Lima Tahun Terakhir, Kementan Terus Lakukan Modernisasi Pertanian

Senin, 09 September 2019 - 11:06 WIB
Lima Tahun Terakhir, Kementan Terus Lakukan Modernisasi Pertanian
Lima Tahun Terakhir, Kementan Terus Lakukan Modernisasi Pertanian
A A A
JAKARTA - Selama hampir lima tahun terakhir, pemerintah melalui Kementan secara aktif terus melakukan modernisasi alat dan mesin pertanian (alsintan). Tujuannya untuk meningkatkan capaian produksi pertanian.

"Kami sudah menggunakan teknologi pada tata cara tanam, kemudian memperhitungkan pola tanam berbasis IT," ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy, Senin (9/9/2019).

Sarwo Edhy mengatakan, pelaksanaan mekanisasi ditandai dengan pengadaan alsintan dalam jumlah yang besar. Kebijakan ini rupanya turut berpengaruh pada level mekanisasi Indonesia yang mencapai angka 1,68%. Padahal angka pada tahun 2014 hanya 0,14%.

"Kami juga telah menguji efisiensi lima alsintan berbasis teknologi 4.0, yaitu atonomous tractor, robot tanam, drone sebar pupil, autonomous combine, dan panen olah tanah terintegrasi," kata Sarwo Edhy.

Adapun kelima alsintan ini, jika dibandingkan alat konvensional biasa mampu meningkatkan efisiensi waktu kerja sekitar 51% hingga 82%. Sementara efisiensi biaya berkisar 30% hingga 75%.

"Komoditas utama seperti padi dan jagung secara khusus dikembangkan pemanfaatan mekanisasi dengan alat mesin pertanian modern baik panen maupun paska panen," jelas Sarwo Edhy.

Diketahui, selama tahun 2015 hingga April 2019, Kementan juga memfokuskan untuk mendukung pembangunan empat sub sektor komoditas pertanian. Yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

Di antaranya, pengembangan dan Pengelolaan Air Irigasi, Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Pengembangan Pemanfaatan Lahan Rawa, cetak sawah, pupuk subsidi, dan Asuransi Pertanian. Kegiatan yang dilakukan ini cenderung memberikan dampak pada peningkatan produktivitas dan peningkatan indeks pertanaman (IP).

Adapun realisasi angka pada pengairan sawah yang ada jumlahnya mencapai 3,129 juta hektar dengan indeks pertanaman (IP) sebesar 0,5. Angka ini rupanya berdampak langsung pada peningkatan produksi hingga mencapai 8,21 juta ton.

Disisi lain, kegiatan ini juga mampu mempertahankan produksi padi sebanyak 16,36 juta ton. Namun apabila peningkatan IP 0,5 terpenuhi akibat dari kegiatan ini, maka akan terjadi peningkatan produksi sebanyak 8,18 juta ton. Sehingga total produksi padi selama lima tahun pada area yang terdampak kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi mencapai 24,37 juta ton.

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Imam Santoso, mendukung upaya pemerintah dalam memanfaatkan teknologi sebagai jalan peningkatan produksi. Menurut dia, proses ini sudah harus masuk dari hulu hingga merata sampai hilir.

"Dengan teknologi semua akan menjadi efektif dan efisien. Begitupula target yang akan dicapai akan lebih realistis, karena teknologi itu identik dengan presisi tinggi. Selain itu, untuk makin meningkatkan keberhasilan pertanian presisi ini perlu didukung juga oleh pengembangan agroindustri 4.0, yang mengintegrasikan hulu hilir secara efektif dan efisien," katanya.

"Selama tahun 2014-2018, produktivitas tenaga kerja sektor pertanian meningkat 20,35%, dari sebesar Rp23,29 juta per orang pada 2014 meningkat menjadi Rp28,03 juta per orang pada 2018," tambahnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5127 seconds (0.1#10.140)