga, manajemen kamar, homestay, agar ditata dengan rapi dan satu manajemen,” kata Arief Yahya.
Menpar juga meminta agar segera menunjuk satu anak muda, yang paham digital, bisa menggunakan teknologi untuk reservasi maupun pembayaran. Pendek kata, dia diajari mengoperasikan booking system dan payment gateway yang memudahkan traveler untuk memesan sampai membayarnya secara digital. “Biar nanti anak muda itu menjadi semacam Resort Manager! Dan bapak ibu harus nurut dengan management,” pintanya.
Anak muda itu bisa lulusan Poltekpar Medan, atau dari mana saja, yang memahami hospitality dan sifatnya membantu. Dia dipekerjakan oleh BOPDT, hanya untuk mengurus manajemen amenitas di sini. “Khusus untuk pelatihan penataan kamar, kuliner dan penyajiannya, nanti saya atau Pak Bupati bisa minta tolong Hotel Inna Parapat untuk membantu menularkan ilmunya,” ungkap Arief Yahya yang pernah dinobatkan sebagai CEO BUMN Terbaik itu.
“Saya selalu berprinsip, dalam setiap membangun kawasan Pariwisata, nomor satu mendahulukan pembangunan komunitas atau community. Masyarakat local harus menerima manfaatnya di depan. Setelah itu menjaga ecological atau alam dan lingkungan. Baru kemudian economic values-nya. Saya sering menyingkat ECE, ecological, community, economic. Itulah yang dinamakan sustainable tourism,” jelas Arief Yahya.
Penjelasan Menteri Pariwisata Terbaik Asia Pacific oleh PATA ini langsung mendapat tepuk tangan masyarakat. Pria asal Banyuwangi yang pernah dinobatkan sebagai Marketeer of The Year 2013 oleh Mark Plus itu juga sudah menyekolahkan Pariwisata sekitar 20 anak asli Danau Toba ke STP Nusa Dua Bali. Tujuannya, agar mereka bisa belajar dan praktik bagaimana bekerja dalam industri Pariwisata.
“Saya berpesan, anak-anak kita harus memiliki mimpi yang tinggi, dan kita harus memastikan agar mereka bisa merain mimpinya itu. Seperti lagu yang baru saja dinyanyikan oleh anak anak Sigapiton tadi, I have a dream! Biarlah mereka memiliki mimpi setinggi langit, mereka harus lebih baik daripada generasi kita,” ungkap Doktor Strategic Management itu.
Selepas berdialog dengan warga Sigapiton, Menpar Arief Yahya melanjutkan peninjauan di The Kaldera, dan membuat banyak keputusan di lapangan. Malamnya, hingga tengah malam disambung rapat dengan BOPDT. Dari soal infrastruktur, marketing, events, sampai ke eksekusi budgeting. Dari masalah Akses, Atraksi, sampai ke Amenitas.
“Intinya, kawasan Danau Toba harus segera hidup dan menjadi destinasi kelas dunia,” ungkap Arief Yahya.
Seorang CEO memang belum bisa tidur nyenyak sebelum bisa mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi kenyataan. Hingga baju dan celana kering di badan, Arief Yahya tidak berhenti melakukan terobosan. Baik dari sisi marketing yang sudah menggunakan teknologi digital sejak awal, pengembangan destinasi, sampai ke soal SDM di masyarakat. “Kalau kita serius, bersungguh-sungguh, maka sukses itu akan menemukan jalannya sendiri,” katanya
Langit makin gelap, air hujan melembabkan sepatu, menerobos celana, jaket hitam hingga topi putih Wonderful Indonesia. “Saya menindak lanjuti arahan Pak Presiden Jokowi di Ratas 15 Juli 2019 lalu, untuk melakukan percepatan 5 destinasi super prioritas, dan salah satunya Danau Toba. Saya harus pastikan semuanya running,” ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI yang diwawancara wartawan sambil berteduh di bawah atap toilet The Kaldera Danau Toba.
Setelah selesai wawancara dengan media, menjelang senja itu Menpar Arief Yahya langsung turun ke Desa Sigapiton yang sedang dibina menjadi Desa Wisata. Sigapiton adalah desa terdekat dengan The Kaldera, yang rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan danau dan petani. Jaraknya sekitar 3 kilometer, persis di bibir danau, dengan jalan yang hanya muat untuk satu mobil saja.
Di sana, bertemu dengan masyarakat, ditemani Bupati Tobasa Darwin Siagian, Camat Ajibata Tigor Sirait, Kadis Lingkungan Hidup Kab. Tobasa Mintar Manurung, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dadang R Ratman, Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas Hiramsyah S Thaib, Dirut BOPDT Arie Prasetyo, Ketua Tim Percepatan Homestay Anneke Prasyanti, dan beberapa pejabat lainnya.
Kepada masyarakat Sigapiton, Menpar Arief Yahya berjanji untuk menjadikan kampung ini sebagai Desa Wisata. Karena itu, dia meminta kepada BOPDT untuk menjadi “bapak asuh”-nya, untuk melatih hospitality, mengurus homestay, menjaga kebersihan dan menata lingkungan, membuat dan menyajikan kuliner yang standar Pariwisata.
“Saya menugaskan Arie BOPDT, untuk melakukan Bimtek langsung, 70% praktik, 30% teori, bagaimana menata interior yang bagus, baik homestay maupun di restorannya. Kedua, ibu-ibu mohon diajari tata boga, kulier, menata makanan agar menarik. Ketiga, manajemen kamar, homestay, agar ditata dengan rapi dan satu manajemen,” kata Arief Yahya.
Menpar juga meminta agar segera menunjuk satu anak muda, yang paham digital, bisa menggunakan teknologi untuk reservasi maupun pembayaran. Pendek kata, dia diajari mengoperasikan booking system dan payment gateway yang memudahkan traveler untuk memesan sampai membayarnya secara digital. “Biar nanti anak muda itu menjadi semacam Resort Manager! Dan bapak ibu harus nurut dengan management,” pintanya.
Anak muda itu bisa lulusan Poltekpar Medan, atau dari mana saja, yang memahami hospitality dan sifatnya membantu. Dia dipekerjakan oleh BOPDT, hanya untuk mengurus manajemen amenitas di sini. “Khusus untuk pelatihan penataan kamar, kuliner dan penyajiannya, nanti saya atau Pak Bupati bisa minta tolong Hotel Inna Parapat untuk membantu menularkan ilmunya,” ungkap Arief Yahya yang pernah dinobatkan sebagai CEO BUMN Terbaik itu.
“Saya selalu berprinsip, dalam setiap membangun kawasan Pariwisata, nomor satu mendahulukan pembangunan komunitas atau community. Masyarakat local harus menerima manfaatnya di depan. Setelah itu menjaga ecological atau alam dan lingkungan. Baru kemudian economic values-nya. Saya sering menyingkat ECE, ecological, community, economic. Itulah yang dinamakan sustainable tourism,” jelas Arief Yahya.
Penjelasan Menteri Pariwisata Terbaik Asia Pacific oleh PATA ini langsung mendapat tepuk tangan masyarakat. Pria asal Banyuwangi yang pernah dinobatkan sebagai Marketeer of The Year 2013 oleh Mark Plus itu juga sudah menyekolahkan Pariwisata sekitar 20 anak asli Danau Toba ke STP Nusa Dua Bali. Tujuannya, agar mereka bisa belajar dan praktik bagaimana bekerja dalam industri Pariwisata.
“Saya berpesan, anak-anak kita harus memiliki mimpi yang tinggi, dan kita harus memastikan agar mereka bisa merain mimpinya itu. Seperti lagu yang baru saja dinyanyikan oleh anak anak Sigapiton tadi, I have a dream! Biarlah mereka memiliki mimpi setinggi langit, mereka harus lebih baik daripada generasi kita,” ungkap Doktor Strategic Management itu.
Selepas berdialog dengan warga Sigapiton, Menpar Arief Yahya melanjutkan peninjauan di The Kaldera, dan membuat banyak keputusan di lapangan. Malamnya, hingga tengah malam disambung rapat dengan BOPDT. Dari soal infrastruktur, marketing, events, sampai ke eksekusi budgeting. Dari masalah Akses, Atraksi, sampai ke Amenitas.
“Intinya, kawasan Danau Toba harus segera hidup dan menjadi destinasi kelas dunia,” ungkap Arief Yahya.
Seorang CEO memang belum bisa tidur nyenyak sebelum bisa mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi kenyataan. Hingga baju dan celana kering di badan, Arief Yahya tidak berhenti melakukan terobosan. Baik dari sisi marketing yang sudah menggunakan teknologi digital sejak awal, pengembangan destinasi, sampai ke soal SDM di masyarakat. “Kalau kita serius, bersungguh-sungguh, maka sukses itu akan menemukan jalannya sendiri,” katanya
(atk)