Industri Automotif Berlomba Pangkas Emisi

Rabu, 11 September 2019 - 12:53 WIB
Industri Automotif Berlomba Pangkas Emisi
Industri Automotif Berlomba Pangkas Emisi
A A A
PARIS - Para produsen mobil di Eropa berlomba memenuhi target emisi Uni Eropa (UE). Mereka terancam denda miliaran dolar jika gagal mencapai target tersebut.

Sejumlah manufaktur, mulai dari PSA Group hingga Volkswagen menggunakan pameran automotif pekan ini di Frankfurt untuk menunjukkan berbagai model terbaru dan strategi untuk memangkas emisi karbon dioksida (CO2) dalam beberapa bulan mendatang.

Namun tantangan itu juga memiliki banyak risiko, karena biaya teknologi yang mahal dapat menekan laba di industri yang sedang mengalami penurunan itu. Ditambah lagi konsumen masih harus diyakinkan untuk teknologi baru ramah lingkungan yang harga produknya lebih mahal.

“Anda memiliki sejumlah mobil yang harganya lebih mahal 10.000 euro untuk membuatnya. Mobil yang memenuhi target emisi memerlukan volume penjualan tertentu dan para konsumen yang mungkin mau atau tidak mau membelinya,” papar salah satu eksekutif PSA pada Reuters.

Dia menambahkan, “Semua komposisi ada untuk ledakan kuat.”Hingga tahun depan, CO2 harus dipangkas menjadi 95 gram per kilometer untuk 95% mobil dari rata-rata sekarang 120,5 gram per km. Semua mobil baru di UE harus memenuhi target itu pada 2021.

Batas waktu itu bisa lebih buruk dampaknya, saat pasar automotif utama melemah dan sektor itu mengalami kekacauan dengan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) serta memburuknya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Industri automotif sejak lama berupaya agar target emisi itu dilonggarkan, situasi yang mustahil secara politik karena menguatnya gerakan unjuk rasa perubahan iklim yang terjadi selama pameran di Frankfurt. Greenpeace bahkan menerbangkan balon udara dengan tulisan “CO2” berwarna hitam di pintu masuk pameran automotif tersebut, kemarin.

Sejumlah mobil listrik keluaran baru dipamerkan dalam ajang tersebut, termasuk Opel Corsa-e dari PSA Group dan ID.3 dari Volkswagen. Produsen mobil asal Jerman itu juga membuat mobil hibrida untuk model Golf.

Fiat Chrysler yang kurang menguasai teknologi ramah lingkungan bersedia membayar Tesla hingga ratusan juta euro untuk memenuhi target emisi dengan mobil listrik dan lolos dari ancaman denda mahal dari UE.

Selama bertahun-tahun, para produsen automotif telah merilis sejumlah model mobil listrik sebagai pusat perhatian di pameran mereka. Namun permintaan pasar tampaknya masih lemah untuk produk mobil listrik. Kini mereka dipaksa menjual mobil-mobil listrik itu dalam jumlah besar atau perolehan laba mereka akan menipis.

“Penjualan mobil listrik harus naik tiga kali lipat menjadi 6% pangsa pasar pada 2021. Mobil hibrida yang dapat diisi ulang harus naik lima kali lipat menjadi 5% pangsa pasar,” ungkap perusahaan engineering Jerman, FEV Consulting, pada Reuters.

Pemangkasan 15% CO2 harus dilakukan pada 2025, kemudian hingga 37,5% pada 2030. Denda 95 euro per mobil, per kelebihan gram CO2 dapat bertambah hingga ratusan juta euro.

“Meski Mercedes memiliki semua mobil yang ditawarkan untuk mencapai target itu, kita tidak bisa memaksa apa yang harus dibeli konsumen,” papar Chairman Daimler Ola Kaellenius.

Beberapa pengamat juga meragukan minat konsumen pada mobil listrik. “Minat massal untuk mobil listrik masih sangat tidak jelas. Industri harus mendorong banyak mobil listrik ke pasar,” ungkap analis Bernstein, Max Warburton yang memberi peringatan tentang kondisi tersebut.

Dia memprediksi para produsen mobil akan menawarkan harga diskon pada jenis mobil listrik. Karyawan perusahaan automotif juga didorong menggunakan mobil listrik tersebut.

Untuk menghindari denda yang bisa mencapai total 25 miliar euro pada 2021, para produsen harus melakukan perombakan skala besar untuk dapat memaksimalkan laba. Sebagian besar mobil listrik yang ditawarkan itu pun muncul terlalu terlambat untuk pengiriman mulai Januari.

Mobil listrik VW, ID.3, Golf 8 akan dirilis bulan depan, menandai pengiriman massal teknologi hibrida 48 volt untuk pasar Eropa. Model hibrida itu memiliki harga lebih terjangkau, mulai 500 euro per mobil tapi mampu memangkas lebih banyak emisi dibandingkan model hibrida atau murni listrik yang harganya lebih mahal 5.000-10.000 euro dibandingkan model berbahan bakar minyak.

Produsen automotif asal Prancis menghadapi pukulan terbesar untuk labanya dibandingkan perusahaan asal Jerman. Hal ini karena perusahaan asal Prancis kurang populer di pasar AS dan China.

Renault yang mengandalkan mobil listrik Zoe berupaya keras menambahkan versi hibrida untuk Clio dan Captur yang akan dirilis pada kuartal II/2020.

PSA harus meluncurkan versi mobil listrik yang lebih mahal untuk DS3, Peugeot 208 dan Opel Corsa demi mencapai 7% total penjualan. PSA menghapus model Opel dan akan mengandalkan Peugeot 208 GTi dan 308 GT.

CEO PSA Carlos Tavares menjelaskan, beberapa pesaing PSA kewalahan untuk memenuhi regulasi karbon dekade mendatang. “Saya akan terkejut jika kita tak melihat ada beberapa yang bangkrut, mengingat besarnya perubahan yang akan datang,” ujar dia.

Pemusnahan sejumlah model dan mesin yang kurang hemat bahan bakar akan meluas ke berbagai sektor automotif, termasuk mengancam lapangan kerja yang telah tertekan oleh perubahan menuju energi listrik.

Dengan regulasi yang lebih lunak, pemerintah dapat memberikan insentif penjualan demi membatasi kerugian perusahaan dan membantu mendorong permintaan pada mobil ramah lingkungan. “Saat laba industri tertekan, Anda mulai kehilangan orang. Itulah saatnya pemerintah mulai berpikir tentang cara mendorong pasar,” ungkap CEO Aston Martin Andy Palmer. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8961 seconds (0.1#10.140)