Heavy Machining Center Dorong Barata Indonesia Jadi Pemain Berskala Global
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno mendorong BUMN untuk terus meningkatkan ekspansi dan kapasitas usaha bisnis demi mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan. Hal ini diungkapkan Menteri Rini saat meresmikan Workshop baru Heavy Machining Center (HMC) milik PT Barata Indonesia (Persero) serta menyaksikan penandatanganan kerjasama sinergi 10 BUMN yang berlangsung di kantor Pusat PT Barat di Gresik, Jawa Timur.
Dalam pembangunan workshop HMC tersebut, Barata Indonesia menggandeng tiga perusahaan BUMN yakni PT Boma Bisma Indra (Persero) sebagai kontraktor, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai pemasok baja serta PT Len Industri (Persero) untuk mengerjakan PLTS rooftop kapasitas 500 kWp.
Menteri Rini mengungkapkan, workshop Heavy Machine Center milik Barata Indonesia tersebut merupakan suatu bentuk sinergi antar BUMN untuk mendukung kemajuan Industri nasional. Keberadaan workshop baru ini pada akhirnya akan mendorong perseroan menjadi produsen di pasar lokal hingga global.
”Saya menyambut baik dibangunnya workshop baru ini dan berharap bisa mendukung kinerja perseroan untuk terus tumbuh. Apresiasi saya juga kepada PT Barata Indonesia (Persero) yang sejak tahun 2015 telah mengalami pertumbuhan dan membukukan laba usaha setelah pada tahun-tahun sebelumnya sempat merugi. Kinerja ekspor pun meningkat hingga 225% di tahun 2018,” ungkap Menteri Rini di Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Sementara itu, Direktur Utama Barata Indonesia Oksarlidady Arifin mengatakan, workshop Heavy Machining Center tersebut dibutuhkan untuk menyokong kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan perusahaan. Workshop HMC akan difungsikan untuk peningkatan kapasitas produksi Barata Indonesia, diantaranya peningkatan produksi balance of plant produk pembangkit listrik.
Workshop yang dibangun dengan dana Penyertaan Modal Negara (PMN ) itu juga dilengkapi fasilitas mesin CNC bending untuk material baja dengan ketebalan 12 mili meter dengan kapasitas terbesar di Indonesia yang diharapkan bisa dimanfaatkan bersama PT PAL Indonesia (Persero) untuk pengerjaan fabrikasi kapal selam.
Selain itu, workshop HMC juga akan digunakan untuk area fabrikasi dan assembly produk-produk konstruksi bervolume tinggi, seperti Pressure Vessel, Komponen Energi Terbarukan (Wind Power), Bullet Tank, Komponen/Body Kapal Selam, Crane Pelabuhan, Kiln, dan lainnya. ”Lini produksi baru kita, yakni Roda Kereta Api juga akan kami produksi di workshop HMC ini secara bertahap, yang akan kita awali pada akhir tahun 2019,” ujarnya.
Dengan adanya HMC tersebut, Barata Indonesia menjadi Perusahaan manufaktur berskala global dan terus aktif partisipasi dalam pembangunan infrastruktur dalam negeri. Peresmian Workshop HMC ini juga akan menambah kinerja ekspor Barata Indonesia.
Dengan adanya fasilitas baru ini, nilai ekspor Barata Indonesia ditargetkan naik 100% dari total nilai ekspor tahun 2018 yang mencapai Rp280 Miliar. Kedepan Workshop HMC juga diprediksi akan menambah kapasitas produksi perusahaan sebesar 20 ribu ton per tahun.
Di acara yang sama juga dilakukan penandatanganan kerja sama yang melibatkan sinergi 10 BUMN yaitu PT Pindad dan PT BBI untuk ekskavator dan traktor multiguna, PT KAI dan PT INKA untuk Roda Kereta Api, PT Krakatau Steel untuk penyediaan produk baja, PT LEN Industri untuk Solar Panel, PT INUKI untuk Industri Nuklir, PT Dahana untuk Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Produk Energetic Material, PT BGR untuk logistik dan pengelolaan aset non produktif, PT Pesonna Indonesia Jaya (Subsidiaries PT Pegadaian) untuk pengelolaan aset non produktif.
“Sinergi seperti ini yang terus saya dorong dimana BUMN harus bisa saling membantu. Harapannya BUMN yang sudah terlibat dapat segera menindaklanjuti perjanjian yang ada serta terus berkomitmen untuk mengembangkan mesin dengan teknologi terbaru yang ramah lingkungan, serta tentunya dapat memenuhi semua persyaratan dan sertifikasi yang dibutuhkan sesuai kesepakatan bersaam,” tegasnya
Sebagai informasi, Unit Heavy Machining Center baru mulai dioperasikan tahun ini dan diharapkan dapat memproduksi komponen balance of plant pembangkit listrik, komponen konstruksi bervolume tinggi (kiln, heat exchanger, body kapal selam, spherical tank, bullet tank, dll), serta roda kereta api dengan kapasitas produksi mencapai 20.000 ton/tahun.
Dalam pembangunan workshop HMC tersebut, Barata Indonesia menggandeng tiga perusahaan BUMN yakni PT Boma Bisma Indra (Persero) sebagai kontraktor, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai pemasok baja serta PT Len Industri (Persero) untuk mengerjakan PLTS rooftop kapasitas 500 kWp.
Menteri Rini mengungkapkan, workshop Heavy Machine Center milik Barata Indonesia tersebut merupakan suatu bentuk sinergi antar BUMN untuk mendukung kemajuan Industri nasional. Keberadaan workshop baru ini pada akhirnya akan mendorong perseroan menjadi produsen di pasar lokal hingga global.
”Saya menyambut baik dibangunnya workshop baru ini dan berharap bisa mendukung kinerja perseroan untuk terus tumbuh. Apresiasi saya juga kepada PT Barata Indonesia (Persero) yang sejak tahun 2015 telah mengalami pertumbuhan dan membukukan laba usaha setelah pada tahun-tahun sebelumnya sempat merugi. Kinerja ekspor pun meningkat hingga 225% di tahun 2018,” ungkap Menteri Rini di Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Sementara itu, Direktur Utama Barata Indonesia Oksarlidady Arifin mengatakan, workshop Heavy Machining Center tersebut dibutuhkan untuk menyokong kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan perusahaan. Workshop HMC akan difungsikan untuk peningkatan kapasitas produksi Barata Indonesia, diantaranya peningkatan produksi balance of plant produk pembangkit listrik.
Workshop yang dibangun dengan dana Penyertaan Modal Negara (PMN ) itu juga dilengkapi fasilitas mesin CNC bending untuk material baja dengan ketebalan 12 mili meter dengan kapasitas terbesar di Indonesia yang diharapkan bisa dimanfaatkan bersama PT PAL Indonesia (Persero) untuk pengerjaan fabrikasi kapal selam.
Selain itu, workshop HMC juga akan digunakan untuk area fabrikasi dan assembly produk-produk konstruksi bervolume tinggi, seperti Pressure Vessel, Komponen Energi Terbarukan (Wind Power), Bullet Tank, Komponen/Body Kapal Selam, Crane Pelabuhan, Kiln, dan lainnya. ”Lini produksi baru kita, yakni Roda Kereta Api juga akan kami produksi di workshop HMC ini secara bertahap, yang akan kita awali pada akhir tahun 2019,” ujarnya.
Dengan adanya HMC tersebut, Barata Indonesia menjadi Perusahaan manufaktur berskala global dan terus aktif partisipasi dalam pembangunan infrastruktur dalam negeri. Peresmian Workshop HMC ini juga akan menambah kinerja ekspor Barata Indonesia.
Dengan adanya fasilitas baru ini, nilai ekspor Barata Indonesia ditargetkan naik 100% dari total nilai ekspor tahun 2018 yang mencapai Rp280 Miliar. Kedepan Workshop HMC juga diprediksi akan menambah kapasitas produksi perusahaan sebesar 20 ribu ton per tahun.
Di acara yang sama juga dilakukan penandatanganan kerja sama yang melibatkan sinergi 10 BUMN yaitu PT Pindad dan PT BBI untuk ekskavator dan traktor multiguna, PT KAI dan PT INKA untuk Roda Kereta Api, PT Krakatau Steel untuk penyediaan produk baja, PT LEN Industri untuk Solar Panel, PT INUKI untuk Industri Nuklir, PT Dahana untuk Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Produk Energetic Material, PT BGR untuk logistik dan pengelolaan aset non produktif, PT Pesonna Indonesia Jaya (Subsidiaries PT Pegadaian) untuk pengelolaan aset non produktif.
“Sinergi seperti ini yang terus saya dorong dimana BUMN harus bisa saling membantu. Harapannya BUMN yang sudah terlibat dapat segera menindaklanjuti perjanjian yang ada serta terus berkomitmen untuk mengembangkan mesin dengan teknologi terbaru yang ramah lingkungan, serta tentunya dapat memenuhi semua persyaratan dan sertifikasi yang dibutuhkan sesuai kesepakatan bersaam,” tegasnya
Sebagai informasi, Unit Heavy Machining Center baru mulai dioperasikan tahun ini dan diharapkan dapat memproduksi komponen balance of plant pembangkit listrik, komponen konstruksi bervolume tinggi (kiln, heat exchanger, body kapal selam, spherical tank, bullet tank, dll), serta roda kereta api dengan kapasitas produksi mencapai 20.000 ton/tahun.
(akr)