Merpati Tetap Tak Bisa Terbang Tahun Ini Meski 10 BUMN Kucurkan Bantuan
A
A
A
JAKARTA - Merpati Airlines masih belum bisa terbang dengan membawa penumpang pada tahun ini, meski telah mendapatkan bantuan dari 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Direktur Utama Merpati Airlines Asep Eka Nugraha menerangkan, alasannya karena perseoran tengah membangun bisnis kargo untuk menjadi modal perseroan.
"Karena saat ini pesawat yang dimiliki oleh perseroan tidak memiliki sertifikat dan izin terbang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Untuk mendapatkan sertifikat diperlukan waktu yang panjang hingga kemudian bisa kembali mengudara," ujar Asep Eka di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Sambung dia menjelaskan, saat ini Merpati hanya bisa menjalin kerja sama dengan Garuda Indonesia untuk menjalankan bisnis kargo di Indonesia bagian timur. Namun, pesawat yang akan dioperasikan untuk mengangkut kargo tersebut masih menggunakan armada Garuda Indonesia.
“Sesungguhnya Merpati belum hidup, belum terbang. Merpati kan Airlines. Ini merupakan bagian dari kita memanfaatkan resources yang ada, bekerja sama dengan sinergi. Hanya itu,” jelasnya.
Selain urusan kargo, Garuda Indonesia juga akan mengelola fasilitas perawatan pesawat dan training centre milik Merpati. Nantinya, Merpati akan membayar biaya operasinya dan juga biaya manajemen yang diminta Garuda Indonesia. Namun hasil dari bisnis kargo tersebut nantinya akan dinikmati oleh maskapai berjuluk Jalak Bali tersebut. Hanya saja dirinya tidak menyebutkan profit yang akan didapat oleh masing-masing perusahaan.
“Merpati harus bisa running, sebelum bisa beroperasi full, dia harus bisa menghidupi diri sendiri. Anak perusahaan (udah bisa cetak laba). Training center dan maintenance center. Sudah mencetak laba tapi belum besar,” tandasnya.
"Karena saat ini pesawat yang dimiliki oleh perseroan tidak memiliki sertifikat dan izin terbang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Untuk mendapatkan sertifikat diperlukan waktu yang panjang hingga kemudian bisa kembali mengudara," ujar Asep Eka di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Sambung dia menjelaskan, saat ini Merpati hanya bisa menjalin kerja sama dengan Garuda Indonesia untuk menjalankan bisnis kargo di Indonesia bagian timur. Namun, pesawat yang akan dioperasikan untuk mengangkut kargo tersebut masih menggunakan armada Garuda Indonesia.
“Sesungguhnya Merpati belum hidup, belum terbang. Merpati kan Airlines. Ini merupakan bagian dari kita memanfaatkan resources yang ada, bekerja sama dengan sinergi. Hanya itu,” jelasnya.
Selain urusan kargo, Garuda Indonesia juga akan mengelola fasilitas perawatan pesawat dan training centre milik Merpati. Nantinya, Merpati akan membayar biaya operasinya dan juga biaya manajemen yang diminta Garuda Indonesia. Namun hasil dari bisnis kargo tersebut nantinya akan dinikmati oleh maskapai berjuluk Jalak Bali tersebut. Hanya saja dirinya tidak menyebutkan profit yang akan didapat oleh masing-masing perusahaan.
“Merpati harus bisa running, sebelum bisa beroperasi full, dia harus bisa menghidupi diri sendiri. Anak perusahaan (udah bisa cetak laba). Training center dan maintenance center. Sudah mencetak laba tapi belum besar,” tandasnya.
(akr)