Harga Minyak Jatuh Usai OPEC Berencana Tingkatkan Produksi 648.000 Bph

Jum'at, 03 Juni 2022 - 10:44 WIB
loading...
Harga Minyak Jatuh Usai...
Harga minyak dunia turun terimbas rencana OPEC. Foto/Reuters
A A A
JAKARTA - Harga minyak mentah tampak masih melanjutkan kenaikan pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (3/6/2022). Data bursa Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 09:57 WIB menunjukkan, harga minyak Brent pengiriman Agustus 2022 terkoreksi 0,03% di USD117,57 per barel. Brent September 2022 merosot 0,09% di USD114,93 per barel.



West Texas Intermediate (WTI) Juli 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) melemah 0,18% di USD116,66 per barel, sementara WTI Agustus 2022 turun 0,18% di USD114,09 per barel.

Secara umum, harga minyak masih bergerak fluktuatif di tengah keraguan pasar menyikapi hasil keputusan organisasi negara pengekspor minyak bumi (OPEC) terkait peningkatan produksi.

OPEC dan sekutunya pada Kamis lalu (2/6/2022) memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 648.000 barel per hari (bph) pada bulan Juli dan Agustus. Angka ini dinilai tidak cukup untuk menutupi defisit pasokan pasar.

Peningkatan produksi dibagi secara proporsional di seluruh negara anggota. Analis mengatakan peningkatan pasokan kemungkinan bakal meleset dari target volume yang diumumkan, mengingat Rusia, Angola dan Nigeria sebelumnya telah gagal memenuhi kesepakatan produksi.



"Fakta bahwa Rusia tetap berada dalam kelompok OPEC menunjukkan bahwa ada kesulitan penambahan produksi," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dikutip Reuters, Jumat (3/6/2022).

Diketahui, produksi minyak dari Rusia telah turun 1 juta barel per hari sejak melaksanakan agresi militer di Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi khusus". ANZ mencatat produksi kemungkinan akan turun lebih jauh lagi ketika larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia dimulai.

"Dengan kata lain, para pedagang berpikir bahwa peningkatan produksi masih terlalu kecil dibandingkan dengan meningkatnya risiko pasokan yang turun atas embargo Uni Eropa, ditambah ekspektasi peningkatan permintaan dari China," kata Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes.

Meskipun Brent dan WTI masih berada di area tertingginya, tetapi pasokan minyak di Amerika Serikat dikabarkan masih sangat ketat. Hal ini memunculkan pembicaraan terkait pembatasan ekspor bahan bakar atau pengurangan pajak terhadap produsen minyak dan gas.



Data Pemerintah AS pada hari Kamis menunjukkan stok minyak mentah turun jauh lebih dari yang diharapkan dalam sepekan yang berakhir pada 27 Mei.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1916 seconds (0.1#10.140)