Tren Wisata Berubah, Industri Travel Harus Merespons

Sabtu, 12 Oktober 2019 - 06:11 WIB
Tren Wisata Berubah,...
Tren Wisata Berubah, Industri Travel Harus Merespons
A A A
JAKARTA - Tren pariwisata di masa mendatang diperkirakan bakal mengalami sejumlah perubahan. Kemajuan teknologi akan kian memudahkan para traveler melakukan perencanaan perjalanan. Selain itu, para wisatawan juga akan mencari spot-spot baru yang sebelumnya tidak dilirik. Kondisi ini harus menjadi perhatian para pengelola wisata jika tidak ingin kehilangan momentum tren travel yang terus bergerak.

Riset terbaru yang dilakukan Booking.com menyebutkan, tahun 2020 akan menjadi tahun penuh dengan eksplorasi. Ini didorong oleh kemajuan teknologi yang bisa membantu wisatawan menjelajahi berbagai tempat berlibur.

“Memasuki dekade baru, kita akan melihat industri travel merespons traveler yang berkelanjutan, punya rasa ingin tahu, dan cakap teknologi. Industri juga harus merespons dengan pengembangan produk, layanan, dan fungsi sehingga mempermudah semua orang untuk menjelajahi dunia,” ujar Senior Vice President dan Chief Marketing Officer Booking Arjan Dijk dalam risetnya yang dipublikasikan kemarin.

Riset yang dilakukan Booking melibatkan 22.000 traveler di 29 market. Di samping itu riset juga mempertimbangkan ulasan dari 180 juta wisatawan yang terverifikasi. Menurut Booking, tren travel yang akan muncul tersebut tidak hanya untuk tahun 2020, tetapi juga pada tahun-tahun mendatang.

Menurut perusahaan yang berasal dari Belanda itu, di samping pemanfaatan teknologi, tren wisata tahun depan akan diisi dengan hal-hal baru lainnya. Di antaranya adalah munculnya traveler ‘kota kedua’. Istilah ini mengacu pada eksplorasi destinasi wisata di kota-kota kedua yang tidak terlalu populer.

Aktivitas wisata di kota kedua ini, menurut survei Booking, dimaksudkan untuk mengurangi over-tourism atau pariwisata berlebihan dan melindungi lingkungan. Tren ini ke depan akan semakin diminati sejalan dengan hasil survei yang menyatakan bahwa sebanyak 54% traveler global ingin ambil bagian dalam mengurangi pariwisata berlebihan.

“Sementara, 51% rela menukar destinasi awal mereka dengan tempat yang tidak terlalu terkenal tapi serupa, jika mereka tahu bahwa dampak lingkungannya lebih kecil,” ungkap survei tersebut. Kepedulian wisatawan terhadap lingkungan juga terlihat dari hasil survei yang menyatakan sebanyak 60% responden ingin mengakses layanan berbasis aplikasi dan merekomendasikan destinasi wisata ke orang lain.

Booking memperkirakan, temuan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperkenalkan berbagai fungsi yang mempermudah traveler dalam menemukan destinasi kota/area kedua. Langkah ini berpotensi memunculkan kolaborasi dalam ekosistem travel.

“Untuk memenuhi permintaan itu, di tahun 2020 akan muncul lebih banyak aplikasi dengan kecerdasan buatan yang menawarkan rekomendasi khusus tentang destinasi, tempat menginap, dan aktivitas berdasarkan preferensi dan riwayat perjalanan kita, serta faktor penting seperti cuaca dan popularitas,” tulis laporan itu.

Menanggapi hasil survei tersebut, kalangan pengusaha di sektor pariwisata di Tanah Air menilai bahwa Indonesia bisa memanfaatkan tren tersebut karena banyak destinasi wisata di luar tujuan wisata yang sudah lebih terkenal. Namun demikian, masih kurangnya akses transportasi dan mahalnya harga tiket akan menjadi kendala tersendiri.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Tour dan Travel Indonesia Budianto Ardiansjah mengatakan, traveling dengan tujuan second city atau kota kedua memang digandrungi turis mancanegara saat ini. Namun begitu, yang menjadi kendala adalah masih kurangnya akses transportasi serta mahalnya akomodasi termasuk tiket penerbangan.

“Saya kira turis mancanegara trennya memang mengunjungi kota wisata kedua. Misalnya kalau selama ini turis asing ke Bali sebagai tujuan utama, akan ada tren untuk ke tempat wisata menarik lainnya seperti Lombok, Labuan Bajo hingga ke daerah Sulawesi dan daerah timur lainnya,” kata Budianto kepada KORAN SINDO di Jakarta tadi malam.

Menurutnya, pemerintah bersama asosiasi juga terus mendengungkan ‘Bali Baru’ sebagai destinasi wisata yang baru. Tidak hanya kepada turis domestik namun juga kepada turis asing. Dia menambahkan, pemanfaatan teknologi bagi turis asing diperkirakan meningkat. Namun di sisi lain potensi untuk konsultan travel juga masih besar. “Terutama bagi mereka yang membutuhkan travel guide,” ujar dia.

Menurutnya, potensi wisata pada 2020 di dalam negeri masih punya prospek besar kendati ekonomi global masih dibayangi resesi. Bagi turis asing, kondisi tidak akan berpengaruh karena mereka punya tren untuk berlibur ke luar negara mereka.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Guntur Sakti mengatakan, secara umum, pemerintah menetapkan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun depan dengan proyeksi perolehan devisa sebesar USD18,5 miliar. Untuk mencapai target tersebut, Kemenpar melakukan strategi super extra ordinary yang meliputi border tourism, tourism hub, dan low cost terminal.

"Industri pariwisata termasuk di antaranya perusahaan perjalanan wisata (travel agent) maupun akomodasi hotel (hotelier) diminta mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan pasar di era tourism 4.0," ujar Guntur.

Lebih lanjut dia juga mengatakan, dalam industri pariwisata perubahan perilaku konsumen terlihat ketika melakukan 'search and share'. Untuk menangkap peluang tersebut, Kemenpar melakukan 70% riset secara digital.

Menurut Guntur, industri travel agent juga sudah mengikuti tren denan tidak lagi mengandalkan 'walk in service' untuk reservasi tiket dan memilih paket wisata. “Semua sudah berubah dengan digital. 10 Bali Baru juga dikebut, agar wisman bisa mencari alternatif selain Bali, misalnya Danau Toba, Labuan Bajo dan Mandalika," ujarnya.

Perencanaan Jangka Panjang

Selain teknologi dan rencana traveling di kota kedua, tren wisata ke depan khususnya para senior citizen atau mereka yang berstatus nenekk-akek, adalah memberikan porsi kepada anggota keluarga termuda yakni cucunya untuk pergi bersama. Sebanyak 72% kakek-nenek yang disurvei setuju bahwa menghabiskan waktu dengan cucu-cucu akan membuat mereka merasa awet muda.

Sementara 71% percaya bahwa orang tua juga perlu beristirahat sendiri tanpa anak-anaknya. Tren wisata di 2020 lainnya yang diungkap Booking adalah perburuan kuliner di lokasi wisata. Tren ini akan membuat para wisatawan berlomba-lomba melakukan reservasi di restoran-restoran bergensi.

Pada bagian ini, media sosial sangat berperan menyebarkan informasi secara langsung kepada masyarakat. Hal lain yang diperkirakan menjadi tren dalam industri wisata ke depan adalah semakin matangnya rencana perjalanan para traveler. Ini terlihat dari keinginan para responden yang hampir 23% (usia 18-25 tahun) ingin pensiun kurang dari 55 tahun agar bisa menikmati liburan.

Tahun depan juga akan terjadi perubahan pemikiran para traveler di mana mereka akan mulai merencanakan tahun keemasannya. Hampir dua pertiga (65%) traveler global melihat perjalanan sebagai cara yang sempurna untuk menghabiskan waktu luang. Sedangkan hampir dari separuh (47%) traveler global berencana untuk lebih berani dalam pilihan perjalanannya ketika mereka pensiun.

Satu hal lagi yang bakal menjadi tren dalam perjalanan wisata tahun depan adalah keterlibatan hewal peliharaan dalam aktivitas liburan. Dalam survei terungkap bahwa lebih dari separuh (55%) pemilik hewan peliharaan global menganggap bahwa peliharaan mereka tidak kalah penting dalam hal urusan berlibur.

“Jadi tidak heran kalau di tahun 2020 akan semakin banyak yang pergi berlibur dengan membawa hewan peliharaan. Akan ada semakin banyak traveler yang mementingkan kebutuhan hewan peliharaannya sebelum kebutuhan mereka sendiri saat memutuskan destinasi, akomodasi, dan aktivitas yang akan dilakukan’” tulis Booking.

Selain itu, sebanyak 42% pemilik hewan peliharaan global setuju bahwa tahun depan mereka akan memilih destinasi liburan berdasarkan kemungkinan mereka membawa peliharaannya. Sebanyak 49% dari responden bahkan menyatakan rela membayar lebih untuk akomodasi yang ramah hewan peliharaan.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1026 seconds (0.1#10.140)