WTO Memperingatkan Perang Dagang Mengancam Standar Hidup dan Pekerjaan

Kamis, 03 Oktober 2019 - 06:17 WIB
WTO Memperingatkan Perang Dagang Mengancam Standar Hidup dan Pekerjaan
WTO Memperingatkan Perang Dagang Mengancam Standar Hidup dan Pekerjaan
A A A
GENEVA - Organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO) telah memangkas lebih dari setengah proyeksi pertumbuhan perdagangan global tahun ini. Peringatan perlambatan global berpotensi menggerus standar hidup dan pekerjaan.

WTO memperkirakan pertumbuhan volume perdagangan hanya 1,2% di 2019 atau mengalami penurunan tajam dari proyeksi pada bulan April di posisi 2,6%. Selain itu WTO juga memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global dari 2,6% menjadi 2,3%.

Penyebab perlambatan global pada ekonomi utama dunia diyakini imbas dari perang perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berkepanjangan, ditambah ketidakpastian dari negosiasi alot Brexit alias keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE).

Pada semester pertama tahun 2019, perdagangan dunia meningkat hanya 0,6% akan tetapi secara substansial masih melambat dari tahun sebelumnya. Dengan menyebutkan adanya ketidakpastian tinggi, WTO memperingatkan bahwa ekspansi dalam volume perdagangan dunia dapat tergerus dengan hanya 0,5% pada akhir tahun.

Bahkan kenaikan 1,2% akan menandai tingkat terendah dalam satu dekade. Direktur-Jenderal WTO Roberto Azevedo mengatakan, para pelaku bisnis menunda melakukan investasi dan merekrut tenaga kerja baru di tengah ketidakpastian. Hal itu diyakini bakal menurunkan standar hidup seiring peningkatan risiko.

"Pandangan suram untuk sektor perdagangan di luar dugaan. Kesepakatan dalam perang perdagangan, bakal memungkinkan anggota WTO untuk menekan biaya," jelas Roberto Azevedo.

Revisi proyeksi WTO dirilis ketika ketidakpastian atas Brexit telah menghantam perekonomian Eropa dan hanya beberapa minggu sebelum AS dan China dijadwalkan untuk kembali bertemu untuk melanjutkan babak baru pembicaraan perdagangan antar dua ekonomi terbesar dunia.

Seperti diketahui kedua negara adidaya itu telah saling menerapkan tarif impor tinggi satu sama lain bernilai miliaran dolar. Bahkan AS bakal menerapkan lebih banyak lagi tarif tinggi terhadap produk asal China, apabila pembicaraan menemui titik buntu.

Siklus Destruktif

Sementara itu Presiden AS Donald Trump juga memiliki konflik perdagangan dengan Uni Eropa, ketika perjanjian perdagangan baru antara AS, Meksiko dan Kanada belum disetujui Washington. Di sisi lain data manufaktur AS yang dirilis terpisah pada hari Selasa menunjukkan aktivitas terendah lebih dari 10 tahun.

Data merah manufaktur AS telah menyeret Wall Street lebih rendah. Analis mengatakan resolusi cepat untuk banyak konflik perdagangan tidak mungkin segera terjadi, hal ini merujuk pada perang dagang yang kebanyakan sering berlangsung selama bertahun-tahun.

"Sejarah menunjukkan konflik perdagangan dapat memakan waktu lama, bahkan untuk konflik yang lebih kecil," ujar analis untuk Goldman Sachs dalam laporan yang dikeluarkan minggu lalu.

WTO sendiri berharap pertumbuhan volume perdagangan dapat lebih cepat menjadi 2,7% di 2020, tapi memperingatkan bahwa setiap pick-up tergantung pada normalnya kembali hubungan perdagangan.

"Risiko semakin berat dan didominasi oleh kebijakan perdagangan. Putaran lebih lanjut dari perang tarif dan aksi balasan dapat menghasilkan suatu siklus destruktif yang merusak," ungkap WTO.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5323 seconds (0.1#10.140)