Daya Beli Petani di Sulut Belum Membaik
A
A
A
MANADO - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara mencatat, pertumbuhan nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Utara hingga September 2019 masih berada di bawah 100. Keadaan ini menunjukan daya beli petani secara umum belum membaik dibanding kondisi pada tahun dasar 2012.
Adapun NTP di Sulut pada bulan September sebesar 94,52 atau naik 0,39% dibandingkan Agustus yang masih 94,15. Sementara nilai tukar usaha rumah tangga pertanian pada September naik 0,87%, dari nilai 107,99 di bulan Agustus menjadi 108,93 di bulan September. "Kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditi yang dihasilkan petani," ujar Kepala BPS Sulut, Ateng Hartono.
Meski demikian, menurut Ateng NTP selama tahun kalender 2019 masih mengalami penurunan 0,90%, begitu pun jika dilihat secara year to years, turun 1,78%.
Sambung dia menjelaskan, dari hasil pemantauan harga komoditi di pedesaan, secara umum dapat digambarkan bahwa naiknya nilai NTP sebesar 0,39% disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,96%. "Naiknya indeks ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditi yang dihasilkan petani," ungkapnya.
Lebih jauh Ateng mengungkapkan, bahwa di wilayah pedesaan Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0,69%. "Semua kelompok mengalami inflasi, kecuali kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang mengalami deflasi 0,04%," pungkasnya.
Adapun NTP di Sulut pada bulan September sebesar 94,52 atau naik 0,39% dibandingkan Agustus yang masih 94,15. Sementara nilai tukar usaha rumah tangga pertanian pada September naik 0,87%, dari nilai 107,99 di bulan Agustus menjadi 108,93 di bulan September. "Kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditi yang dihasilkan petani," ujar Kepala BPS Sulut, Ateng Hartono.
Meski demikian, menurut Ateng NTP selama tahun kalender 2019 masih mengalami penurunan 0,90%, begitu pun jika dilihat secara year to years, turun 1,78%.
Sambung dia menjelaskan, dari hasil pemantauan harga komoditi di pedesaan, secara umum dapat digambarkan bahwa naiknya nilai NTP sebesar 0,39% disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,96%. "Naiknya indeks ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditi yang dihasilkan petani," ungkapnya.
Lebih jauh Ateng mengungkapkan, bahwa di wilayah pedesaan Sulawesi Utara terjadi inflasi sebesar 0,69%. "Semua kelompok mengalami inflasi, kecuali kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang mengalami deflasi 0,04%," pungkasnya.
(akr)