Serap 3.500 Tenaga Kerja, Rencana Investasi Hyundai Tertuju ke Bekasi
A
A
A
BUSAN - Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan, bahwa rencana investasi sebesar USD1,5 miliar yang akan dilakukan Hyundai bakal tertuju untuk pabrik di Bekasi, Jawa Barat akan berlanjut. Investasi tersebut disebutkan juga bakal mampu menyerap hingga 3.500 tenaga kerja.
“Sesuai keinginan pemerintah untuk menjadikan Indonesia bukan hanya pasar tetapi juga basis produksi. Kedua belah pihak bersama-sama ingin mengembangkan dan memproduksi kendaraan dengan model baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen Asia dan Australia,” kata Luhut.
Sementara itu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meyakini investasi Hyundai Motor ke Indonesia senilai USD1,5 miliar atau setara Rp21,8 triliun akan memberikan nilai tambah yang besar untuk perekonomian Indonesia.
“Penyerapan 3.500 tenaga kerja dan pengambangan pusat pelatihan, penelitian, dan pengembangan mobil listrik,” kata Bahlil kepada wartawan usai mendampingi Presiden Jokowi mengunjungi pabrik Hyundai Motor Company, Ulsan, Korea Selatan (Korsel), beberapa waktu lalu.
Agar manfaat tersebut dapat lebih maksimal, Kepala BKPM akan meminta kepada pihak Hyundai agar dalam berproduksi memaksimalkan penggunaan bahan baku dalam negeri dan bekerja sama dengan pengusaha lokal.
“Seperti menggunakan bahan baterai dari Morowali, ban karet dari dalam negeri, sehingga nantinya semua mobil listrik yang diproduksi di Indonesia menggunakan bahan dari dalam negeri,” kata Bahlil.
Lebih lanjut Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi investasi Hyundai Motor di Indonesia akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu periode 2019-2021 dan selanjutnya 2022-2030. Menurutnya Hyundai akan memulai produksinya pada 2021 dengan kapasitas 70.000-250.000 unit per tahun, termasuk mobil listrik ke depannya.
"Pada tahap pertama, Hyundai akan fokus pada investasi pembuatan pabrik mobil dan akan mengekspor sedikitnya 50 persen dari total fase produksinya. Pada tahap kedua pada pengembangan pabrik mobil listrik, dan 70 persen produksinya akan diekspor,” jelas Bahlil.
“Sesuai keinginan pemerintah untuk menjadikan Indonesia bukan hanya pasar tetapi juga basis produksi. Kedua belah pihak bersama-sama ingin mengembangkan dan memproduksi kendaraan dengan model baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen Asia dan Australia,” kata Luhut.
Sementara itu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meyakini investasi Hyundai Motor ke Indonesia senilai USD1,5 miliar atau setara Rp21,8 triliun akan memberikan nilai tambah yang besar untuk perekonomian Indonesia.
“Penyerapan 3.500 tenaga kerja dan pengambangan pusat pelatihan, penelitian, dan pengembangan mobil listrik,” kata Bahlil kepada wartawan usai mendampingi Presiden Jokowi mengunjungi pabrik Hyundai Motor Company, Ulsan, Korea Selatan (Korsel), beberapa waktu lalu.
Agar manfaat tersebut dapat lebih maksimal, Kepala BKPM akan meminta kepada pihak Hyundai agar dalam berproduksi memaksimalkan penggunaan bahan baku dalam negeri dan bekerja sama dengan pengusaha lokal.
“Seperti menggunakan bahan baterai dari Morowali, ban karet dari dalam negeri, sehingga nantinya semua mobil listrik yang diproduksi di Indonesia menggunakan bahan dari dalam negeri,” kata Bahlil.
Lebih lanjut Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi investasi Hyundai Motor di Indonesia akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu periode 2019-2021 dan selanjutnya 2022-2030. Menurutnya Hyundai akan memulai produksinya pada 2021 dengan kapasitas 70.000-250.000 unit per tahun, termasuk mobil listrik ke depannya.
"Pada tahap pertama, Hyundai akan fokus pada investasi pembuatan pabrik mobil dan akan mengekspor sedikitnya 50 persen dari total fase produksinya. Pada tahap kedua pada pengembangan pabrik mobil listrik, dan 70 persen produksinya akan diekspor,” jelas Bahlil.
(akr)