Jaga Pemenuhan Bahan Baku IKM Lewat Material Center
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) bekerja sama dengan Dinas Perindustrian Kabupaten Tegal berinisiatif untuk menginisiasi pembentukan Material Center. Hal ini sebagai bagian dari upaya pemenuhan bahan baku yang kompetitif dan kontinyu bagi IKM khususnya IKM logam dan komponen alat angkut di Kabupaten Tegal.
“Sentra IKM logam sebagai bagian dari rantai pasok industri nasional perlu diperkuat tidak hanya dari sisi kompetensi SDM, teknologi mesin dan peralatan, promosi dan kemitraan, tetapi juga dari sisi kemudahan untuk mengakses bahan baku sehingga produktivitas IKM dapat meningkat,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Gati WIbawaningsih di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Gati menyampaikan hal tersebut saat memberi sambutan pada acara Kick Off Material Center Dan Revitalisasi Sentra IKM Di Tegal. Sambung dia menjelaskan, Material Center di Tegal berperan dalam penyediaan bahan baku berbasis logam bagi IKM di sentra Tegal, sekaligus sebagai penyedia jasa logistik yang mengoptimalkan penjemputan bahan baku maupun pengantaran order barang jadi dari IKM kepada mitranya.
“Untuk mendukung secara penuh kegiatan produksi bagi IKM sekitar, material center juga mendukung melalui jasa permesinan yang dapat dimanfaatkan oleh IKM,” tambahnya
Lebih lanjut Gati menjelaskan, Material Center didukung dengan sistem informasi manajemen ERP (Enterprise Resource Planning) berbasis cloud yang memudahkan pencatatan operasional material center. “Sistem yang menghubungkan IKM, material center, dan vendor/supplier akan mengoptimalkan koordinasi antar stakeholder.”jelasnya
Sistem informasi berbasis cloud ini juga sebagai bagian dari penerapan industri 4.0 dalam rantai pasok IKM komponen otomotif di Tegal. Sehubungan dengan itu, keberadaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam rantai pasok industri otomotif nasional menjadi bagian penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Gati mengatakan
“Tidak hanya mampu dalam memproduksi berbagai komponen maupun aksesoris mobil dan motor dengan standar kualitas yang telah ditetapkan APM, IKM juga telah membuktikan kemampuannya dalam berinovasi dan melakukan pengembangan produk komponen yang selama ini dipenuhi oleh pasar impor,” ungkapnya
Diketahui bahwa nilai impor suku cadang kendaraan bermotor roda empat atau lebih pada rentang Januari – Juni 2018 adalah sebesar USD2,06 miliar, meningkat 33 % pada periode yang sama di tahun 2017 lalu, yaitu sebesar USD1,54 miliar. Melihat hal ini, Gati optimis bahwa Apabila dilakukan lokalisasi terhadap produk-produk impor tersebut, maka ini akan menjadi peluang positif bagi IKM untuk dapat mengisinya.
“Sebagai salah satu sektor utama, industri otomotif terus didorong agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar pada perekonomian nasional, terutama di sisi ekspor. Pada tahun 2025, industri otomotif nasional ditargetkan dapat mengekspor satu juta unit mobil dengan 20% di antaranya adalah mobil listrik. Itu artinya, dalam kurun waktu 6 tahun ke depan, ekosistem rantai pasok industri otomotif nasional harus berjalan dengan baik sehingga membutuhkan kolaborasi, kerjasama dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan,” tutur Gati.
Menurutnya, sentra IKM logam sebagai bagian dari rantai pasok industri nasional perlu diperkuat tidak hanya dari sisi kompetensi SDM, teknologi mesin dan peralatan, promosi dan kemitraan, tetapi juga dari sisi kemudahan untuk mengakses bahan baku sehingga produktivitas IKM dapat meningkat. Saat ini sentra produksi IKM logam di Indonesia sebagian besar tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur dengan total IKM komponen otomotif sekitar 450 unit usaha.
“Saya harap ini menjadi penanda akan semangat untuk terus menerus mendukung industri kecil dan menengah agar mampu memegang peranan dalam industri nasional dan bersaing dengan industri kecil dan menengah dari negara lain,” tegasnya.
“Sentra IKM logam sebagai bagian dari rantai pasok industri nasional perlu diperkuat tidak hanya dari sisi kompetensi SDM, teknologi mesin dan peralatan, promosi dan kemitraan, tetapi juga dari sisi kemudahan untuk mengakses bahan baku sehingga produktivitas IKM dapat meningkat,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Gati WIbawaningsih di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Gati menyampaikan hal tersebut saat memberi sambutan pada acara Kick Off Material Center Dan Revitalisasi Sentra IKM Di Tegal. Sambung dia menjelaskan, Material Center di Tegal berperan dalam penyediaan bahan baku berbasis logam bagi IKM di sentra Tegal, sekaligus sebagai penyedia jasa logistik yang mengoptimalkan penjemputan bahan baku maupun pengantaran order barang jadi dari IKM kepada mitranya.
“Untuk mendukung secara penuh kegiatan produksi bagi IKM sekitar, material center juga mendukung melalui jasa permesinan yang dapat dimanfaatkan oleh IKM,” tambahnya
Lebih lanjut Gati menjelaskan, Material Center didukung dengan sistem informasi manajemen ERP (Enterprise Resource Planning) berbasis cloud yang memudahkan pencatatan operasional material center. “Sistem yang menghubungkan IKM, material center, dan vendor/supplier akan mengoptimalkan koordinasi antar stakeholder.”jelasnya
Sistem informasi berbasis cloud ini juga sebagai bagian dari penerapan industri 4.0 dalam rantai pasok IKM komponen otomotif di Tegal. Sehubungan dengan itu, keberadaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam rantai pasok industri otomotif nasional menjadi bagian penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Gati mengatakan
“Tidak hanya mampu dalam memproduksi berbagai komponen maupun aksesoris mobil dan motor dengan standar kualitas yang telah ditetapkan APM, IKM juga telah membuktikan kemampuannya dalam berinovasi dan melakukan pengembangan produk komponen yang selama ini dipenuhi oleh pasar impor,” ungkapnya
Diketahui bahwa nilai impor suku cadang kendaraan bermotor roda empat atau lebih pada rentang Januari – Juni 2018 adalah sebesar USD2,06 miliar, meningkat 33 % pada periode yang sama di tahun 2017 lalu, yaitu sebesar USD1,54 miliar. Melihat hal ini, Gati optimis bahwa Apabila dilakukan lokalisasi terhadap produk-produk impor tersebut, maka ini akan menjadi peluang positif bagi IKM untuk dapat mengisinya.
“Sebagai salah satu sektor utama, industri otomotif terus didorong agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar pada perekonomian nasional, terutama di sisi ekspor. Pada tahun 2025, industri otomotif nasional ditargetkan dapat mengekspor satu juta unit mobil dengan 20% di antaranya adalah mobil listrik. Itu artinya, dalam kurun waktu 6 tahun ke depan, ekosistem rantai pasok industri otomotif nasional harus berjalan dengan baik sehingga membutuhkan kolaborasi, kerjasama dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan,” tutur Gati.
Menurutnya, sentra IKM logam sebagai bagian dari rantai pasok industri nasional perlu diperkuat tidak hanya dari sisi kompetensi SDM, teknologi mesin dan peralatan, promosi dan kemitraan, tetapi juga dari sisi kemudahan untuk mengakses bahan baku sehingga produktivitas IKM dapat meningkat. Saat ini sentra produksi IKM logam di Indonesia sebagian besar tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur dengan total IKM komponen otomotif sekitar 450 unit usaha.
“Saya harap ini menjadi penanda akan semangat untuk terus menerus mendukung industri kecil dan menengah agar mampu memegang peranan dalam industri nasional dan bersaing dengan industri kecil dan menengah dari negara lain,” tegasnya.
(akr)