Rupiah Bangkit Menguat ke Rp14.048
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bangkit menguat setelah pemangkasan suku bunga Bank Indonesia dan aksi ambil untung pada perdagangan kemarin.
Data Bloomberg mencatat rupiah dibuka menguat 10 poin atau 0,07% ke Rp14.048 per USD pada Jumat (25/10/2019). Kamis kemarin, rupiah ditutup melemah ke Rp14.058 per USD.
Senada, data Yahoo Finance mencatat rupiah pada Jumat ini menguat 9 poin atau 0,06% ke level Rp14.045 per USD, berbanding Rp14.054 per USD pada Kamis kemarin.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok kurs tengah rupiah berada di Rp14.064 per USD, terdepresiasi 68 poin atau 0,48% dari posisi kemarin di Rp13.996 per USD.
Penguatan rupiah merespon risiko terkait Brexit tanpa kesepakatan (no deal Brexit) dan masih berlarutnya negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China. Sehingga investor mengalihkan perhatian ke aset berisiko di Asia, termasuk Indonesia yang memberi sentimen positif bagi rupiah.
Melansir dari Reuters, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan akan memberi anggota parlemen lebih banyak waktu untuk mempelajari kesepakatan Brexit.
"Risiko terhadap ketidakpastian Brexit, prospek ekonomi Uni Eropa yang suram dan masalah AS dan China telah membuat investor beralih ke aset berisiko," ujar Rodrigo Catril, ahli strategi valuta asing di National Australia Bank.
Sementara itu, indeks USD terhadap enam mata uang utama berada di level 97,02. Hal ini membuat poundsterling lebih rendah ke USD1,2837, dan euro diperdagangkan turun ke USD1,1101.
Data Bloomberg mencatat rupiah dibuka menguat 10 poin atau 0,07% ke Rp14.048 per USD pada Jumat (25/10/2019). Kamis kemarin, rupiah ditutup melemah ke Rp14.058 per USD.
Senada, data Yahoo Finance mencatat rupiah pada Jumat ini menguat 9 poin atau 0,06% ke level Rp14.045 per USD, berbanding Rp14.054 per USD pada Kamis kemarin.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok kurs tengah rupiah berada di Rp14.064 per USD, terdepresiasi 68 poin atau 0,48% dari posisi kemarin di Rp13.996 per USD.
Penguatan rupiah merespon risiko terkait Brexit tanpa kesepakatan (no deal Brexit) dan masih berlarutnya negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan China. Sehingga investor mengalihkan perhatian ke aset berisiko di Asia, termasuk Indonesia yang memberi sentimen positif bagi rupiah.
Melansir dari Reuters, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan akan memberi anggota parlemen lebih banyak waktu untuk mempelajari kesepakatan Brexit.
"Risiko terhadap ketidakpastian Brexit, prospek ekonomi Uni Eropa yang suram dan masalah AS dan China telah membuat investor beralih ke aset berisiko," ujar Rodrigo Catril, ahli strategi valuta asing di National Australia Bank.
Sementara itu, indeks USD terhadap enam mata uang utama berada di level 97,02. Hal ini membuat poundsterling lebih rendah ke USD1,2837, dan euro diperdagangkan turun ke USD1,1101.
(ven)