Ekonomi Utama Asia Diproyeksi Melambat Melebihi Ekspektasi
A
A
A
HONG KONG - Pertumbuhan ekonomi Asia diproyeksikan melambat melebihi ekspektasi, berdasarkan data terbaru Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF). Dalam Regional Economic Outlook, IMF menyebutkan ekonomi Asia bisa moderat sampai 5% di 2019 dan 5,1% pada 2020, dimana proyeksi tersebut lebih rendah dari April yakni 0,4% dan 0,3%.
Di antara prediksi yang terburuk untuk ekonomi utama Asia dengan perlambatan melebihi ekspektasi, Hong Kong yang sudah babak belur dihantam gelombang demo selama berbulan-bulan diramalkan akan tumbuh 0,3% tahun ini. Selanjutnya pada 2020 yakni 1,5% atau lebih rendah dari proyeksi awal yakni 2,4% dan 1,5%.
Chief Executive Carrie Lam mengatakan, bulan ini Hong Kong mulai memasuki resesi teknis. Hal ini merupakan dampak dari kerusuhan di Hong Kong sebagai salah satu risiko yang dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah tersebut. "Memburuknya situasi sosiopolitik, misalnya di Hong Kong... dapat memiliki spillovers ekonomi ke negara lain di wilayah ini dan di luar," ungkapnya.
Bahkan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan bisa jatuh hingga 2% tahun ini dan 2,2% di 2020. Sementara berdasarkan laporan IMF, perekonomian Singapura bisa tumbuh 0,5% tahun ini dan 1% di 2020 atau lebih rendah sebesar 1,8% dan 1,4% dari proyeksi sebelumnya.
Aktivitas regional, terutama sektor manufaktur telah tergerus. Sementara permintaan domestik masih baik, dan selanjutnya investasi dan perdagangan telah "melemah secara signifikan, dengan ekspor di pasar negara berkembang Asia menyusut sejak akhir 2018. Sebagian besar terseret oleh perdagangan regional yang lemah terutama dengan China, kata laporan itu.
Awal pekan ini, IMF telah memproyeksikan perekonomian China tumbuh di 5,8% tahun depan atau lebih lambat dari perkiraan 2019 sebelumnya 6,1%. "Risiko di wilayah Asia mencakup perlambatan yang lebih cepat daripada yang diperkirakan di China, pendalaman ketegangan regional seperti hubungan bilateral Jepang dan Korea, meningkatnya risiko geopolitik," kata laporan IMF.
Ini ditandai lebih banyak risiko eksternal, seperti meningkatnya ketegangan perdagangan AS dan China, dan "Gangguan negosiasi Brexit yang berlangsung hingga kini" dengan yang terakhir ditetapkan bakal lebih lamban.
Di antara prediksi yang terburuk untuk ekonomi utama Asia dengan perlambatan melebihi ekspektasi, Hong Kong yang sudah babak belur dihantam gelombang demo selama berbulan-bulan diramalkan akan tumbuh 0,3% tahun ini. Selanjutnya pada 2020 yakni 1,5% atau lebih rendah dari proyeksi awal yakni 2,4% dan 1,5%.
Chief Executive Carrie Lam mengatakan, bulan ini Hong Kong mulai memasuki resesi teknis. Hal ini merupakan dampak dari kerusuhan di Hong Kong sebagai salah satu risiko yang dapat mempengaruhi pertumbuhan wilayah tersebut. "Memburuknya situasi sosiopolitik, misalnya di Hong Kong... dapat memiliki spillovers ekonomi ke negara lain di wilayah ini dan di luar," ungkapnya.
Bahkan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan bisa jatuh hingga 2% tahun ini dan 2,2% di 2020. Sementara berdasarkan laporan IMF, perekonomian Singapura bisa tumbuh 0,5% tahun ini dan 1% di 2020 atau lebih rendah sebesar 1,8% dan 1,4% dari proyeksi sebelumnya.
Aktivitas regional, terutama sektor manufaktur telah tergerus. Sementara permintaan domestik masih baik, dan selanjutnya investasi dan perdagangan telah "melemah secara signifikan, dengan ekspor di pasar negara berkembang Asia menyusut sejak akhir 2018. Sebagian besar terseret oleh perdagangan regional yang lemah terutama dengan China, kata laporan itu.
Awal pekan ini, IMF telah memproyeksikan perekonomian China tumbuh di 5,8% tahun depan atau lebih lambat dari perkiraan 2019 sebelumnya 6,1%. "Risiko di wilayah Asia mencakup perlambatan yang lebih cepat daripada yang diperkirakan di China, pendalaman ketegangan regional seperti hubungan bilateral Jepang dan Korea, meningkatnya risiko geopolitik," kata laporan IMF.
Ini ditandai lebih banyak risiko eksternal, seperti meningkatnya ketegangan perdagangan AS dan China, dan "Gangguan negosiasi Brexit yang berlangsung hingga kini" dengan yang terakhir ditetapkan bakal lebih lamban.
(akr)