Wall Street Tergelincir Usai Terbebani Saham Keuangan
A
A
A
NEW YORK - Wall Street tergelincir pada perdagangan hari Selasa, waktu setempat usai terbebani saham keuangan di akhir sesi seiring masih munculnya kekhawatiran resesi Amerika Serikat (AS). Sementara ketidakpastian atas kemajuan negosiasi perdagangan antara AS dan China terus membayangi.
Bursa saham Negeri Paman Sam -julukan AS- awalnya sempat dibuka levih tinggi, setelah Presiden Donald Trump memberikan sinyal bakal membuka pembicaraan lanjutan dengan Beijing. Sementara Kementerian Luar Negeri China menekankan belum melakukan pembicaraan dengan AS belakangan ini terkait dengan perdagangan dua ekonomi terbesar dunia itu.
Selanjutnya sentimen datang dari imbal hasil obligasi untuk memunculkan kekhawatiran tentang melemahnya perekonomian global. "Perkembangan pembicaraan perdagangan tampaknya terjadi secara real time dan itu jadi pengaruh utama untuk apa yang mendorong pasar modal pada saat ini," kata Bill Northey dari US Wealth Management Bank di Minneapolis.
Dow Jones Industrial Average tercatat mengalami penurunan hingga 94,15 poin yang setara 0,36% menjadi 25.804,68 untuk mengiringi indeks S&P 500 saat kehilangan 8,7 poin atau 0,30% di posisi 2.869,68. Selanjutnya tren negatif juga terlihat pada Komposit NASDAQ dengan kejatuhan mencapai sebesar 32,57 poin atau 0,41% ke level 7.821,16.
Saham keuangan cenderung melemah dalam tingkatan yang lebih rendah setelah kehilangan 0,84%, sementara beberapa sektor bergerak defensif seperti utilitas dan real estat. Tercatat indeks S&P 500 telah melemah hampir 4% pada bulan Agustus sebagai dampak dari tensi memanas perang Dagang AS-China hingga memunculka kecemasan akan perlambatan ekonomi global yang bakal berpengaruh ke keuntungan perusahaan.
Bersamaan dengab ketidakpastian seputar laju pemotongan suku bunga AS dari Federal Reserve juga masih jadi perhatian para pelaku pasar. Dengan pertemuan Federal Reserve berikutnya dijadwalkan pertengahan September, mendatang membuat investor mengukur kekuatan ekonomi AS. Mereka akan memiliki data di pasar tenaga kerja dan manufaktur minggu depan untuk mempertimbangkan sebelum pengumuman kebijakan.
Di antara pergerakan saham, Johnson & Johnson meningkat 1,93% setelah hakim Oklahoma mengatakan J&J harus membayar USD572.1 juta terkait mendorong epidemi opioid AS, jumlah yang secara substansial kurang dari apa yang diharapkan investor. Sedangkan saham Philip Morris International jatuh 7,42% setelah berniat merger.
Selanjutnya saham J. M. smucker Co juga jatuh 7,03% setelah produsen makanan kemasan memotong secara penuh proyeksi pendapatan serta keuntungan dan penjualan secara triwulan.
Bursa saham Negeri Paman Sam -julukan AS- awalnya sempat dibuka levih tinggi, setelah Presiden Donald Trump memberikan sinyal bakal membuka pembicaraan lanjutan dengan Beijing. Sementara Kementerian Luar Negeri China menekankan belum melakukan pembicaraan dengan AS belakangan ini terkait dengan perdagangan dua ekonomi terbesar dunia itu.
Selanjutnya sentimen datang dari imbal hasil obligasi untuk memunculkan kekhawatiran tentang melemahnya perekonomian global. "Perkembangan pembicaraan perdagangan tampaknya terjadi secara real time dan itu jadi pengaruh utama untuk apa yang mendorong pasar modal pada saat ini," kata Bill Northey dari US Wealth Management Bank di Minneapolis.
Dow Jones Industrial Average tercatat mengalami penurunan hingga 94,15 poin yang setara 0,36% menjadi 25.804,68 untuk mengiringi indeks S&P 500 saat kehilangan 8,7 poin atau 0,30% di posisi 2.869,68. Selanjutnya tren negatif juga terlihat pada Komposit NASDAQ dengan kejatuhan mencapai sebesar 32,57 poin atau 0,41% ke level 7.821,16.
Saham keuangan cenderung melemah dalam tingkatan yang lebih rendah setelah kehilangan 0,84%, sementara beberapa sektor bergerak defensif seperti utilitas dan real estat. Tercatat indeks S&P 500 telah melemah hampir 4% pada bulan Agustus sebagai dampak dari tensi memanas perang Dagang AS-China hingga memunculka kecemasan akan perlambatan ekonomi global yang bakal berpengaruh ke keuntungan perusahaan.
Bersamaan dengab ketidakpastian seputar laju pemotongan suku bunga AS dari Federal Reserve juga masih jadi perhatian para pelaku pasar. Dengan pertemuan Federal Reserve berikutnya dijadwalkan pertengahan September, mendatang membuat investor mengukur kekuatan ekonomi AS. Mereka akan memiliki data di pasar tenaga kerja dan manufaktur minggu depan untuk mempertimbangkan sebelum pengumuman kebijakan.
Di antara pergerakan saham, Johnson & Johnson meningkat 1,93% setelah hakim Oklahoma mengatakan J&J harus membayar USD572.1 juta terkait mendorong epidemi opioid AS, jumlah yang secara substansial kurang dari apa yang diharapkan investor. Sedangkan saham Philip Morris International jatuh 7,42% setelah berniat merger.
Selanjutnya saham J. M. smucker Co juga jatuh 7,03% setelah produsen makanan kemasan memotong secara penuh proyeksi pendapatan serta keuntungan dan penjualan secara triwulan.
(akr)