AS Melabelkan China Sebagai Manipulator Mata Uang

Selasa, 06 Agustus 2019 - 12:42 WIB
AS Melabelkan China Sebagai Manipulator Mata Uang
AS Melabelkan China Sebagai Manipulator Mata Uang
A A A
NEW YORK - Amerika Serikat (AS) secara resmi menyebut China sebagai "manipulator mata uang", sebuah pernyataan yang akan memanaskan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu. Komentar resmi yang keluar dari Departemen Keuangan AS tersebut, setelah melihat penurunan tajam nilai mata uang Yuan China terhadap dolar AS (USD).

Penurunan itu membuat pasar lengah karena Beijing biasanya mendukung mata uang. Pekan lalu, China sempat menegaskan bakal membalas Presiden AS Donald Trump usai berjanji untuk mengenakan tarif bea 10% pada impor China senilai USD300 miliar. Kemudian pada awal pekan kemarin, Yuan melewati tujuh per dolar untuk pertama kalinya sejak 2008, yang mendorong Trump menuding China di Twitter telah memanipulasi mata uangnya.

Pemerintah AS mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin bakal melibatkan Dana Moneter Internasional (IMF) "untuk menghilangkan keunggulan kompetitif tidak adil yang diciptakan oleh tindakan terbaru China". Langkah ini sebagian besar menjadi simbolis ketika AS sudah terlibat dalam diskusi perdagangan dengan China dan telah menerapkan tarif impor baru.

Namun pernyataan tersebut memenuhi janji kampanye Presiden Trump untuk memberi label China sebagai manipulator mata uang pada hari pertamanya menjabat. Keputusan itu lantas mengguncang investor, dengan indeks pasar saham utama Wall Street mencatatkan hari perdagangan terburuk sepanjang tahun 2019. Aksi jual berlanjut di Asia pada sesi perdagangan, Selasa hari ini.

AS mendefinisikan manipulasi mata uang ketika "negara memanipulasi nilai tukar antara mata uang mereka terhadap dolar Amerika Serikat dengan tujuan mencegah penyesuaian neraca pembayaran yang efektif atau mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil dalam perdagangan internasional".

Tidak ada negara yang secara resmi ditunjuk sebagai manipulator mata uang oleh AS sejak pemerintahan Bill Clinton melakukannya ke China pada tahun 1994. Dalam pernyataannya, Departemen Keuangan AS mengatakan: "China memiliki sejarah panjang dalam memfasilitasi mata uang yang undervalued melalui intervensi berskala besar di pasar valuta asing".

"Dalam beberapa hari terakhir, Cina telah mengambil langkah konkret untuk mendevaluasi mata uangnya, sambil mempertahankan cadangan devisa yang substansial meskipun menggunakan alat tersebut secara aktif di masa lalu," bunyi komentar resmi Departemen Keuangan AS.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6291 seconds (0.1#10.140)