Harga Minyak Naik Setelah Menteri Energi Saudi Lanjutkan Pemotongan Produksi

Senin, 09 September 2019 - 11:39 WIB
Harga Minyak Naik Setelah...
Harga Minyak Naik Setelah Menteri Energi Saudi Lanjutkan Pemotongan Produksi
A A A
TOKYO - Harga minyak mentah meningkat pada perdagangan Senin (9/9/2019), setelah Menteri Energi Arab Saudi yang baru, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengatakan tetap melanjutkan kebijakan pemotongan produksi demi meningkatkan harga.

Pernyataan dari Pangeran Abdulaziz juga mendapat dukungan dari Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab, Suhail Mohamed Faraj Al Mazrouei, yang mengatakan OPEC dan sekutunya tetap berkomitmen memangkas produksi demi menyeimbangkan pasar minyak.

Melansir dari Reuters, Senin (9/9/2019), harga minyak Brent International naik 7 sen menjadi USD61,61 per barel pada pukul 01:06 GMT. Adapun harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate melonjak 20 sen atau 0,3% ke level USD56,72 per barel.

"Tidak ada perubahan dalam kebijakan minyak Saudi dan OPEC. Pangeran Abdulaziz tetap memperkuat kerja sama antara OPEC dan negara non OPEC dalam mendukung harga minyak," ujar seorang pejabat Saudi dilansir Reuters di Tokyo.

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud menunjuk putranya Pangeran Abdulaziz bin Salman pada Minggu (8/9/2019), menggantikan Khalid al-Falih. Ini pertama kalinya Keluarga Kerajaan Saudi menjadi menteri energi.

Sepak terjang Pangeran Abdulaziz sendiri telah lama menjadi anggota delegasi Saudi untuk Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Sang pangeran ikut berperan saat negosiasi OPEC dan negara non OPEC, seperti Rusia, untuk memotong produksi minyak mentah global dalam mendukung harga si emas hitam.

Pernyataan dari menteri baru ini mendapat dukungan dari Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab, bahwa OPEC dan non OPEC telah berkomitmen mencapai keseimbangan pasar minyak. Sehingga pergantian menteri baru tidak akan mengubah kebijakan.

Mazrouei mengatakan bahwa dirinya tidak khawatir dengan harga minyak saat ini. Ia lebih mengkhawatirkan tingkat persediaan minyak. Menurut dia, ketegangan perdagangan dan geopolitik justru lebih banyak mempengaruhi permintaan dan penawaran minyak.

"Permintaan terhadap minyak akan melambat bukan karena pemotongan produksi. Itu terjadi jika ketegangan perang dagang AS dan China terus meningkat, dan saya secara pribadi tidak mengharapkan itu terjadi," kata Mazrouei kepada Reuters, Minggu kemarin.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1121 seconds (0.1#10.140)