Ketatnya Likuiditas dan NPL Ancam Perbankan Nasional

Senin, 04 November 2019 - 20:42 WIB
Ketatnya Likuiditas dan NPL Ancam Perbankan Nasional
Ketatnya Likuiditas dan NPL Ancam Perbankan Nasional
A A A
JAKARTA - Ketegangan hubungan dagang AS dan China yang berlanjut yang diikuti risiko geopolitik masih terus menekan perekonomian dunia. Hal ini menyebabkan ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi.

Kenaikan tarif dagang oleh AS dan China yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Perekonomian AS tumbuh melambat akibat penurunan ekspor dan investasi nonresidensial.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, China dan India juga berlanjut, dipengaruhi penurunan ekspor dan kemudian berdampak pada penurunan permintaan domestik. Perekonomian dunia yang melambat telah mendorong harga minyak dan komoditas global kembali menurun, yang kemudian mengakibatkan pada rendahnya tekanan inflasi. Kondisi ini direspons banyak negara dengan melakukan stimulus fiskal dan melonggarkan kebijakan moneter.

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi telah mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi Pemeritah AS dan Jepang, serta komoditas emas, meskipun aliran modal ke negara berkembang tetap terjadi. Dinamika ekonomi global tersebut perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.

Menyikapi hal tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75%.

Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat. Kebijakan ini didukung strategi operasi moneter yang terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

IDX Channel menyelenggarakan special event Economic Outlook Perbankan 2020 dengan tema "Keketatan Likuiditas dan Ancaman NPL Ancam Perbankan". Dialog spesial ini menghadirkan narasumber, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan, Komisaris Independen Bank Central Asia Raden Pardede, Ketua Umum Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) La Ode Saiful Akbar dan Ketua Umum Komite Tetap Koperasi dan UKM Kadin, Syarmila.

Raden Pardede dalam pemaparannya mengatakan, bahwa dampak dari perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China berdampak besar terhadap perekonomian dunia, salah satunya Indonesia. Dampaknya terhadap perbankan dalam melakukan fungsi intermedia. "Saat ini terjadi kekeliruan jika perbankan yang diharapkan mendorong perekonomian, justru dari capital market," ucap Raden Pardede.

Sementara itu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi kondisi likuiditas ketat masih dialami perbankan pada 2020. Pasalnya tingkat ekspansif penyaluran kredit tidak diimbangi dengan pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang memadai.

Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan memperkirakan rasio pembiayaan terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) industri perbankan di 2020 mencapai 100,6%, sementara di akhir 2019 sebesar 96,8%.

"Tingkat LDR yang diproyeksikan LPS tersebut di atas ketentuan batas atas Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) Bank Indonesia yakni sebesar 94%. Sementara batas bawah RIM ditetapkan BI sebesar 84%," ucap Fauzi Ichsan.

Adapun Gapensi menilai keberpihakan perbankan terhadap pengusaha dalam hal ini kontrak juga masih minim. Sehingga kontraktor kesulitan mengakses pembiayaan perbankan. "Yang terjadi saat ini pihak perbankan sangat minim mengucurkan pinjaman kepada kami. Ini juga menjadi kendala kita untuk berusaha," ucap La Ode Saiful Akbar.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5673 seconds (0.1#10.140)