Kepala Bappenas Sebut Target Pertumbuhan Ekonomi dan Tax Ratio Paling Berat
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut target pembangunan ekonomi periode 2015-2019 paling berat dipenuhi. Menurut Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brojonegoro antara yang tercapai dan sulit tercapai perbandingannya 50:50.
“Dimensi ekonomi mungkin yang paling berat. Karena pencapaiannya 50-50 antara yang tercapai dan sulit tercapai,” katanya di Kantor Presiden, Kamis (3/10/2019).
Dia mengatakan, target pembangunan ekonomi yang tercapai antara lain adalah inflasi, tingkat pengangangguran terbuka, dan penyediaan lapangan kerja. Sementara yang sulit tercapai antara lain pertumbuhan ekonomi dan tax ratio yang masih di bawah target.
“Kita lihat rata-rata pertumbuhan ekonomi selama lima tahun ini di seputaran 5%. Memang lebih rendah dibandingkan RPJMN 5 tahun sebelumnya yang rata-rata mendekati 5,5% sampai 6%,” ungkapnya.
Namun dia menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di periode sebelumnya lebih baik dibandingkan saat ini. Salah satunya adalah harga komoditas yang melesat sehingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
“Dan ketika kabinet ini dimulai kita tahu bahwa booming harga komoditas sudah berakhir. Dan akibatnya kiat tumbuh di seputaran 5% yang mungkin dianggap lebih rendah. Tetapi paling tidak ini termasuk relatif tinggi untuk ekonomi sebesar Indonesia. Di bawah negara seperti Cina dan India namun, di atas dari banyak negara lainnya,” jelasnya.
Sementara itu untuk inflasi, Bambang menyebut sebagai salah satu pencapaian yang cukup berhasil. Pasalnya selama 5 tahun ini inflasi masih di seputaran 3 sampai 4%. “Ini salah satu prestasi terbaik karena kita bisa menjaga stabiliats inflasi di tingkat rendah untuk pertahankan daya beli masyarakat,” katanya.
Selain itu penurunan angka kemiskinan juga menjadi capaian keberhasilan pemerintahan kali ini. Dimana angka kemiskinan berhasilkan hingga ke angka satu digit. “Mulai tahun 2018, setelah sebelumnya selalu dua digit, bahkan agak jauh di atas 10%. Data terakhir menunjukkan tahun ini kemungkinan kita bisa menurunkan tingkat kemiskinan ke seputaran 9,2% pada akhir tahun,” tuturnya.
“Dimensi ekonomi mungkin yang paling berat. Karena pencapaiannya 50-50 antara yang tercapai dan sulit tercapai,” katanya di Kantor Presiden, Kamis (3/10/2019).
Dia mengatakan, target pembangunan ekonomi yang tercapai antara lain adalah inflasi, tingkat pengangangguran terbuka, dan penyediaan lapangan kerja. Sementara yang sulit tercapai antara lain pertumbuhan ekonomi dan tax ratio yang masih di bawah target.
“Kita lihat rata-rata pertumbuhan ekonomi selama lima tahun ini di seputaran 5%. Memang lebih rendah dibandingkan RPJMN 5 tahun sebelumnya yang rata-rata mendekati 5,5% sampai 6%,” ungkapnya.
Namun dia menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di periode sebelumnya lebih baik dibandingkan saat ini. Salah satunya adalah harga komoditas yang melesat sehingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
“Dan ketika kabinet ini dimulai kita tahu bahwa booming harga komoditas sudah berakhir. Dan akibatnya kiat tumbuh di seputaran 5% yang mungkin dianggap lebih rendah. Tetapi paling tidak ini termasuk relatif tinggi untuk ekonomi sebesar Indonesia. Di bawah negara seperti Cina dan India namun, di atas dari banyak negara lainnya,” jelasnya.
Sementara itu untuk inflasi, Bambang menyebut sebagai salah satu pencapaian yang cukup berhasil. Pasalnya selama 5 tahun ini inflasi masih di seputaran 3 sampai 4%. “Ini salah satu prestasi terbaik karena kita bisa menjaga stabiliats inflasi di tingkat rendah untuk pertahankan daya beli masyarakat,” katanya.
Selain itu penurunan angka kemiskinan juga menjadi capaian keberhasilan pemerintahan kali ini. Dimana angka kemiskinan berhasilkan hingga ke angka satu digit. “Mulai tahun 2018, setelah sebelumnya selalu dua digit, bahkan agak jauh di atas 10%. Data terakhir menunjukkan tahun ini kemungkinan kita bisa menurunkan tingkat kemiskinan ke seputaran 9,2% pada akhir tahun,” tuturnya.
(akr)