Menakar Prospek Investasi Properti Jakarta di Antara Kota-kota Asia Pasifik
A
A
A
JAKARTA - Prospek bisnis properti di Jakarta menurut ekonom Indef Bhima Yudhistira, masih punya banyak pekerjaan rumah untuk melewati Ho Ch Minh City (Vietnam) di tengah perang dagang Amerika Serikat (AS) versus China. Terang dia, kebijakan maupun regulasi pemerintah Vietnam terhadap investor patut dicontoh karena sangat ramah investasi.
“Jadi kalau saya lihat yang menarik memang Ho Chi Minh City, yang menduduki peringkat tiga besar. Kalau kota yang lain seperti Singapura, Tokyo, Osaka tentu Jakarta masih kalah bersaing. Vietnam sendiri mengembangkan kemudahan yang luar biasa bukan hanya di sektor properti misalnya masa konsesi atau sewa lahan hingga 99 tahun, lebih dari itu pariwisata dan sektor lain juga dibenahi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/11).
Kemudian terang dia, Vietnam dari sisi infrastruktur juga relatif massif. Adapun Jakarta masih banyak mengalami kendala di sektor properti karena masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang besar.
“Kalau Jakarta pekerjaan rumahnya banyak. Masalah sanitasi masih ada didapati, kemudian kesenjangan sosial dan yang paking penting adalah integrasi transportasi termasuk pembangunan transportasi massal yang masih ditunggu warganya,” ucap dia.
Dia menambahkan, pemindahan ibukota baru tidak akan berpengaruh banyak terhadap Jakarta, ke depan yang akan tetapi menjadi pusat bisnis dan dinanti banyak orang. “Tapi dinanti banyak orang dalam artian pekerjaan rumahnya juga harus selesai seperti pembangunan infrastruktur jalan tol, transportasi massal LRT dan MRT. Dan yang lebih penting adalah integrasi antar moda transportasi itu sendiri,” pungkasnya.
Business Insider Singapura melansir urutan 22 kota di wilayah Asia Pasifik yang prospektif terhadap investasi real estate pada 2020. Jakarta hanya menempati posisi ke-18, jauh di bawah peringkat tiga besar Singapura, Tokyo serta Ho Chi Minh City.
“Jadi kalau saya lihat yang menarik memang Ho Chi Minh City, yang menduduki peringkat tiga besar. Kalau kota yang lain seperti Singapura, Tokyo, Osaka tentu Jakarta masih kalah bersaing. Vietnam sendiri mengembangkan kemudahan yang luar biasa bukan hanya di sektor properti misalnya masa konsesi atau sewa lahan hingga 99 tahun, lebih dari itu pariwisata dan sektor lain juga dibenahi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/11).
Kemudian terang dia, Vietnam dari sisi infrastruktur juga relatif massif. Adapun Jakarta masih banyak mengalami kendala di sektor properti karena masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang besar.
“Kalau Jakarta pekerjaan rumahnya banyak. Masalah sanitasi masih ada didapati, kemudian kesenjangan sosial dan yang paking penting adalah integrasi transportasi termasuk pembangunan transportasi massal yang masih ditunggu warganya,” ucap dia.
Dia menambahkan, pemindahan ibukota baru tidak akan berpengaruh banyak terhadap Jakarta, ke depan yang akan tetapi menjadi pusat bisnis dan dinanti banyak orang. “Tapi dinanti banyak orang dalam artian pekerjaan rumahnya juga harus selesai seperti pembangunan infrastruktur jalan tol, transportasi massal LRT dan MRT. Dan yang lebih penting adalah integrasi antar moda transportasi itu sendiri,” pungkasnya.
Business Insider Singapura melansir urutan 22 kota di wilayah Asia Pasifik yang prospektif terhadap investasi real estate pada 2020. Jakarta hanya menempati posisi ke-18, jauh di bawah peringkat tiga besar Singapura, Tokyo serta Ho Chi Minh City.
(akr)