The Fed Diproyeksi Analis Pangkas Suku Bunga 5 Kali Lagi Hingga April 2020
A
A
A
NEW YORK - Federal Reserve alias Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diproyeksi bakal memangkas suku bunga lima kali lagi hingga April 2020, menurut analis di Danske Bank. Sebelumnya The Fed sudah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juli, lalu.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, penurunan suku bunga hanyalah penyesuaian pertengahan siklus. Kebijakan tersebut kemudian mengirim saham anjlok, dengan investor berharap adanya pelonggaran lebih lanjut dalam waktu dekat.
Mengutip tiga alasan Powell seputar penurunan awal suku bunga AS yakni adanya ketidakpastian perdagangan yang lebih tinggi, perlambatan pertumbuhan global dan inflasi yang tetap di bawah 2%. Namun sejak pertemuan itu, perang dagang AS-China telah meningkat dan sentimen pasar telah menunjukkan kegelisahan lebih lanjut.
Terlepas dari komentar Powell, analis Danske Bank yang dipimpin oleh Mikael Olai Milhoj saat ini meyakini bahwa Fed akan segera bergerak dengan pengurangan 25 basis poin pada masing-masing dari lima pertemuan berikutnya. Dengan kisaran target pada pertemuan Maret menjadi 0,75-1,00%.
"Indikator ekonomi di luar AS melemah, dengan data China yang memburuk dari perkiraan untuk investasi, aset tetap, produksi industri dan penjualan ritel, kontraksi PDB Jerman di Q2 (kuartal kedua) dan survei ZEW yang sangat suram," bunyi catatan yang diterbitkan hari ini.
“Sementara inflasi IHK AS yang sebenarnya telah mengejutkan untuk naik ke atas dalam beberapa bulan terakhir, ekspektasi inflasi berbasis pasar rendah (1,6% berbanding 1,7% ketika The Fed memulai putarannya) dan sulit untuk melihat alasan," paparnya.
Di sisi lain analis mengantisipasi, The Fed tidak akan melakukan komitmen untuk pelonggaran lebih lanjut. Catatan itu memprediksi pengurangan besar secara mendadak sebesar 50 basis poin, tampaknya berlebihan. Karena secara historis, pemotongan dan pemotongan yang lebih besar antara pertemuan telah terjadi selama resesi yang ada dan meningkatnya pengangguran.
"The Fed mengakui bahwa prospek makro telah menjadi lebih tidak pasti, tetapi masih melihat siklus pelonggaran sebagai 'penyesuaian pertengahan siklus' dan bukan mencegah resesi," kata para analis.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, penurunan suku bunga hanyalah penyesuaian pertengahan siklus. Kebijakan tersebut kemudian mengirim saham anjlok, dengan investor berharap adanya pelonggaran lebih lanjut dalam waktu dekat.
Mengutip tiga alasan Powell seputar penurunan awal suku bunga AS yakni adanya ketidakpastian perdagangan yang lebih tinggi, perlambatan pertumbuhan global dan inflasi yang tetap di bawah 2%. Namun sejak pertemuan itu, perang dagang AS-China telah meningkat dan sentimen pasar telah menunjukkan kegelisahan lebih lanjut.
Terlepas dari komentar Powell, analis Danske Bank yang dipimpin oleh Mikael Olai Milhoj saat ini meyakini bahwa Fed akan segera bergerak dengan pengurangan 25 basis poin pada masing-masing dari lima pertemuan berikutnya. Dengan kisaran target pada pertemuan Maret menjadi 0,75-1,00%.
"Indikator ekonomi di luar AS melemah, dengan data China yang memburuk dari perkiraan untuk investasi, aset tetap, produksi industri dan penjualan ritel, kontraksi PDB Jerman di Q2 (kuartal kedua) dan survei ZEW yang sangat suram," bunyi catatan yang diterbitkan hari ini.
“Sementara inflasi IHK AS yang sebenarnya telah mengejutkan untuk naik ke atas dalam beberapa bulan terakhir, ekspektasi inflasi berbasis pasar rendah (1,6% berbanding 1,7% ketika The Fed memulai putarannya) dan sulit untuk melihat alasan," paparnya.
Di sisi lain analis mengantisipasi, The Fed tidak akan melakukan komitmen untuk pelonggaran lebih lanjut. Catatan itu memprediksi pengurangan besar secara mendadak sebesar 50 basis poin, tampaknya berlebihan. Karena secara historis, pemotongan dan pemotongan yang lebih besar antara pertemuan telah terjadi selama resesi yang ada dan meningkatnya pengangguran.
"The Fed mengakui bahwa prospek makro telah menjadi lebih tidak pasti, tetapi masih melihat siklus pelonggaran sebagai 'penyesuaian pertengahan siklus' dan bukan mencegah resesi," kata para analis.
(akr)